Share

Upss...Salah G****e!

Penulis: Tere Bina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-14 14:09:41

Aku menelan ludah. Tatapan Inder sangat dingin. Aku menoleh ke belakang. Mendapati Andra yang juga sama dinginnya.

Kenapa selain di kelilingi orang-orang bermulut kasar, aku juga dikelilingi orang-orang berwajah dingin. Apa mereka sebenarnya adalah keluarga monster?

"Pikirkan urusan selingkuhmu nanti saja. Aku masih punya uang untuk menahanmu dalam pernikahan ini." Kata-kata Inder begitu terdengar dingin. Serasi dengan wajahnya.

"Segera ke ruang tamu. Keluargamu sudah datang." Setelah berucap, Inder segera pergi, dengan masih gayanya yang selalu memasukkan tangannya ke kantong celananya.

Haish…aku pikir tadi dia kesini mau menjemputku, menarik tanganku. Tak tahunya malah hanya begitu saja. Yah…begitu saja. Tak ada romantis-romantisnya itu suami.

*****

Saat ini kedua belah pihak keluarga, keluargaku dan keluarga Inder sudah berkumpul di meja makan. Melaksanakan makan siang.

Dari keluargaku hanya tiga orang yang hadir. Emak, Inggit dan terakhir Dirham.

Sedangkan dari pihak Inder, ada Papa Aleks dan istri mudanya, Mama Anggun. Sedangkan mama Yasmin, istri pertama Papa ada di tempat rehabilitas. Itu yang sedikit yang aku tahu. Aku tak begitu dalam mengetahui seluk beluk cerita keluarga suami dadakan.

"Kamu sekarang sedang menyelesaikan S-1 mu, ya, Nak Dinar?" Papa Aleks memecah keheningan yang tercipta selama acara makan berlangsung.

"Iya, Pa." Aku menjawab dengan kepala masih menunduk.

"Ok. Semangat. Suamimu akan setia mendukung cita-citamu," ucap Papa Aleks.

"Terimakasih, Tuan Aleks. Saya sangat bersyukur Dinar bisa mendapati suami seperti Inder." Emak menimpali.

Ah, untung apanya, Mak. Gak tau aja kalau di balik uang yang diberikan Inder ada rasa sakit yang harus ku tahan. Yang hanya dapat aku rasakan sendiri.

"Iya, sama-sama, Bu Rea! Inder juga berun uptung mendapatkan Dinar. Dia punya cita-cita yang tinggi dan pantang menyerah." Mama Anggun menyahuti.

Aku melirik Inder yang sempat kulihat ia menyunggingkan senyum sinis di sela-sela makannya.

Lalu tatapanku beralih ke arah Indra. Yang sedari tadi aku lihat tengah mencuri-curi pandang pada Inggit yang duduk tepat di depannya.

Terakhir aku menatap Andra. Yang sedari tadi hanya diam saja menikmati makanannya. Tanpa sekalipun mengangkat wajahnya.

Ah, berbagai macam ekspresi orang-orang yang ada di meja makan ini.

****

"Sepertinya, jalan Mbak agak sudah lain, ya." Inggit berbisik di telingaku, saat ia hendak masuk kedalam mobil taksi.

"Ih, apaan, sih." Aku mencubit kuat pinggang Inggit. Hingga ia mengasuh sakit.

"Dir, tunggu!" Aku menghentikan langkah Dirham yang hendak masuk ke dalam taksi yang dipesankan oleh Papa Aleks.

"Iya, Mbak. Apa?" Dirham, adik laki-lakiku itu menoleh.

"Simpanlah. Maaf, Mbak gak bisa ngasih banyak." Aku menyelipkan beberapa lembar uang di tangan Dirham.

"Sudah, Mbak. Gak usah." Dirham mengembalikan uang itu.

"Lebih baik Mbak simpan sendiri saja. Kan lagian pas itu Mbak udah kasih. Mbak Inggit juga ngasih aku, Mbak," ucap lagi Dirham.

"Iya itu kan beda, Dir. Udah ambil aja. Mbak disini gak akan kekurangan, kok. Mbak tahu kamu butuh uang sekarang ini." Aku kembali menyelipkan lagi uang yang hanya beberapa lembar tersebut. Kali ini Dirham tak menolaknya.

