"Menikahlah denganku, Mey. Tinggalkan pekerjaanmu, kita mulai hidup baru," ucap Rahman dengan tatapan penuh permohonan. Aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Ini bukan yang pertama, entah berapa kali dia mengutarakan niatnya mempersuntingku, berkali-kali pula kutolak keinginannya. Tapi itu tak menyurutkan niatnya memperistiku. Bukannya sok jual mahal, atau aku tidak tertarik dengan Rahman. Tapi aku cukup tahu diri, siapa lah diri ini. Janda anak satu, sedangkan dia? Perjaka thing-thing, meski tak setampan opa-opa Korea, Rahman bisa dibilang good looking. Kulitnya sawo matang khas pria Indonesia, rahangnya tegas. Santun perainganya, dan yang paling aku suka, tatap matanya yang teduh.Kalau soal janda, mungkin masih bisa ditoleransi. Tapi profesi ku? Itu yang membuat aku inscure, dan tak berani menerima lamaran Rahman. Aku ini wanita panggilan, pekerjaanku memberi kepuasan pada laki-laki hidung belang dengan imbalan sejumlah uang. Apa pantas bersanding dengan pemuda se-alim Rahman
Terakhir Diperbarui : 2023-05-16 Baca selengkapnya