Share

Kuntilanak Berdaster

Author: Tere Bina
last update Last Updated: 2023-02-14 14:23:15

Akhirnya, aku tak jadi menyalahkan g****e. Sebab karena g****e, aku malam ini jadi bisa tidur tenang.

Sebab, Inder yang merasakan kesakitan di area sekel*kangannya sebab tak sengaja aku tendang tadi, ia memutuskan untuk langsung tidur.

Ah, akhirnya…makasih Mbah G****e…tonight i can sleep well.

Baru saja aku ingin memejamkan mata, hendak menyelam ke alam mimpi, tapi tiba-tiba saja aku mendengar kebisingan sebab notif pesan yang berasal dari ponsel.

Itu bukan ponselku. Sebab notif pesan ponselku kalau malam aku bikin senyap. Lalu siapa?

Siapa yang jam segini masih chatingan? Apa Inder? 

Iya, siapa lagi yang ada di rumah ini kalau bukan Inder? Sebab  rumah ini hanya aku dan Inder saja. Tapi bukankah tadi aku lihat Inder langsung tidur. Setelah tragedi penerjanganku di tubuh pusatnya?

Semakin lama, notif pesan tersebut semakin padat kudengar.

Karena penasaran, aku membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhku dan menoleh ke samping tempat dimana Inder tidur. Dan….

Ternyata Inder belum tidur. Ia memainkan ponselnya tampak sedang chatingan. 

Aku dapat melihatnya, sebab posisi Inder saat ini sedang membelakangiku dengan tidur menyamping.

Entah kenapa jiwa kepoku meronta-ronta ingin tahu dengan siapa Inder chatingan, yang tampaknya sangat seru, terlihat dari Inder yang sesekali tersenyum saat membacanya.

Aku semakin menajamkan penglihatan bahkan tubuhku sedikit terangkat hingga bisa dengan jelas melihat profil WA lawan chatting Inder.

Ternyata dia lagi chatingan dengan mantan terindahnya. Cleo.

Meskipun disana kontaknya tak tertulis Cleo, melainkan hanya emot love. Tapi melalui profil Wa nya yang memakai foto Inder, sudah dapat kupastikan kalau itu adalah Cleopatra.

Aku tidak tahu, apa alasan Inder putus dengan pacarnya, sedangkan aku masih bisa melihat cinta Dimata Inder untuknya, begitupun juga yang kulihat pada wanita itu, saat ia hadir di pernikahan kami.

Ah, aku sempat heran sendiri. Kenapa dengan tegarnya saat itu, Cleo mantan Inder datang ke pernikahan kami. Secara kan, masa iya baik-baik saja begitu pergi ke pernikahan mantan.

Aku terkesiap saat tiba-tiba saja mendengar suara kamera beserta flashnya. Ternyata Inder memotretku yang tengah mengintipnya dengan kamera Wa nya.

Segera ku memundurkan tubuh saat Inder menoleh ke belakang.

"Apa yang kau intip?" tanyanya dengan posisi masih menyamping. Hanya kepalanya saja yang setengah menoleh.

"Aku tidak mengintip." Setelah berucap, aku segera kembali ke posisi awal dan membenamkan diri dalam selimut.

"Oh, iya, tolong hapus fotoku di ponselmu." Kepalaku sedikit menyundul Dari balik selimut sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam.

*****

"Din, kau bisa masak apa aja?" 

Aku tersentak dengan kehadiran Inder yang tiba-tiba saja.

"Bukannya tadi kamu sudah berangkat ke kantor, Mas?" tanyaku, heran.

"Iya, tapi tak jadi."

"Kenapa?"

"Teman-temanku mau datang kesini."

"Jadi?"

"Kamu masakan untuk mereka."

"Aku kan gak tahu masak."

"Kamu bisanya apa?"

"Masak Indomie!" jawabku tanpa ragu.

Inder mengusap wajahnya kasar.

"Selain itu?"

"Telor ceplok."

"Yaudah, sebisanya kamu aja, deh." Inder tampak ingin melangkah.

