Share

Bab 58

"Umi gimana, Mey?" Mas Rahman menerobos masuk kamar Umi, dengan wajah panik.

"Masih belum sadar, Mas. Padahal sudah aku baluri minyak kayu putih badannya, sudah dikasih ke hidungnya juga. Tapi, kok nggak sadar-sadar ya, Mas. Ini sudah setengah jam, lho," ucapku frustasi.

"Bagaimana ceritanya, Umi sampai pingsan begini?" Mas Rahman yang kini duduk di sisi ranjang, tepat di samping Umi terbaring itu, menatapku dengan wajah khawatir.

Begitu selesai mendapat telfon dari nomor tak dikenal tadi, Umi langsung mencercaku.

"Dari siapa, Mey? Kenapa wajahmu jadi pucat begitu?" Aku sempat ingin merahasiakan kabar buruk ini, tapi Umi terus mendesak. "Apa yang kamu sembunyikan dari Umi, Mey?"

"Itu tadi telfon dari Mbak, eh, Bu Naya. Istri mudanya Abah."

Aku sering bingung sendiri kalau mau manggil istri kedua Abah ini dengan sebutan apa? Mau manggil Bu, tapi usianya hanya selisih 5 tahun denganku. Mau manggil Mbak, rasanya tidak sopan. Dia itu istrinya Abah yang berarti mertuaku juga.

"Untuk a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status