Share

Wanita Matre

Penulis: Tere Bina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-14 14:06:05

Aku segara menghapus air mata saat melihat Lavender Alaik, atau yang akrab di panggil Inder tersebut membalikkan badan setelah selesai bertelepon.

Inder tampak terkejut saat melihat keberadaanku yang berdiri tak jauh dari balkon kamar.

Melalui pandangan ekor mataku, ia berjalan ke arahku.

"Kamu kenapa?" Inder menatapku dengan mata memicing.

"Gak papa." Aku menjawab ketus.

"Kenapa nangis?" Ia maju satu langkah.

"Dih, ogah, ya!" Aku segera memalingkan wajah. Tak ingin Inder tahu kalau aku baru saja menangisinya. Ih, gengsi dong.

"Itu, kenapa matamu bengkak!" Tangan Inder menunjuk wajahku, selanjutnya ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Salah satu kebiasaan Inder.

"Efek tidur kali." Aku menjawab asal sambil mengusap mata. Takut ada sisa air mata disana.

"Jagan bohong, Dinar!"

"Apa, sih!" Aku melipat tangan di dada.

"Tidurmu saja gak nyenyak tadi. Sebentar pula, tuh. Lalu bagaimana bisa sampai membuat matamu bengkak?"

"Aku gak nyenyak, kan, karena ulah kamu juga." Aku masih berucap dengan ketus.

"Sakit banget, ya?"

Hah! Jadi Inder sudah tahu kalau aku sudah mendengar pembicaraan nya tadi?

"Bagus lah kau sadar. Sebab wanita mana yang—"

"Maaf, mungkin tadi aku terlalu kasar!"

Hah! Jadi dia membahas sakit yang lain? Bukan yang barusan.

"Sakitnya masih bisa dibawa jalan, gak?"

Hatiku yang sakit, Mas. Sakit karena perbuatanmu tadi tak seberapa dibandingkan sakit karena kata-katamu tadi.

Dan aku begitu bodohnya mau mengharapkan hatimu untukku hanya karena kau mau tidur denganku.

"Hei!" Inder menjentikkan jarinya tepat di depan wajahku.

"Bersiaplah. Nanti keluargaku datang kesini." Inder melangkah melewatiku.

"Ngapain?" tanyaku.

"Sudah tradisi." Ia menjawab dengan terus berjalan ke kamar mandi.

"Apa itu artinya aku harus buat hidangan?"

"Emang bisa masak?" Kali ini Inder menoleh, menatapku.

"Gak!" jawabku tanpa ragu.

Inder hanya tersenyum kecut sambil kembali melanjutkan langkahnya.

"Oh ya, keluargamu juga akan datang pagi nanti." Inder berucap, sebelum ia menutup pintu kamar mandi.

****

"Aku sudah menyiapkam cemilan dan lainnya juga. Kamu hidangkan ke meja, buat keluarga kita nati." Inder berucap dengan ekspresi dingin. Tak ada senyuman di wajahnya. Padahal ia tampan loh.

Setelah berucap, Inder kembali melangkah keluar kamar.

"Mas masak?" tanyaku.

Langkah Inder yang sudah ada di ambang pintu sempat terhenti. "Ya kali kamu yang masak."

Dih, ketus amat. Apa salahnya coba bilang dengan lemah lembut, biar gak rugi punya wajah tampan.

Aku menyudahi aktitasku yang mengeringkan rambut. Segera meraih jilbab dan memakainya.

Setelah tiba di dapur, aku segera menata cemilan di toples dan air nya juga.

"Hai, Kakak Ipar."

Aku menoleh kearah sumber suara. Sudah bisa ku tebak. Ia adala Indra. Adik Mas Inder. Dari hasil pernikahan Papanya dengan istri keduanya.

Aku hanya menanggapi sapaan Indra dengan senyuman sambil tanganku sibuk dengan gelas kecil.

"Mbak cantik sekali pagi ini," puji Indra sambil merapikan rambutnya.