"Kenapa kau tak masak sendiri saja seperti kemarin?" Aku menghentikan langkah Inder.

"Ini teman-temanku yang mau datang, Din. Bukan sembarang orang."

"Ya terus. Gak bisa makan masakan kamu, gitu?" 

Inder memutar tubuhnya, menghadapku. "Nanti akan ada Cleo juga. Dia pasti tau kalau itu masakanku. Jadi kamulah yang masak untuk mereka." 

Oh…ternyata mantan, toh. Yang mau datang. Pantas sibuk bahkan sampai gak jadi ke kantor.

"Lalu kenapa gak beli saja atau gojek?" usulku.

Inder tak bereaksi apa-apa. Malah ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

"Masak apapun yang kau bisa." Ia menyempatkan diri menoleh sebentar padaku.

*****

Dari dapur, aku bisa melihat tamu Inder yang saat ini sedang bercengkrama di sofa ruang tamu.

Semua pria, hanya ada satu wanita, yaitu Cleo. Mantan terindah Inder.

Dia benar-benar cantik. Aku dengar dia keturunan Mesir. Rambutnya yang panjang sepinggang dan lurus agak kecoklatan tersebut dibiarkannya di gerai.

Meskipun ia tak berjilbab, tapi pakaiannya sopan, tak terbuka seperti wanita pada biasanya.

Ah, pantas saja kalau Inder susah move on. Bahkan bukan susah lagi, namun nyatanya ia belum move on. Sebab, mantannya saja bodinya bak gitar spanyol dan rupa wajahnya  sudah seperti bidadari. Aku kalah banyak. Dan…gak berharap banyak juga sama Inder. Tapi…aku mencintainya.

Aku menatap Inder yang tampak sesekali mencuri pandang pada Cleo. Yang Cleo nya juga sama. Dan aku disini…hanya bisa melihat suamiku yang sedang saling berpandangan dengan Cleo.

Ah…miris sekali nasib percintaanmu, Din. Hu hu hu…aku cemburu.

****

"Din, sudah masak?" 

Aku yang sedang membereskan pecahan beling dari gelas yang aku tak sengaja pecahkan tadi, menoleh ke arah Inder.

"Belum." Aku berdiri dan membuang pecahan gelas ke sampah.

"Terus, dari tadi ngapain aja?" Raut Inder mulai berubah.

"Bengong aja."

"Dih. Kamu—"

"Bisa aku membantu istrimu masak?" 

Sontak aku menoleh ke arah sumber suara yang begitu lembut aku dengar. Pemiliknya siapa lagi, kalau bukan Cleo.

"Emang kamu bisa masak?" Dih, tanpa aku sengaja, nada pertanyaanku terdengar sirik dan ketus aja.

"Bisa, Mbak." Dia tersenyum. Menampakkan kedua lesung pipinya yang seakan-akan mengejekku yang jauh dari kata cantik ini.

Ah, entahlah. Kenapa aku bisa tak cantik. Padahal Emakku cantik, Inggit apalagi. Dirham ganteng. Lalu aku ini nurun siapa coba. Hidungku yang pesek ini juga nurun siapa coba? Punya Inggit dan Dirham aja mancung.

Ah, benar-benar ditirikan.

"Kamu beneran mau masak, Cle?" tanya Inder. Lembut banget kalau sama Cleo. Coba sama aku? Ah, entahlah. Suka-suka Inder aja.

"Beneran, Inder. Bukannya kamu tahu sendiri kalau aku ini suka masak."

Wah…ini namanya sindiran nyerempet. 

"Kalau kamu mau request makanan kesukaan kamu, bisa juga, kok." Cleo menatap intens pada Inder.

 Dih, tebar-tebar pesona.

"Ya sudah, kalian silahkan masak. Aku ke kamar dulu." Aku melangkah hendak pergi.

"Eh, Din. Temenin Cleo." Inder menahan lenganku saat aku melintas di depannya.

"Kan udah ada kamu."

"Kamu mau kemana?"

"Oh, aku punya urusan penting. Aku mau mencoba pengobatan tradisional yang kamu peroleh dari g****e itu." Aku melemparkan senyuman sebelum meninggalkan Inder dengan mantannya.