"Terimakasih, ya, Mbak." Ekspresi wajah Dirham tampak tak enak.

Aku hanya tersenyum. Selanjutnya melangkah ke arah Emak yang berdiri di samping Inggit.

"Peganglah, Mak. Dan pergilah kontrol sama Dirham atau Inggit kalau mereka lagi senggang." Aku memberikan amplop pada Emak.

"Tapi, Din. Kamu dapat dari mana uang ini?" Emak tampak khawatir.

"Tenang saja, Mak. Ini uang Dinar, kok."

"Tapi bukannya kemarin yang yang 100 juta sudah kamu pakai dan sisanya kamu kasih ke Emak juga."

"Iya, Mak. Dan ini masih sisa."

"Serius?"

"Iya, Mak. Aku gak mungkin menggunakan uang Mas Inder untuk ku berikan pada Dirham dan Emak."

"Tapi, Din—"

"Sudah, Mak. Maaf, Dinar hanya bisa ngasih segini."

Emak memasang ekspresi tidak nyaman sebelum akhirnya ia masuk ke mobil. Yang sebelumnya ia berpamitan dulu padaku. Dan berkali-kali bilang makasih.

Aku berdadah pada Emak dan Inggit juga Dirham sebelum taksi itu lenyap dari pandanganku.

"Dinar!"

Aku menoleh saat mendengar suara Papa Aleks.

"Iya, Pa!" Aku menjawab gugup. Takut kalau beliau melihat tadi saat aku memberikan uang pada Emak dan Dirham.

"Bagaimana dengan Inder?"

Ah, aku bernafas lega. Sebab Papa mertua ternyata hanya mau menanyakan tentang Inder.

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya Papa.

Aku tak segera menjawab. Namun selanjutnya menganggukkan kepala.

" Dia…baik, kok, Pah."

Papa Aleks tersenyum."Terimakasih, sudah menenangkan Papa. Dengan tidak mengatakan yang sebenarnya pada Papa."

Aku hanya tersenyum kaku. Rupanya aku ketahuan berbohong.

"Tapi…percayalah, Din. Aku tak akan membuat Inder menyia-nyiakanmu. Bisa aku pastikan itu. Dan percayalah, Inder orangnya tanggung jawab, kok. Hanya saja ia sedikit tertutup dan cuek. Menuruni sifat ibunya."

Aku hanya menanggapi ucapan Papa Aleks dengan senyuman.

****

"Jadi…berapa biaya tiap semestermu?"

Aku yang duduk santai di atas ranjang dengan berselonjor kaki mainan Hp segera menoleh ke arah Inder yang baru saja masuk ke dalam kamar.

"Taka mahal pastinya kalau menurutmu." Aku menarik kakiku, jadi duduk bersimpuh saat Inder duduk di ujung tepi ranjang.

"Berapa?" Dia menatapku tanpa ekspresi.

"15juta." Aku menatapnya, menunggu reaksinya.

"Kenapa? Mahal?" Aku menyunggingkan senyum di kalimat terakhirku.

"Menurut kamu?"

"Untuk ukuran wanita sepertiku yang tak punya penghasilan jelas mahal. Tapi untuk kamu yang jelas di kelilingi uang jelas tidak, kan? Oleh karena itu, aku mau menjadi istrimu. Tapi kamu jangan khawatir, toh, sebentar lagi kuliahku kelar. Hanya tinggal beberapa bulan saja. Tapi aku punya hutang. Pas itu aku gak punya uang untuk bayar."

"Berapa?"

"45 juta!"

"Berapa kali hutang?"

"3 kali!"

"Ke siapa?"

"Ada, deh. Itu bukan urusan kamu. Kamu hanya perlu membayarnya. Itu juga termasuk dalam perjanjian kita. Sebab itu termasuk biaya kuliah ku."

Inder mengalihkan pandangannya dariku. Tak lama dari itu kembali menatapku. Tanpa berkata-kata.

"Kenapa? Kamu keberatan?"

"Gak!"

"Lalu?"