Aku meliriknya sekilas."Kau datang kesini tidak untung merayuku, bukan?"

"Oh, mana berani, Mbak." Indra berucap cepat. "Bisa-bisa aku sama suami Mbak yang bertemperamen tinggi itu bisa dibikin rujak, Mbak," lanjutnya.

Adiknya saja mengakui kalau Inder keras orangnya.

Sebenarnya aku sudah tahu apa yang Indra inginkan dariku.

"Inggit datang, kan, hari ini?"

Nah, itu dia yang Indra inginkan. Ringgit, adikku. Yang mana mereka satu universitas sebelum Inggit lulus terlebih dahulu. Sebab gadis imut itu memang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. Menempuh S1 nya dengan kecepatan.

"Iya, dia datang!"

"Yes!" Indra bersorak girang. Aku tahu dia menyukai Inggit. Oleh karena itu, saat ia mendengar kalau masnya mau menikahiku, ia orang pertama yang setuju.

"Mbak!" Indra membantuku mengelap gelas.

"Apa yang kau inginkan?" Aku yang sudah tahu ada maksud kenapa ia membantuku segera bertanya tanpa segan.

"Bisa minta WA Inggit, gak?"

Aku mengambil gelas yang di pegang Indra."Gak perlu bantuin, sebab Mbak gak akan ngasih WA Inggit ke kamu!"

"Lah, kenapa, Mbak?"

"Karena Inggit sudah punya pacar!"

"Siapa, Mbak?"

"Miller!"

"Pria Malaysia itu?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Dih, masih gantungan aku juga, Mbak!" Miller mencebik.

"Iya, tapi Miller udah punya usaha. Sedangkan kamu hanya pengangguran."

"Iya kan aku masih kuliah, Mbak."

"Tapi Miller mulai berbisnis disaat ia masih kuliah juga." Aku menatap Indra."Jadi jangan jadikan alasan untuk tidak bisa berbisnis."

"Kan aku sudah bilang, kalau mereka itu wanita matre, Dra."

Sontak aku menoleh ke arah Inder yang baru saja mauk ke dapur.

"Maksud Mas Inder apa?" tanya Indra, mewakili pertanyaanku.

"Cari wanita lain. Mereka tak akan mau dengan pria yang tak beruang. Apa kamu masih tak memahami karakter mereka, dari namanya saja sudah berupa uang semua, Dinar, Ringgit. Itu sudah menandakan kalau mereka itu yang di pikirannya adalah uang…uang…dan uang."

Entah kenapa aku jadi panas mendengar kata-kata Inder.

Aku meletakkan gelas yang aku pegang. Mengangkat wajahku agar bisa menatap Inder.

"Iya. Kau benar, Mas. Kami keluarga matre. Di hidup kami hanya ada uang…uang…dan uang…." Emosiku sudah mau meledak-ledak saja.

Inder tersenyum kecut. "Tanpa kau jelaskan pun aku sudah tahu. Kalau kalian penghisap kantong pria.

"Ya, benar. Dan ada yang perlu kau ketahui juga. Kami hanya bisa bersama dengan pria yang banyak uangnya saja. Kalia tanpa uang sudah pasti kami tak bisa bertahan. Uang bagi kami prioritas. Kau paham." Aku menatap Inder dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa begitu sakit aku mendengar ia mengatakan kalau aku dan saudaraku hanya perlu uang. Sekalipun itu benar, apa ia tak bisa sekali menjaga perasaanku.

Inder hanya diam saja. Sedangkan Indra hanya menundukkan kepalanya. Entah kenapa aku tak tahu.

Tanpa berkata-kata, Aku melangkah, keluar dari dapur.

****

"Dibayar berapa kamu sama Inder?"

Aku yang hendak ke kolam renang, ingin menenangkan diri dikejutkan dengan keberadaan Andra. Anak bawaan dari istri kedua papa Inder.