Padahal aku pergi ke kamar hanya ingin menyembunyikan raut melasku dari Inder.

Hi hu hu….

Ternyata begini rasanya mencintai tapi tak dicinta.

*****

Setelah selesai sholat isya', dan hendak membaringkan diri di ranjang, aku tak sengaja melihat sebuah album di balik bantal Inder.

Iseng aku buka, dan isinya benar-benar mengandung bawang. Bikin hatiku perih melihatnya.

Di album itu semua foto-foto Cleo dan Inder.

Ternyata benar, Inder masih menyukai mantannya tersebut yang begitu indah rupanya.

Ingin marah seperti para istri yang ketahuan suaminya masih menyimpan kenangan dengan mantannya. Tapi aku sadar, aku siapa disini? Aku hanya menikah karena uang, dan Inder pun juga karena uang.

Jadi…aku hanya bisa menahan gejolak hati ini. Yang ingin emosi. Tapi sadar dengan keadaan yang memang  pernikahan kami tak seperti pernikahan pada umumnya.

Aku segera meletakkan album itu kembali  ke tempatnya saat mendengar suara pintu dibuka.

"Kenapa kamu?" tanya Inder, yang mungkin melihat ekspresi tegang dariku. Tadi belum sempat lari ke ranjang, Inder keduluan masuk.

"Gak papa," jawabku, bertolak belakang dengan apa yang ada di hati. Dalam hati penasaran dan ingin bertanya, apa dan bagaimana perasaan Inder sebenarnya pada Cleo. 

Kenapa saat itu ia tak menikah dengan Cleo saja. Kenapa malah menerimaku dan ia membalas status F******k ku melalui inbox. Kenapa kalau ia punya Cleo masih bekerja sama denganku.

Kaau begini…aku kan sekarang yang menderita. Sebab…aku mencintainya.

"Yakin?" tanya Inder.

"Sebenarnya aku mau nanya sesuatu," akuku akhirnya.

"Iya, apa?"

Duh, mendadak aku ragu, kesannya terlalu kepo untuk ukuran istri yang hanya berstatus penghangat ranjangnya saja.

"Gak jadi." Aku segera melangkah ke ranjang, dan menarik selimut.

"Harus jadi, aku penasaran!" Inder menyusulku, ikut naik ke ranjang.

Maksa banget nih orang, aku mengubah posisi miringku menjadi terlentang menatap Inder.

"Katakan, apa pertanyaanmu!"

Aku masih berpikir, apa iya harus ditanyakan. Penting gak, ya?

"Dinar…!"

" Duh iya, maksa banget," sungutku.

"Cepat katakan! Aku orangnya penasaran tinggi."

"Iya."

"Iya apa?"

"Manusia mati hanya pakai kain kafan, lantas dari mana kuntilanak dapat daster?" Entah kenapa aku tiba-tiba menanyakan hal konyol itu demi menghindari pertanyaan yang sebenarnya.

Inder bergeming sambil menatapku.

"Gak bisa jawabkan? Ya sudah!" Aku kembali memiringkan badanku membelakanginya.

Tak ada respon dari Inder. Ia juga tidak mengganggu tidurku seperti malam-malam sebelumnya setelah menikah. Baguslah, malam ini aku bisa tidur nyenyak.

Tapi kok aku penasaran, apa yang tengah dilakukan Inder. Lantas aku mengubah posisiku lagi menghadap Inder. Ternyata ia termenung dengan posisi bersandar ke sandaran ranjang.

Di saat yang sama, Inder juga menatapku, aku mengedipkan mata berkali-kali, mendadak  salting, ketahuan mengeceknya.

" Kenapa? Ngarep di apa-apain, ya!"

Idih….

Aku segera membalikkan badan, kembali membelakanginya. Namun tak lama dari itu, aku merasakan tangan kekar Inder melingkar di perutku, dalam satu tarikan tangannya berhasil membuatku menghadapnya.

Fix, tidurku gak bakalan nyenyak lagi.

__________

Related chapters

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Sakit....