"Aku tidak keberatan, sebab itu memang tugasku, namu kau juga harus sadar dengan tugasmu. Kau harus bersungguh-sungguh melayaniku."

"Melayani apa?" tanyaku ketus. Mendadak pikiranku tak nyaman.

"Apalagi yang diharapkan seorang laki-laki dari seorang wanita. Seperti halnya seorang wanita yang mengharapkan uang dari laki-laki." Inder mengakhiri kalimatnya dengan senyuman sinis.

"Jadi…disini posisiku hanya jadi penghangat ranjangmu saja, begitu?" Aku menaikkan sebelah alis.

"Kau masuk kedalam kehidupanku untuk itu memang, kan?"

"Apa?"

"Seperti aku bersedia memberimu nafkah, jadi kamu juga harus bersedia memberiku nafkah."

Aku menegakkan posisi dudukku. Menatap Inder serius.

"Kenapa harus aku? Bukannya kau ini banyak uang. Jadi mudah saja kan, untukmu mencari wanita yang bisa menghangatkan ranjangmu?"

"Kalau di rumah sudah ada yang bersih, lalu kenapa aku harus mencari di luaran sana. Mengais sampah yang kotor." Setelah berucap, Inder membuang pandangannya, menatap ke jendela.

Namun tak berapa lama, Inder kembali menatapku lagi.

Ia menatapku lekat dan juga aneh. Matanya memindai tubuhku.

"Apa?" sengitku.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Mendadak perasaan tidak nyaman.

"Apalagi. Kalau pria menatap istrinya?"

"Apa?"

"Kenapa harus kaget? Bukankah itu memang tugas kamu?"

"Eh, Mas. Dengar! Sakit yang semalam saja masih terasa. Jangan coba-coba menyakiti dengan cara seperti ini!" ingatku.

Kening Inder mengerut. "Menyakitimu?"

"Iya, bahkan bengkak!" tambahku.

"Serius?"

"Iya lah."

Inder tak membalas. Ia menatapku tanpa ekspresi. Lalu selanjutnya ia mengeluarkan Hp nya dari saku celananya.

Entah apa yang ia lihat di Hp nya. Sampai se khusuk itu.

Tak berapa lama dari itu, ia berdiri dan melangkah keluar kamar.

Aku tak tahu mau apa ia. Sikapnya benar-benar gak bisa ditebak.

Tak berapa lama selang dari itu, Inder kembali dengan tangan membawa baskom berisi air. Dan handuk kecil di tangan satunya.

"Apa itu, Mas?" tanyaku pada Inder yang saat ini tengah berjalan ke arahku.

"Air hangat," jawabnya, singkat.

"Buat apa?" Aku bingung. Ia tiba-tiba bawa baskom berisi air hangat kedalam kamar.

"Tadi aku cari di g****e cara mengobati bengkak yang sedang kau alami saat ini. Caranya dikompres dengan air hangat."

"Hah!" Aku melongo. Jadi tadi dia liat Hp karena cari cara mengobati bengkak yang ada di aku sebab ulahnya itu?

Wah…ini salahku. Karena semalam aku telah memberikan ide untuk ia bertanya apapun. Dan kini ia menerapkannya lagi. Namun benar-benar konyol.

Oh, Tuhan….

"Buka kakimu!"

"Apa!" Aku menatap Inder yang berdiri di depanku.

"Kamu nanya?"

Aku mengedip-ngedipkan mata berkali-kali.

"Atau gak denger?" lanjutnya.

"Mas! Jangan aneh-aneh!" ingatku dengan sengit.

"Aku gak aneh-aneh. Buka kakimu."

"Mas, kamu, ya!" Aku menunjuk wajah Inder. Geram.

"Din. Yang sopan!"

"Mas sendiri gak sopan!"

"Aku kenapa?" Dih, dia bertanya dengan muka polos.

"Apa Mas Inder gak war*s!" Aku mulai kesal.

"Kalau aku gak war*s, tentu aku gak akan seperti ini, Din. Aku gak akan tanggung jawab dengan apa yang telah aku perbuat."

"Aku gak butuh tanggung jawabmu yang ini, Mas." Aku semakin merapatkan posisi dudukku dan melipat lututku.