Aku tak pernah bertemu dengan Andra sebelumnya. Namun aku yakin kalau dia adalah Andra. Sebab aku pernah mendengar ciri-cirinya. Kalau pria itu lebih dingin dari Inder. Makanya kalau bicara dengan seseorang jarang mau berhadapan ataupun menatapnya.

Aku tak menjawab. Masih fokus menatapnya dari belakang. Sedangkan ia fokus menatap air kolam renang dengan tangan disilangkan didepan dada.

Sedikit penasaran dengan rupa Andra. Katanya Inggit, pria itu tak kalah gantengnya dengan Inder. Bahkan lebih gagah. Aku perhatiin sih iya. Meski aku menatapnya dari belakang, sudah terlihat badannya kekar dan berotot.

Diluar dugaanku. Saat aku begitu seksama memperhatikannya, tiba-tiba Andra menoleh.

Dan…bukannya aku merasa salting atau segera mengalihkan pandangan sebab ketahuan menelitinya, pandanganku malah tertahan di wajahnya.

Inggit ternyata tak bohong. Saudara tiri Inder ini ternyata ganteng nyaris saingan sama Inder.

Aku kira Inder sudah jadi pria yang paling tampan yang aku temui. Ternyata tidak.

"Dibayar berapa kamu sama Inder. Hingga mau menjadi istri dari pria bertemperamen tinggi sepertinya?"

Andra menatapku. Bukannya menurut kabar yang kudengar, ia tak mau menatap lawan bicaranya, hanya orang-orang tertentu saja?

"Bukannya nyaris tak ada yang mau untuk menjadi istri dari pria tersebut. Selain Cleopatra tentunya." Andra memiliki senyuman sinis, persis Inder.

Menurut yang aku ketahui lewat Inggit, Andra dan Inder musuhan. Dan mereka memperebutkan perusahaan katanya. Entah perusahaan apa dan yang mana. Aku tak tahu dan tak mau tahu itu.

"Kenapa kamu tak menjawab. Dibayar berapa kamu?"

"Apa itu penting untuk Anda?" Kali ini aku menjawab. Bahkan juga membalas tatapannya.

"Hanya ingin tahu saja."

"100 juta!"

Andra tersenyum kecut. "Murahan sekali dirimu." Dia mengejek.

"Padahal kau gadis berjilbab. Tapi bisanya semurahan ini."

Kata-katanya makin lama makin kasar, entah kenapa aku dikelilingi orang-orang berkata kasar. Kenapa semua merendahkanku di sini. Apa karena niat nikahku?

"Gadis berjilbab juga butuh uang kali." Aku membalas.

"Hanya uang 100 juta kau rela menjadi istri moster Inder!" Dia masih tersenyum kecut dan tampak mengejek.

Tak tahan, aku maju satu langkah ke hadapannya.

"Iya, aku murahan sama Inder. Kenapa? Apa anda mau membayarku lebih mahal? Untuk memenuhi syarat dari papa kalian?" Aku membalas tatapan tajam Andra. "Tenang saja, nanti bisa kita bicarakan. Aku bisa jadi selingkuhanmu. Maksudku bisa selingkuh dari Inder."

Aku dapat melihat perubahan raut Andra. Dalam hati aku tersenyum puas. Emang mereka pikir hanya mereka yang dapat berkata kasar. Aku juga.

Sekali lagi aku melemparkan senyuman sinis sebum akhirnya aku membalikkan badan.

Aku terkejut seketika, saat baru saja memutar badan, dan ternyata di belakangku sudah ada Inder. Menatapku tak bersahabat.

Mampus….

Sejak kapan ia ada di sini? Dan apa ia mendengar kata-kataku barusan pada Andra?

_________

Bab terkait

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Upss...Salah G****e!