    Pagi-pagi sekali, saat aku bangun hendak mandi, aku sudah tak mendapati Inder di sampingku. Entah kemana perginya itu pria.Saat aku hendak masuk ke kamar mandi, tiba-tiba Inder masuk dengan pakaian rapi namun rambutnya masih tampak basah.Wah, ternyata meskipun ia monster, rupanya ia rajin juga. Bangun lebih awal dariku, bahkan sudah rapi."Apa liat-liat?" ketus Inder, "apa matamu ketuker dengan mataku."Eh, apa barusan ia bilang? Astaghfirullah…aku benar-benar kaget, ternyata selain ia monster ternyata ia punya mulut genre 21+, hot alias panas.Kesel? Tentu. Oleh karena itu, tanpa berkata-kata aku melintas di depannya, segera masuk ke kamar mandi."Jangan masuk dulu!"Sontak kakiku yang sudah menginjak lantai kamar mandi terhenti saat mendengar instruksi dari Inder.Aku menoleh, menatap Inder

    Last Updated : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Jangan Bodoh!

    Akhirnya…aku berjalan ke arah jalan besar, setelah Inder menurunkanku tanpa perasaan dari mobilnya. Bahkan Inder tak merasa bersalah saat tadi ia menurunkanku. Padahal tadi aku sempat mengharap Inder akan menurunkan ku di jalan besar, agar aku tak perlu berjalan kaki untuk menunggu taksi.Jadi seperti ini sakitnya? Saat kita kalah saing dengan mantan?Apalagi mantannya cantik. Ah, Cleo bukan cantik, ia lebih pantas disebut indah. Sebab cantik milik setiap wanita, namun indah itu hanya milik kamu, sebutan dari  Inder untuk Cleo.Begitu tulisan tangan Inder yang aku baca di album foto yang kutemukan di bawah bantalnya.Entah sudah berapa lama aku berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi, namun belum ada satupun taksi yang lewat, bahkan yang ada penumpangnya sekalipun tak kujumpai.Pada kemana taksi hari ini? Apa mereka lagi sama galaunya sepe

    Last Updated : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ada Apa Dengan Mantan?

    "Kenapa kau diam? Apa kau sudah menyadari kebodohanmu itu?" Mas An tampak mengejek.Aku tak menggubris kata-kata Mas An, sibuk mengurusi diriku sendiri yang berusaha mengelap air mata agar pria tak sampai melihatnya. Dan lebih megejekku lagi.Selain itu, aku juga sibuk menata hatiku yang sempat resah dan kecewa. Sebab aku di sini lebih banyak di manfaatin daripada memanfaati.Inder benar-benat licik. Tapi….Aku memang butuh uang untuk biaya kulihku, jadi aku tak bisa untuk mundur. "Hei, kenapa kau diam saja. Apa kau sedang merenungi dan menyesali kebodohanmu itu?""Cukup! Kenapa kau selalu bilang aku bod0h!" Kali ini aku protes, sebab aku tak terima sedari tadi Andra selalu mengataiku bod*h. Siapa pun tak akan terima itu."Kenyataannya kamu memang bod*h!""Cukup! Hentikan! Kau bilang aku bodoh. Coba sekarang katakan. Dimana letak kebodohanku!" Suaraku meninggi, sekuat tenaga menahan emosi."Apa yang membuatmu mengataiku bodoh? Hah!""Kau jatuh cinta pada Inder!""Apa?" Aku memekik kag

    Last Updated : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Yang Merusak Cita-Cita

    Saat ini aku dan Inder tengah makan malam, hanya berduaan saja. Selama acara makan malam berlangsung, kami hanya diem-dieman. Hening!Rasanya menikah dengan sebelum menikah sama saja aku rasa. Aku masih merasa kesepian dan tak punya kawan curhat lebih pribadi, dulu pernah bermimpi, jika punya pasangan hidup nanti, aku akan bermanja-manjaan sama suamiku menceritakan keseharianku, tapi nyatanya pas punya suami eh  kayak Inder, mode senyap.Karena makananku sudah selesai, aku berdiri hendak masuk kamar. Urusan beres-beres, nanti saja atau bisa aku lakukan besok pagi."Mau kemana kamu?" Langkahku terhenti sambil menoleh ke Inder yang masih makan."Mau ke kamar," jawabku cuek."Duduklah dulu, temani aku makan sampai selesai, makan sendirian itu sepi, mengurangi selera makan."Aku tersenyum sinis, benar-benar egois, dikiranya aku gak kesepian mungkin, cuman