"Jangan mendebatku, Din. Gak usah manja."

"Apa katamu? Aku manja?"

"Sudah cepat, buka kakimu." Tanpa seizinku. Inder menarik kakiku.

"Mas, nggak!" Refleks kakiku yang di paksa tarik oleh Inder menerjang dan….

"Arghh…Dinar…." Inder mengerang sambil memegang pusakanya.

Upsss…ini salah g****e.

_____________

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Santi Suntia
sukak bangett love thorr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Kuntilanak Berdaster

    Akhirnya, aku tak jadi menyalahkan google. Sebab karena google, aku malam ini jadi bisa tidur tenang. Sebab, Inder yang merasakan kesakitan di area sekel*kangannya sebab tak sengaja aku tendang tadi, ia memutuskan untuk langsung tidur.Ah, akhirnya…makasih Mbah Google…tonight i can sleep well.Baru saja aku ingin memejamkan mata, hendak menyelam ke alam mimpi, tapi tiba-tiba saja aku mendengar kebisingan sebab notif pesan yang berasal dari ponsel.Itu bukan ponselku. Sebab notif pesan ponselku kalau malam aku bikin senyap. Lalu siapa?Siapa yang jam segini masih chatingan? Apa Inder? Iya, siapa lagi yang ada di rumah ini kalau bukan Inder? Sebab rumah ini hanya aku dan Inder saja. Tapi bukankah tadi aku lihat Inder langsung tidur. Setelah tragedi penerjanganku di tubuh pusatnya?Semakin lama, notif pesan tersebut semakin padat kudengar.Karena penasaran, aku membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhku dan menoleh ke samping tempat dimana Inder tidur. Dan….Ternyata Inder belum ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Sakit....

    Pagi-pagi sekali, saat aku bangun hendak mandi, aku sudah tak mendapati Inder di sampingku. Entah kemana perginya itu pria.Saat aku hendak masuk ke kamar mandi, tiba-tiba Inder masuk dengan pakaian rapi namun rambutnya masih tampak basah.Wah, ternyata meskipun ia monster, rupanya ia rajin juga. Bangun lebih awal dariku, bahkan sudah rapi."Apa liat-liat?" ketus Inder, "apa matamu ketuker dengan mataku."Eh, apa barusan ia bilang? Astaghfirullah…aku benar-benar kaget, ternyata selain ia monster ternyata ia punya mulut genre 21+, hot alias panas.Kesel? Tentu. Oleh karena itu, tanpa berkata-kata aku melintas di depannya, segera masuk ke kamar mandi."Jangan masuk dulu!"Sontak kakiku yang sudah menginjak lantai kamar mandi terhenti saat mendengar instruksi dari Inder.Aku menoleh, menatap Inder

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Jangan Bodoh!

    Akhirnya…aku berjalan ke arah jalan besar, setelah Inder menurunkanku tanpa perasaan dari mobilnya. Bahkan Inder tak merasa bersalah saat tadi ia menurunkanku. Padahal tadi aku sempat mengharap Inder akan menurunkan ku di jalan besar, agar aku tak perlu berjalan kaki untuk menunggu taksi.Jadi seperti ini sakitnya? Saat kita kalah saing dengan mantan?Apalagi mantannya cantik. Ah, Cleo bukan cantik, ia lebih pantas disebut indah. Sebab cantik milik setiap wanita, namun indah itu hanya milik kamu, sebutan dari  Inder untuk Cleo.Begitu tulisan tangan Inder yang aku baca di album foto yang kutemukan di bawah bantalnya.Entah sudah berapa lama aku berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi, namun belum ada satupun taksi yang lewat, bahkan yang ada penumpangnya sekalipun tak kujumpai.Pada kemana taksi hari ini? Apa mereka lagi sama galaunya sepe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ada Apa Dengan Mantan?