    Aku menelan ludah. Tatapan Inder sangat dingin. Aku menoleh ke belakang. Mendapati Andra yang juga sama dinginnya.Kenapa selain di kelilingi orang-orang bermulut kasar, aku juga dikelilingi orang-orang berwajah dingin. Apa mereka sebenarnya adalah keluarga monster?"Pikirkan urusan selingkuhmu nanti saja. Aku masih punya uang untuk menahanmu dalam pernikahan ini." Kata-kata Inder begitu terdengar dingin. Serasi dengan wajahnya."Segera ke ruang tamu. Keluargamu sudah datang." Setelah berucap, Inder segera pergi, dengan masih gayanya yang selalu memasukkan tangannya ke kantong celananya.Haish…aku pikir tadi dia kesini mau menjemputku, menarik tanganku. Tak tahunya malah hanya begitu saja. Yah…begitu saja. Tak ada romantis-romantisnya itu suami.*****Saat ini kedua belah pihak keluarga, keluargaku dan keluarga Inder sudah berkumpul di meja makan. Melaksanakan makan siang.Dari keluargaku hanya tiga orang yang hadir. Emak, Inggit dan terakhir Dirham.Sedangkan dari pihak Inder, ada P

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Kuntilanak Berdaster

    Akhirnya, aku tak jadi menyalahkan google. Sebab karena google, aku malam ini jadi bisa tidur tenang. Sebab, Inder yang merasakan kesakitan di area sekel*kangannya sebab tak sengaja aku tendang tadi, ia memutuskan untuk langsung tidur.Ah, akhirnya…makasih Mbah Google…tonight i can sleep well.Baru saja aku ingin memejamkan mata, hendak menyelam ke alam mimpi, tapi tiba-tiba saja aku mendengar kebisingan sebab notif pesan yang berasal dari ponsel.Itu bukan ponselku. Sebab notif pesan ponselku kalau malam aku bikin senyap. Lalu siapa?Siapa yang jam segini masih chatingan? Apa Inder? Iya, siapa lagi yang ada di rumah ini kalau bukan Inder? Sebab rumah ini hanya aku dan Inder saja. Tapi bukankah tadi aku lihat Inder langsung tidur. Setelah tragedi penerjanganku di tubuh pusatnya?Semakin lama, notif pesan tersebut semakin padat kudengar.Karena penasaran, aku membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhku dan menoleh ke samping tempat dimana Inder tidur. Dan….Ternyata Inder belum ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Sakit....

    Pagi-pagi sekali, saat aku bangun hendak mandi, aku sudah tak mendapati Inder di sampingku. Entah kemana perginya itu pria.Saat aku hendak masuk ke kamar mandi, tiba-tiba Inder masuk dengan pakaian rapi namun rambutnya masih tampak basah.Wah, ternyata meskipun ia monster, rupanya ia rajin juga. Bangun lebih awal dariku, bahkan sudah rapi."Apa liat-liat?" ketus Inder, "apa matamu ketuker dengan mataku."Eh, apa barusan ia bilang? Astaghfirullah…aku benar-benar kaget, ternyata selain ia monster ternyata ia punya mulut genre 21+, hot alias panas.Kesel? Tentu. Oleh karena itu, tanpa berkata-kata aku melintas di depannya, segera masuk ke kamar mandi."Jangan masuk dulu!"Sontak kakiku yang sudah menginjak lantai kamar mandi terhenti saat mendengar instruksi dari Inder.Aku menoleh, menatap Inder

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Jangan Bodoh!

    Akhirnya…aku berjalan ke arah jalan besar, setelah Inder menurunkanku tanpa perasaan dari mobilnya. Bahkan Inder tak merasa bersalah saat tadi ia menurunkanku. Padahal tadi aku sempat mengharap Inder akan menurunkan ku di jalan besar, agar aku tak perlu berjalan kaki untuk menunggu taksi.Jadi seperti ini sakitnya? Saat kita kalah saing dengan mantan?Apalagi mantannya cantik. Ah, Cleo bukan cantik, ia lebih pantas disebut indah. Sebab cantik milik setiap wanita, namun indah itu hanya milik kamu, sebutan dari  Inder untuk Cleo.Begitu tulisan tangan Inder yang aku baca di album foto yang kutemukan di bawah bantalnya.Entah sudah berapa lama aku berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi, namun belum ada satupun taksi yang lewat, bahkan yang ada penumpangnya sekalipun tak kujumpai.Pada kemana taksi hari ini? Apa mereka lagi sama galaunya sepe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ada Apa Dengan Mantan?

