Share

Bab 20

Melihat uminya sudah menunggu, Rahman memintaku segera turun, tak lupa dia membangunkan Dinda yang tertidur.

Begitu turun, Rahman langsung menghampiri sang Umi meraih tangannya dan menciumnya takzim. Tapi ketika aku yang mendekat dan hendak melakukan hal yang sama, Umi Farida langsung menghindar.

"Mi." Rahman hendak mengajukan protes atas sikap uminya, tapi wanita itu keburu memotongnya.

"Pulang!" Tegasnya tanpa ekspresi.

Wanita berkerudung lebar itu menatap dingin pada Rahman. Seolah menegaskan kalau dia sedang tidak ingin dibantah atau didebat.

"Iya, Mi. Sebentar, aku bantu Mey menurunkan barang-barangnya dulu." Rahman nampak begitu patuh pada sang Ibu.

"Umi tunggu di rumah!" Wanita itu berlalu begitu saja tanpa melihatku sama sekali, seolah aku ini mahluk tak kasat mata. Atau aku ini hanya seonggok sampah yang tak berharga di matanya? Hingga untuk sekedar dilihat pun dia merasa tak perlu, apa lagi menyapa layaknya manusia.

Aku tersenyum getir melihat sikap ibunya Rahman pada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status