Share

Bab 27

Meski malas akhir kuambil benda pintar itu, dan membukanya. Ternyata ada beberapa pesan WA masuk dari nomor Rahman. Ternyata laki-laki itu tak menyerah begitu saja, meski berkali-kali ku abaikan.

"Mey, ini Umi Farida."

"Tolong angkat telfon, Mey."

"Ini penting, Mey."

Jantungku tiba-tiba berdetak tak menentu. Umi Farida menelfon ku, ada alamat apa ini?

Mataku tak lepas dari ponsel dalam genggaman, menatap tak percaya pesan yang tertulis dalam benda pipih itu. Rahman kenapa? Kenapa Umi yang menelfon ku? Pertanyaan itu kini memenuhi kepalaku.

"Dari siapa, Mbak?"

"Eh, dari tetangga Mbak di sana," jawabku tergagap.

"Kayaknya penting banget, Mbak. Dari tadi nelfon terus, lho." Aku terdiam mendengar ucapan Abizar, kalau tidak penting tentu Umi Farida tidak akan menelfon ku.

"Nggak ditelfon balik aja, Mbak?" Aku menggeleng ragu.

Dalam hatiku sebenarnya penasaran, kenapa Umi Farida menelpon? Tapi rasa takut menguasai hati, hingga aku mengabaikan rasa penasaran itu. Masih teringat jelas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status