    "Kenapa kau diam? Apa kau sudah menyadari kebodohanmu itu?" Mas An tampak mengejek.Aku tak menggubris kata-kata Mas An, sibuk mengurusi diriku sendiri yang berusaha mengelap air mata agar pria tak sampai melihatnya. Dan lebih megejekku lagi.Selain itu, aku juga sibuk menata hatiku yang sempat resah dan kecewa. Sebab aku di sini lebih banyak di manfaatin daripada memanfaati.Inder benar-benat licik. Tapi….Aku memang butuh uang untuk biaya kulihku, jadi aku tak bisa untuk mundur. "Hei, kenapa kau diam saja. Apa kau sedang merenungi dan menyesali kebodohanmu itu?""Cukup! Kenapa kau selalu bilang aku bod0h!" Kali ini aku protes, sebab aku tak terima sedari tadi Andra selalu mengataiku bod*h. Siapa pun tak akan terima itu."Kenyataannya kamu memang bod*h!""Cukup! Hentikan! Kau bilang aku bodoh. Coba sekarang katakan. Dimana letak kebodohanku!" Suaraku meninggi, sekuat tenaga menahan emosi."Apa yang membuatmu mengataiku bodoh? Hah!""Kau jatuh cinta pada Inder!""Apa?" Aku memekik kag

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Yang Merusak Cita-Cita

    Saat ini aku dan Inder tengah makan malam, hanya berduaan saja. Selama acara makan malam berlangsung, kami hanya diem-dieman. Hening!Rasanya menikah dengan sebelum menikah sama saja aku rasa. Aku masih merasa kesepian dan tak punya kawan curhat lebih pribadi, dulu pernah bermimpi, jika punya pasangan hidup nanti, aku akan bermanja-manjaan sama suamiku menceritakan keseharianku, tapi nyatanya pas punya suami eh  kayak Inder, mode senyap.Karena makananku sudah selesai, aku berdiri hendak masuk kamar. Urusan beres-beres, nanti saja atau bisa aku lakukan besok pagi."Mau kemana kamu?" Langkahku terhenti sambil menoleh ke Inder yang masih makan."Mau ke kamar," jawabku cuek."Duduklah dulu, temani aku makan sampai selesai, makan sendirian itu sepi, mengurangi selera makan."Aku tersenyum sinis, benar-benar egois, dikiranya aku gak kesepian mungkin, cuman

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-18
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Tak Mau Rugi Sendiri

    Aku segera mengusap air mata tatkala Inder masuk kedalam kamar.Inder tercengang, melihatku."Apa?" Aku dan Inder serempak saat menanyakan kalimat yang sama."Seharusnya aku yang tanya. Ada apa dengan dirimu?" Inder bertanya dengan mata menatap lekat ke arahku.Segera kupalingkan wajahku darinya sebelum melihat mataku dan menyadari kalau aku habis nangis.Malu saja pada Inder kalau ia tahu aku baru saja menangisi dirinya.Dengan tanpa kata-kata, aku segera melangkah ke arah ranjang, dan membaringkan diri disana.Mengabaikan tatapan Inder. Yang tampak horor.***"Kok bisa, sih. Mbak jatuh cinta sama Mas Inder?" Raut Inggit tampak terkejut saat aku menceritakan perasaanku pada Inder.Saat ini aku lagi ada di cafe bersama Inggit.Sepulangnya dari kampus, aku sengaja ngajak Inggit ketemuan, di cafe yang ada di depan bank tempat ia bekerja."Ya mau gimana lagi, Git. Mbak juga gak niat memiliki rasa ini. Ini menyebalkan tahu!" Aku menopang dagu dengan sebelah tangan dengan siku bertumpu di

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Beri Aku Anak

    Aku masih menatap Inder yang baru saja membuka kan pintu mobil untuk Cleo. Saat ini mereka tampak melangkah ke arah cafe.Sesekali tangan Inder merapikan anak rambut Cleo yang terbang diterpa angin.Kok hatiku juga ikut panas, ya? Tak hanya mataku. Tapi hatiku juga sekarang yang panas. Dan rasanya seperti di remas-remas.Melihat sikap Inder pada mantan nya yang begitu lembut, tapi denganku ia tak ada lembut-lembutnya. Inder hanya lembut saat dia membutuhkanku saja saat tidur.Dan aku sadar. Inilah perbedaanku dengan Cleo. Aku jauh berbeda dan tak ada apa-apanya dengan mantan Inder. Aku harus selalu sadar degan itu agar rasa sakit ini tak berlarut-larut dan melebar dan semakin menganga.Aku mengusap air mataku seraya berlari pergi sebelum Inder melihatku yang saat ini ia hampir memasuki cafe.Oh, kenapa cintaku pada Inder sesakit ini?Hu hu hu....*****Baru saja aku selesai dari sholat isya ku, aku mendapati ponselku berbunyi pesan masuk.Aku membanting Hp ku kasar ke kasur. Saat melih