    "Kenapa kau diam? Apa kau sudah menyadari kebodohanmu itu?" Mas An tampak mengejek.Aku tak menggubris kata-kata Mas An, sibuk mengurusi diriku sendiri yang berusaha mengelap air mata agar pria tak sampai melihatnya. Dan lebih megejekku lagi.Selain itu, aku juga sibuk menata hatiku yang sempat resah dan kecewa. Sebab aku di sini lebih banyak di manfaatin daripada memanfaati.Inder benar-benat licik. Tapi….Aku memang butuh uang untuk biaya kulihku, jadi aku tak bisa untuk mundur. "Hei, kenapa kau diam saja. Apa kau sedang merenungi dan menyesali kebodohanmu itu?""Cukup! Kenapa kau selalu bilang aku bod0h!" Kali ini aku protes, sebab aku tak terima sedari tadi Andra selalu mengataiku bod*h. Siapa pun tak akan terima itu."Kenyataannya kamu memang bod*h!""Cukup! Hentikan! Kau bilang aku bodoh. Coba sekarang katakan. Dimana letak kebodohanku!" Suaraku meninggi, sekuat tenaga menahan emosi."Apa yang membuatmu mengataiku bodoh? Hah!""Kau jatuh cinta pada Inder!""Apa?" Aku memekik kag

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Yang Merusak Cita-Cita

    Saat ini aku dan Inder tengah makan malam, hanya berduaan saja. Selama acara makan malam berlangsung, kami hanya diem-dieman. Hening!Rasanya menikah dengan sebelum menikah sama saja aku rasa. Aku masih merasa kesepian dan tak punya kawan curhat lebih pribadi, dulu pernah bermimpi, jika punya pasangan hidup nanti, aku akan bermanja-manjaan sama suamiku menceritakan keseharianku, tapi nyatanya pas punya suami eh  kayak Inder, mode senyap.Karena makananku sudah selesai, aku berdiri hendak masuk kamar. Urusan beres-beres, nanti saja atau bisa aku lakukan besok pagi."Mau kemana kamu?" Langkahku terhenti sambil menoleh ke Inder yang masih makan."Mau ke kamar," jawabku cuek."Duduklah dulu, temani aku makan sampai selesai, makan sendirian itu sepi, mengurangi selera makan."Aku tersenyum sinis, benar-benar egois, dikiranya aku gak kesepian mungkin, cuman

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-18
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Tak Mau Rugi Sendiri

    Aku segera mengusap air mata tatkala Inder masuk kedalam kamar.Inder tercengang, melihatku."Apa?" Aku dan Inder serempak saat menanyakan kalimat yang sama."Seharusnya aku yang tanya. Ada apa dengan dirimu?" Inder bertanya dengan mata menatap lekat ke arahku.Segera kupalingkan wajahku darinya sebelum melihat mataku dan menyadari kalau aku habis nangis.Malu saja pada Inder kalau ia tahu aku baru saja menangisi dirinya.Dengan tanpa kata-kata, aku segera melangkah ke arah ranjang, dan membaringkan diri disana.Mengabaikan tatapan Inder. Yang tampak horor.***"Kok bisa, sih. Mbak jatuh cinta sama Mas Inder?" Raut Inggit tampak terkejut saat aku menceritakan perasaanku pada Inder.Saat ini aku lagi ada di cafe bersama Inggit.Sepulangnya dari kampus, aku sengaja ngajak Inggit ketemuan, di cafe yang ada di depan bank tempat ia bekerja."Ya mau gimana lagi, Git. Mbak juga gak niat memiliki rasa ini. Ini menyebalkan tahu!" Aku menopang dagu dengan sebelah tangan dengan siku bertumpu di