    Last Updated : 2023-03-18
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Tak Mau Rugi Sendiri

    Aku segera mengusap air mata tatkala Inder masuk kedalam kamar.Inder tercengang, melihatku."Apa?" Aku dan Inder serempak saat menanyakan kalimat yang sama."Seharusnya aku yang tanya. Ada apa dengan dirimu?" Inder bertanya dengan mata menatap lekat ke arahku.Segera kupalingkan wajahku darinya sebelum melihat mataku dan menyadari kalau aku habis nangis.Malu saja pada Inder kalau ia tahu aku baru saja menangisi dirinya.Dengan tanpa kata-kata, aku segera melangkah ke arah ranjang, dan membaringkan diri disana.Mengabaikan tatapan Inder. Yang tampak horor.***"Kok bisa, sih. Mbak jatuh cinta sama Mas Inder?" Raut Inggit tampak terkejut saat aku menceritakan perasaanku pada Inder.Saat ini aku lagi ada di cafe bersama Inggit.Sepulangnya dari kampus, aku sengaja ngajak Inggit ketemuan, di cafe yang ada di depan bank tempat ia bekerja."Ya mau gimana lagi, Git. Mbak juga gak niat memiliki rasa ini. Ini menyebalkan tahu!" Aku menopang dagu dengan sebelah tangan dengan siku bertumpu di

    Last Updated : 2023-03-19
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Beri Aku Anak

    Aku masih menatap Inder yang baru saja membuka kan pintu mobil untuk Cleo. Saat ini mereka tampak melangkah ke arah cafe.Sesekali tangan Inder merapikan anak rambut Cleo yang terbang diterpa angin.Kok hatiku juga ikut panas, ya? Tak hanya mataku. Tapi hatiku juga sekarang yang panas. Dan rasanya seperti di remas-remas.Melihat sikap Inder pada mantan nya yang begitu lembut, tapi denganku ia tak ada lembut-lembutnya. Inder hanya lembut saat dia membutuhkanku saja saat tidur.Dan aku sadar. Inilah perbedaanku dengan Cleo. Aku jauh berbeda dan tak ada apa-apanya dengan mantan Inder. Aku harus selalu sadar degan itu agar rasa sakit ini tak berlarut-larut dan melebar dan semakin menganga.Aku mengusap air mataku seraya berlari pergi sebelum Inder melihatku yang saat ini ia hampir memasuki cafe.Oh, kenapa cintaku pada Inder sesakit ini?Hu hu hu....*****Baru saja aku selesai dari sholat isya ku, aku mendapati ponselku berbunyi pesan masuk.Aku membanting Hp ku kasar ke kasur. Saat melih

    Last Updated : 2023-03-20
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Menolak Hamil

    Pagi ini aku dan Inder sarapan bersama. Seperti biasa, hening. Tak ada percakapan dan tentu saja itu membuatku merasa bosan."Oh, ya…!" Aku bersuara memecah keheningan.Inder masih tak bereaksi, ia fokus menyantap makanannya."Mulai hari ini aku akan memutuskan untuk KB."Sontak Inder menghentikan makannya. Tangannya yang hendak menyendok nasi goreng di piringnya terhenti."Apa karena permintaanku semalam?" Inder bertanya tanpa menatapku. Pandangannya menatap piring."Bukan!" jawabku."Lalu?""Hanya kemauanku saja!""Alasannya?""Tak ada!""Alasannya?" Ia keras kepala rupanya."Aku belum siap punya anak!"Kali ini Inder mengangkat pandangannya menatapku. Tampak heran."Kenapa?" tanyanya."Tak apa!""Kenapa?"Ya, Tuhan…dia ngeyel."Tak ada!""Alasannya, Dinar!" Suara Inder naik satu oktaf. "Aku masih ingin kuliah, dan tak ingin disibukkan dengan seorang anak nantinya di tengah-tengah aku yang sedang fokus dengan kuliahku!"Terpaksa aku menjawab lain, yang aslinya sama sekali bukan ala

    Last Updated : 2023-03-21
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Kenapa Harus Andra?