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Menolak Hamil

    Pagi ini aku dan Inder sarapan bersama. Seperti biasa, hening. Tak ada percakapan dan tentu saja itu membuatku merasa bosan."Oh, ya…!" Aku bersuara memecah keheningan.Inder masih tak bereaksi, ia fokus menyantap makanannya."Mulai hari ini aku akan memutuskan untuk KB."Sontak Inder menghentikan makannya. Tangannya yang hendak menyendok nasi goreng di piringnya terhenti."Apa karena permintaanku semalam?" Inder bertanya tanpa menatapku. Pandangannya menatap piring."Bukan!" jawabku."Lalu?""Hanya kemauanku saja!""Alasannya?""Tak ada!""Alasannya?" Ia keras kepala rupanya."Aku belum siap punya anak!"Kali ini Inder mengangkat pandangannya menatapku. Tampak heran."Kenapa?" tanyanya."Tak apa!""Kenapa?"Ya, Tuhan…dia ngeyel."Tak ada!""Alasannya, Dinar!" Suara Inder naik satu oktaf. "Aku masih ingin kuliah, dan tak ingin disibukkan dengan seorang anak nantinya di tengah-tengah aku yang sedang fokus dengan kuliahku!"Terpaksa aku menjawab lain, yang aslinya sama sekali bukan ala

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21

Bab terbaru

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Tanpa Warna

     Setelah habis beper-baperan karena kalimat Inder yang mengatakan kalau memang hanya aku jodohnya, aku menatap Inder untuk meyakinkan perkataannya. Namun, ia hanya menaik turunkan alisnya."Sudah jelas, kan, sekarang alasanku apa?" Dia melipat tanga di dada sambi menaikkan satu kakinya ke lutut."Apa?" Aku masih tak paham. Tepatnya pura-pura tak paham, sih."Sekarang perasaan kira sudah impas. Sama seperti kamu," ucapnya tenang."Memang apa perasaanku?" Aku melipat tangan menirukan gaya Inder saat ini sambil menatapnya dengan sebelah alis terangkat."Gak tau. Yang aku tahu kamu mau menikah denganku sebab uang."Aku terdiam sejenak. Antara ingin mengaku dan tidak pada Inder. Malu gak, ya? Andaikan aku mengaku pada Inder kalau aku suka dia. Bahkan cinta dia suda lama, sebelum kami menikah.

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ah, Aku Baper!

    "Tadi kamu bilang apa?" tanyaku sambil melirik Inder, untuk meyakinkan pendengaranku tak salah."Apa? Gak ada!" elak Inder sambil menjalankan mobil."Itu tadi, yang aku cemburu!" ingatku, siapa tahu ini pria punya penyakit amnesia mendadak.Inder tak menggubris ucapanku, malah ia memasang kaca mata, terlihat santai seakan tak mendengar pertanyaanku. Padahal jelas-jelas pertanyaanku begitu jelas dan cukup nyaring. Hanya saja Inder cuek. Malu kali. Setelah tak sengaja bilang cemburu."Cie, yang cemburu, ehem!" Entah kenapa aku suka dan ingin sekali untuk menggoda pria sok jaim itu kali ini."Coba, dong, ulang sekali lagi, aku cemburu gitu!" tuntutku. Ah, kemaruk banget emang aku. "Tadi kurang jelas aku dengarnya!" pintaku. Kembali Inder tak menggubrisku. Tapi gak masalah, aku suka itu, lama-lama aku terbiasa dengan sikapnya. Kesel-kesel gemes gitu. Tapi aku cinta."Mas Inder ….""Bisa diem, gak? Jangan mancing-mancing saya, kamu itu gak bisa diapa-apain!"Hah! Maksudnya? Aku melongo m

