Share

Bab 65

"Bu Naya yang memasukkan berkat itu ke kamar, Mbak. Waktu saya tanya, dia bilang, " bukan urusanmu! Kamu itu hanya pembantu!" Adu Mbak Susi.

Aku jadi geram sendiri pada perempuan itu. Maksudnya apa menyembunyikan berkat sebanyak itu? Nggak mungkin mau dia makan sendiri, kan?

Aku menghela nafas panjang, bingung juga menghadapi kelakuan istri muda almarhum ini. Kok, bisa-bisanya menyembunyikan berkat.

"Ambil semua berkat, Mbak, kita bawa ke depan! Banyak tamu pria yang belum kebagian," ucapku tegas.

"Kalau Bu Naya nanya, gimana?" Wanita itu menatapku ragu. Mungkin dalam pikirannya, Bu Naya juga harus dihormati, seperti halnya Umi, karena dia juga istri Abah.

"Biar itu jadi urusan saya, Mbak." Wanita itu mengangguk, kemudian masuk ke kamar dan mulai mengambil tumpukan nasi kotak itu.

"Lho ... lho ... lho ..., kok berkatnya diambil semua? Gimana, sih? Itu kan buat keluarga saya," protes Bu Naya, saat berkat hanya tinggal beberapa kotak saja.

Aku yang tengah membantu Mbak Susi mengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status