Share

Bab 66

"Kamu jangan memonopoli semua harta Mas Fauzi sendiri. Aku ini istrinya juga, kami sudah menikah secara resmi. Itu artinya aku juga punya hak, apalagi aku sedang hamil darah daging Abah. Adik kamu juga. Pokoknya, aku mau warisan dibagi adil! Titik" Aku kenal sekali dengan suara itu. Itu Bu Naya, kenapa tiba-tiba dia ngomong seperti itu?

"Baru kemarin Abah dimakamkan, anda sudah ribut soal warisan? Dimana hati nurani anda?" Balas Mas Rahman.

Ruang makan terletak di depan kamar Umi. Jadi aku bisa dengan jelas mendengar suara debat antara Bu Naya dan Mas Rahman.

"Sing padu iku sopo, Mey?" (Yang debat itu siapa, Mey) Umi bertanya sambil mengunyah.

"Nggak tahu, Mi."

Meski aku tahu betul siapa pemilik suara yang tengah adu debat itu, di depan Umi aku pura-pura tidak tahu. Aku tidak mau wanita ringkih ini jadi kepikiran, kalau tahu siapa yang sedang ribut di depan, dan apa yang diributkan. Nanti memperburuk kondisi Umi yang sedang terpuruk.

"Coba kamu lihat! Suaranya kok kayak suamimu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status