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Cemburu

      Setelah 20 menit kemudian, Dokter Mekka, dokter kepercayaan keluarga Inder yang bekerja sudah bertahun-tahun lamanya tersebut masuk kedalam kamar dengan membawa tas.Dokter Meka langsung memeriksaku. Setelah duduk di pinggir ranjang."Nyonya  gak minum vitamin yang kemarin saya kasih? Untuk mengurangi sensitif bau yang Nyonya rasakan yang mengakibatkan Nyonya  terus ingin mual," tanya Dokter Meka. Menatapku penuh kelembutan."Udah, kok, Dok, cuman gak ngefek!" jawabku sambil duduk dari posisi tidurku. Setelah diperiksa Dokter Mekka."Kok bisa, ya? sedikitpun tak ngefek?" tanyanya lagi dengan raut heran. "Tidak, Dok!" jawabku sambil menggelengkan kepala."Emhhh … apa ada hal lain yang bisa ngilangin sensitif baumu?" tanya lagi Dokter Meka. Tampak sedang berpikir.Aku

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Membuat Inder Kesal (Ini Sala Anakmu?

    Aku mengusap-usap perutku yang mulai membuncit di usia kandunganku yang sudah lima bulan lebih ini."Bisa tidak, kamu gak usah mandi dulu!" Inder yang baru masuk kamar sepulang dari kantornya, dan membuka jasnya tampak terkejut dengan permintaanku.Inder menatapku dengan ekspresi anyep. Cukup lama Inder  menterengin wajahku, membuatku tak nyaman dan menyesali ucapanku barusan. Hingga beberapa detik berlalu, Inder masih saja menatapku dengan raut heran. Aku menelan saliva. Benar-benar menyesali permintaanku.Selanjutnya, tanpa berkata, Inder meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Aku mengusap dada, terasa lega tak mendapatkan perkataan yang nyelekit dari Inder  atas permintaan anehku tadi. Iya, aneh memang. Jelas-jelas Inder tak bisa hidup tanpa mandi. Selama aku hidup dengannya saja entah berapa kali aku menjumpai ia seharinya mandi ban

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Status Sosmed

    Hening ….Selama dalam perjalan menuju pulang, aku dan Inder hanya diem-dieman. Tepatnya Inder saja yang diam. Sebenarnya sedari tadi aku sudah jenuh dengan keheningan ini. Aku tidak suka keheningan saat sedang bersama seseorang. Aku maunya ngobrol atau cerita.Saat Inder memergokiku tengah duduk bersama dengan Andra, aku kira ia bakalan marah atau apapun, tak tahunya ia hanya menyuruhku masuk kedalam mobil. Itu pun hanya melalui bahasa isyarat saja, bukan tanpa kata-kata atau perintah dengan sengit seperti biasanya.Inder tidak marah, namun sikapnya yang pria itu tunjukkan padaku lebih dari kemarahannya. iya, aku merasakan itu.Sikap diam Inder bukan mengatakan kalau ia tidak marah, melainkan perasaan ia sedang tidak baik-baik saja. Lambat laun, sedikit demi sedikit aku sudah memahami karakter Inder. Diamnya Inder menandakan bahwa ia sedang marah. Sedangkan jika dia banyak omong maka kebalikannya.Inder memang sedikit berbeda dengan pada umumnya. Ia lebih suka diam saat ada masalah,

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa Yang Terlambat

    Saat aku melangkah ke parkiran untuk menunggu jemputan Inder, mataku menangkap sosok Andra yang lagi duduk di kursi biasa aku duduk di sana.Andra tersenyum ke arahku. Duh …mendadak bingung, dilema juga. Di satu sisi aku ingin menghampiri Andra. Dia baik dan gak seburuk yang Inder kira dan selalu katakan padaku. Andra justru sering membantu dan perhatian padaku tanpa pamrih.Tapi di sisi lain aku takut akan pesan Inder tadi pagi. Yang berpesan bahkan dengan sangat menekan untuk tidak mendekati pria saudara tirinya itu."Gak papa, kok, Din, sini aja. Aku gak macam-macam, kok!" ujar Andra seakan tahu isi hatiku.Aku nyengir merasa malu. Bak maling yang sedang ketangkap basah. Ragu-ragu aku melangkah mendekati kursi tempat di mana Andra tengah duduk dengan tenang di sana."Aku cuman mau mengembalikan ini." Andra menyodorkan sebuah map dan amplop coklat setibanya aki di hadapannya.Aku mengernyit. "Apa ini?" tanyaku sambil menerima Map yang disodorkan Andra."Itu milik Inder suami