    Aku keluar dari kamar mandi setelah berusaha menetralkan perasaanku sendiri yang tadi sempat resah dan khawatir."Kamu kenapa?" Inder langsung menyambutku dengan pertanyaan, rupanya ia masih ada di depan kamar mandi."Gak papa, mungkin masuk angin aja!" jawabku, sambil mengusap wajah yang basah dengan air, saat tadi cuci muka.Inder terdiam sejenak"Yakin?" tanyanya dengan mata menyipit." Yakin lah!" jawabku sambil berusaha tersenyum, menutupi keraguanku sendiri.Inder tampak manggut-manggut, sambil keluar dari kamar. Aku berjalan ke arah ranjang dan membenamkan diri di bawah selimut.Sebisa mungkin aku menepis pradugaku, dan meyakinkan diri sendiri bahwa aku tidak hamil. Ya, aku tidak hamil. Dan tak mau hamil.Aku memejamkan mata, pura-pura tidur saat Inder kembali ke kamar."Dinar, ini minum dulu obatnya, biar perut kamu gak kembung!" Inder menggoncang-goncangkan bahuku."Tidak usah, nanti juga bakal sembuh sendiri, kok, aku hanya kedinginan saja!" jawabku asal, dengan mata masih te

    Last Updated : 2023-03-22

Latest chapter

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Tanpa Warna

     Setelah habis beper-baperan karena kalimat Inder yang mengatakan kalau memang hanya aku jodohnya, aku menatap Inder untuk meyakinkan perkataannya. Namun, ia hanya menaik turunkan alisnya."Sudah jelas, kan, sekarang alasanku apa?" Dia melipat tanga di dada sambi menaikkan satu kakinya ke lutut."Apa?" Aku masih tak paham. Tepatnya pura-pura tak paham, sih."Sekarang perasaan kira sudah impas. Sama seperti kamu," ucapnya tenang."Memang apa perasaanku?" Aku melipat tangan menirukan gaya Inder saat ini sambil menatapnya dengan sebelah alis terangkat."Gak tau. Yang aku tahu kamu mau menikah denganku sebab uang."Aku terdiam sejenak. Antara ingin mengaku dan tidak pada Inder. Malu gak, ya? Andaikan aku mengaku pada Inder kalau aku suka dia. Bahkan cinta dia suda lama, sebelum kami menikah.

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ah, Aku Baper!

    "Tadi kamu bilang apa?" tanyaku sambil melirik Inder, untuk meyakinkan pendengaranku tak salah."Apa? Gak ada!" elak Inder sambil menjalankan mobil."Itu tadi, yang aku cemburu!" ingatku, siapa tahu ini pria punya penyakit amnesia mendadak.Inder tak menggubris ucapanku, malah ia memasang kaca mata, terlihat santai seakan tak mendengar pertanyaanku. Padahal jelas-jelas pertanyaanku begitu jelas dan cukup nyaring. Hanya saja Inder cuek. Malu kali. Setelah tak sengaja bilang cemburu."Cie, yang cemburu, ehem!" Entah kenapa aku suka dan ingin sekali untuk menggoda pria sok jaim itu kali ini."Coba, dong, ulang sekali lagi, aku cemburu gitu!" tuntutku. Ah, kemaruk banget emang aku. "Tadi kurang jelas aku dengarnya!" pintaku. Kembali Inder tak menggubrisku. Tapi gak masalah, aku suka itu, lama-lama aku terbiasa dengan sikapnya. Kesel-kesel gemes gitu. Tapi aku cinta."Mas Inder ….""Bisa diem, gak? Jangan mancing-mancing saya, kamu itu gak bisa diapa-apain!"Hah! Maksudnya? Aku melongo m

