Share

Bab 79

"Justru karena kita lagi banyak masalah, bercinta membuat otak kita rileks, dan bisa berfikir jernih," jawabnya enteng.

"Dasar mesum!"

"Ya wajar, lah! Namanya juga laki-laki!"

Dan jawaban Mas Rahman membuat perasaanku diteror kekhawatiran. Dan ketakutan itu makin menjadi, ketika ponselku berbunyi dan nama Dinda terpampang di sana. Ada ada dengan anak itu?

"Dari siapa, Mey?" Mas Rahman bertanya, ketika aku terlihat ragu mengangkat panggilan itu.

"Dinda, Mas."

"Kenapa nggak diangkat?"

"Bingung mau ngomong apa?" Bohong ku, padahal jantungku kebat-kebat takut mendengar kabar buruk dari anakku.

"Ngomong biasa aja, seolah kamu tidak apa-apa. Jangan marah atau mengomeli dia, tapi tunjukkan perhatianmu. Agar Dinda tahu kamu menyanyanginya, dan menghargai setiap keputusannya. Dinda sudah bukan anak-anak lagi, Mey. Dia sudah beranjak dewasa, kita harus memperlakukan dia sesuai usianya," terang Mas Rahman.

Aku mengambil nafas panjang dan mengembuskannya pelan-pelan, sebelum akhirnya mengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status