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Penjelasan Cleo

    Pagi setelah sarapan, Aku langsung pergi ke kampus dengan diantar Inder.Ada rasa senang di hati diantar olehnya. "Ingat…jangan dekat-dekat atau menemui Andra lagi!" pesan Inder saat aku hendak membuka pintu mobil, sebab dia mana pernah berinisiatif untuk membuka pintu mobil buat istrinya yang lagi hamil ini.Kalah sama Andra emang. Padahal dia bukan suamiku."Kenapa?" Nada pertanyaanku terdengar ketus."Kamu lagi hamil!" Nada Inder tak kalah ketusnya.Hah! Apa hubungannya coba? Hamil sama ketemu Andra. Aneh banget. "Dia bukan pria baik-baik, nanti anakku nurun dia." Inder  melirik perutku yang masih rata. Hanya sekilas, selanjutnya ia kembali membuang pandangan. Aku segera membuka pintu mobil dan keluar.Inder langsung menjalankan mobilnya keluar dari area parkiran kampus setelah a

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa yang Tak Jelas

    Aku masih ternganga mendengar jawaban Inder bahwa ia sebenarnya tak suka Cleo. Lalu ...?"Aku hanya memaksakan diri ini untuk suka pada Cleo. Sekalipun Papa tak pernah merestui hubungan ku dengan Cloe. Aku lakukan itu hanya karena agar Ibu Yasmin memberikan kasih sayangnya padaku. Sesuatu yang tak pernah aku dapatkan. Hanya kasih sayang dari Papa saja yang aku dapatkan," jelas Inder seolah tahu isi pikiranku."Lalu kenapa kau membencinya? Membenci Papa Aleks?" tanyaku."Karena dia menikah lagi disaat Ibu Yasmin mengalami depresi. Sekalipun pernikahan itu atas permintaan Ibu Yasmin. Ibu menyuruh Papa menikah lagi sebab Ibu tak mau berperan sebagai istri dari Papa lagi. Ia hanya mau jadi istri di atas kertas saja."Benar-benar rumit ternyata kisah keluarga Inder. Aku kira orang kaya gak akan sepusing orang tak punya sepertiku. Sebab harus banting tulang untuk mencari uang. Bahkan aku harus rela menik

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Gak Suka Cleo

    Meskipun aku tak ingin pulang dari rumah Emak, tapi melihat sikap Inder yang seperti benar-benar tak betah di rumah Emak, entah apa alasannya, akhirnya aku pun ikut dengannya. Pulang ke rumahnya. Tentunya setelah Inder pamit dan minta maaf sama Emak dan menjelaskan pada Emak juga adik-adikku bahwa semua masalah yang terjadi hanya sebuah kesalahan pahaman dan Inder tidak selingkuh dengan Cleo.Usai makan malam, aku berdiri di balkon kamar bersama Inder. Menikmati angin malam yang sejuk.Di sana, pria itu menjelaskan semua pertanyaanku yang tadi siang. Inder bilang, bahwa, ibunya Yasmin mengalami depresi saat ia kehilangan perusahaan dan beberapa bisnis lainnya. Semuanya dialihkan atas nama keluarga Cleo. Entah bagaimana caranya dia tak menjelaskan begitu detail.Inder dan Cleo sudah dari sejak SMA menjalin hubungan. Kata Inder, Cleo mendekati Inder hanya karena ada sesuatu yang ia incar, yaitu bisnis Ibu Yasmin.Ibu Yasmin dan Papa Aleks menikah bukan karena cinta, melainkan karen

DMCA.com Protection Status