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Cemburu

      Setelah 20 menit kemudian, Dokter Mekka, dokter kepercayaan keluarga Inder yang bekerja sudah bertahun-tahun lamanya tersebut masuk kedalam kamar dengan membawa tas.Dokter Meka langsung memeriksaku. Setelah duduk di pinggir ranjang."Nyonya  gak minum vitamin yang kemarin saya kasih? Untuk mengurangi sensitif bau yang Nyonya rasakan yang mengakibatkan Nyonya  terus ingin mual," tanya Dokter Meka. Menatapku penuh kelembutan."Udah, kok, Dok, cuman gak ngefek!" jawabku sambil duduk dari posisi tidurku. Setelah diperiksa Dokter Mekka."Kok bisa, ya? sedikitpun tak ngefek?" tanyanya lagi dengan raut heran. "Tidak, Dok!" jawabku sambil menggelengkan kepala."Emhhh … apa ada hal lain yang bisa ngilangin sensitif baumu?" tanya lagi Dokter Meka. Tampak sedang berpikir.Aku

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Membuat Inder Kesal (Ini Sala Anakmu?

    Aku mengusap-usap perutku yang mulai membuncit di usia kandunganku yang sudah lima bulan lebih ini."Bisa tidak, kamu gak usah mandi dulu!" Inder yang baru masuk kamar sepulang dari kantornya, dan membuka jasnya tampak terkejut dengan permintaanku.Inder menatapku dengan ekspresi anyep. Cukup lama Inder  menterengin wajahku, membuatku tak nyaman dan menyesali ucapanku barusan. Hingga beberapa detik berlalu, Inder masih saja menatapku dengan raut heran. Aku menelan saliva. Benar-benar menyesali permintaanku.Selanjutnya, tanpa berkata, Inder meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Aku mengusap dada, terasa lega tak mendapatkan perkataan yang nyelekit dari Inder  atas permintaan anehku tadi. Iya, aneh memang. Jelas-jelas Inder tak bisa hidup tanpa mandi. Selama aku hidup dengannya saja entah berapa kali aku menjumpai ia seharinya mandi ban

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Status Sosmed

    Hening ….Selama dalam perjalan menuju pulang, aku dan Inder hanya diem-dieman. Tepatnya Inder saja yang diam. Sebenarnya sedari tadi aku sudah jenuh dengan keheningan ini. Aku tidak suka keheningan saat sedang bersama seseorang. Aku maunya ngobrol atau cerita.Saat Inder memergokiku tengah duduk bersama dengan Andra, aku kira ia bakalan marah atau apapun, tak tahunya ia hanya menyuruhku masuk kedalam mobil. Itu pun hanya melalui bahasa isyarat saja, bukan tanpa kata-kata atau perintah dengan sengit seperti biasanya.Inder tidak marah, namun sikapnya yang pria itu tunjukkan padaku lebih dari kemarahannya. iya, aku merasakan itu.Sikap diam Inder bukan mengatakan kalau ia tidak marah, melainkan perasaan ia sedang tidak baik-baik saja. Lambat laun, sedikit demi sedikit aku sudah memahami karakter Inder. Diamnya Inder menandakan bahwa ia sedang marah. Sedangkan jika dia banyak omong maka kebalikannya.Inder memang sedikit berbeda dengan pada umumnya. Ia lebih suka diam saat ada masalah,

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa Yang Terlambat

    Saat aku melangkah ke parkiran untuk menunggu jemputan Inder, mataku menangkap sosok Andra yang lagi duduk di kursi biasa aku duduk di sana.Andra tersenyum ke arahku. Duh …mendadak bingung, dilema juga. Di satu sisi aku ingin menghampiri Andra. Dia baik dan gak seburuk yang Inder kira dan selalu katakan padaku. Andra justru sering membantu dan perhatian padaku tanpa pamrih.Tapi di sisi lain aku takut akan pesan Inder tadi pagi. Yang berpesan bahkan dengan sangat menekan untuk tidak mendekati pria saudara tirinya itu."Gak papa, kok, Din, sini aja. Aku gak macam-macam, kok!" ujar Andra seakan tahu isi hatiku.Aku nyengir merasa malu. Bak maling yang sedang ketangkap basah. Ragu-ragu aku melangkah mendekati kursi tempat di mana Andra tengah duduk dengan tenang di sana."Aku cuman mau mengembalikan ini." Andra menyodorkan sebuah map dan amplop coklat setibanya aki di hadapannya.Aku mengernyit. "Apa ini?" tanyaku sambil menerima Map yang disodorkan Andra."Itu milik Inder suami

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Penjelasan Cleo

    Pagi setelah sarapan, Aku langsung pergi ke kampus dengan diantar Inder.Ada rasa senang di hati diantar olehnya. "Ingat…jangan dekat-dekat atau menemui Andra lagi!" pesan Inder saat aku hendak membuka pintu mobil, sebab dia mana pernah berinisiatif untuk membuka pintu mobil buat istrinya yang lagi hamil ini.Kalah sama Andra emang. Padahal dia bukan suamiku."Kenapa?" Nada pertanyaanku terdengar ketus."Kamu lagi hamil!" Nada Inder tak kalah ketusnya.Hah! Apa hubungannya coba? Hamil sama ketemu Andra. Aneh banget. "Dia bukan pria baik-baik, nanti anakku nurun dia." Inder  melirik perutku yang masih rata. Hanya sekilas, selanjutnya ia kembali membuang pandangan. Aku segera membuka pintu mobil dan keluar.Inder langsung menjalankan mobilnya keluar dari area parkiran kampus setelah a

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa yang Tak Jelas

    Aku masih ternganga mendengar jawaban Inder bahwa ia sebenarnya tak suka Cleo. Lalu ...?"Aku hanya memaksakan diri ini untuk suka pada Cleo. Sekalipun Papa tak pernah merestui hubungan ku dengan Cloe. Aku lakukan itu hanya karena agar Ibu Yasmin memberikan kasih sayangnya padaku. Sesuatu yang tak pernah aku dapatkan. Hanya kasih sayang dari Papa saja yang aku dapatkan," jelas Inder seolah tahu isi pikiranku."Lalu kenapa kau membencinya? Membenci Papa Aleks?" tanyaku."Karena dia menikah lagi disaat Ibu Yasmin mengalami depresi. Sekalipun pernikahan itu atas permintaan Ibu Yasmin. Ibu menyuruh Papa menikah lagi sebab Ibu tak mau berperan sebagai istri dari Papa lagi. Ia hanya mau jadi istri di atas kertas saja."Benar-benar rumit ternyata kisah keluarga Inder. Aku kira orang kaya gak akan sepusing orang tak punya sepertiku. Sebab harus banting tulang untuk mencari uang. Bahkan aku harus rela menik

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Gak Suka Cleo

    Meskipun aku tak ingin pulang dari rumah Emak, tapi melihat sikap Inder yang seperti benar-benar tak betah di rumah Emak, entah apa alasannya, akhirnya aku pun ikut dengannya. Pulang ke rumahnya. Tentunya setelah Inder pamit dan minta maaf sama Emak dan menjelaskan pada Emak juga adik-adikku bahwa semua masalah yang terjadi hanya sebuah kesalahan pahaman dan Inder tidak selingkuh dengan Cleo.Usai makan malam, aku berdiri di balkon kamar bersama Inder. Menikmati angin malam yang sejuk.Di sana, pria itu menjelaskan semua pertanyaanku yang tadi siang. Inder bilang, bahwa, ibunya Yasmin mengalami depresi saat ia kehilangan perusahaan dan beberapa bisnis lainnya. Semuanya dialihkan atas nama keluarga Cleo. Entah bagaimana caranya dia tak menjelaskan begitu detail.Inder dan Cleo sudah dari sejak SMA menjalin hubungan. Kata Inder, Cleo mendekati Inder hanya karena ada sesuatu yang ia incar, yaitu bisnis Ibu Yasmin.Ibu Yasmin dan Papa Aleks menikah bukan karena cinta, melainkan karen

DMCA.com Protection Status