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Beri Aku Anak

    Aku masih menatap Inder yang baru saja membuka kan pintu mobil untuk Cleo. Saat ini mereka tampak melangkah ke arah cafe.Sesekali tangan Inder merapikan anak rambut Cleo yang terbang diterpa angin.Kok hatiku juga ikut panas, ya? Tak hanya mataku. Tapi hatiku juga sekarang yang panas. Dan rasanya seperti di remas-remas.Melihat sikap Inder pada mantan nya yang begitu lembut, tapi denganku ia tak ada lembut-lembutnya. Inder hanya lembut saat dia membutuhkanku saja saat tidur.Dan aku sadar. Inilah perbedaanku dengan Cleo. Aku jauh berbeda dan tak ada apa-apanya dengan mantan Inder. Aku harus selalu sadar degan itu agar rasa sakit ini tak berlarut-larut dan melebar dan semakin menganga.Aku mengusap air mataku seraya berlari pergi sebelum Inder melihatku yang saat ini ia hampir memasuki cafe.Oh, kenapa cintaku pada Inder sesakit ini?Hu hu hu....*****Baru saja aku selesai dari sholat isya ku, aku mendapati ponselku berbunyi pesan masuk.Aku membanting Hp ku kasar ke kasur. Saat melih

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20

Bab terbaru

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Cinta Tanpa Warna

     Setelah habis beper-baperan karena kalimat Inder yang mengatakan kalau memang hanya aku jodohnya, aku menatap Inder untuk meyakinkan perkataannya. Namun, ia hanya menaik turunkan alisnya."Sudah jelas, kan, sekarang alasanku apa?" Dia melipat tanga di dada sambi menaikkan satu kakinya ke lutut."Apa?" Aku masih tak paham. Tepatnya pura-pura tak paham, sih."Sekarang perasaan kira sudah impas. Sama seperti kamu," ucapnya tenang."Memang apa perasaanku?" Aku melipat tangan menirukan gaya Inder saat ini sambil menatapnya dengan sebelah alis terangkat."Gak tau. Yang aku tahu kamu mau menikah denganku sebab uang."Aku terdiam sejenak. Antara ingin mengaku dan tidak pada Inder. Malu gak, ya? Andaikan aku mengaku pada Inder kalau aku suka dia. Bahkan cinta dia suda lama, sebelum kami menikah.

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Ah, Aku Baper!

    "Tadi kamu bilang apa?" tanyaku sambil melirik Inder, untuk meyakinkan pendengaranku tak salah."Apa? Gak ada!" elak Inder sambil menjalankan mobil."Itu tadi, yang aku cemburu!" ingatku, siapa tahu ini pria punya penyakit amnesia mendadak.Inder tak menggubris ucapanku, malah ia memasang kaca mata, terlihat santai seakan tak mendengar pertanyaanku. Padahal jelas-jelas pertanyaanku begitu jelas dan cukup nyaring. Hanya saja Inder cuek. Malu kali. Setelah tak sengaja bilang cemburu."Cie, yang cemburu, ehem!" Entah kenapa aku suka dan ingin sekali untuk menggoda pria sok jaim itu kali ini."Coba, dong, ulang sekali lagi, aku cemburu gitu!" tuntutku. Ah, kemaruk banget emang aku. "Tadi kurang jelas aku dengarnya!" pintaku. Kembali Inder tak menggubrisku. Tapi gak masalah, aku suka itu, lama-lama aku terbiasa dengan sikapnya. Kesel-kesel gemes gitu. Tapi aku cinta."Mas Inder ….""Bisa diem, gak? Jangan mancing-mancing saya, kamu itu gak bisa diapa-apain!"Hah! Maksudnya? Aku melongo m

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Aku Cemburu

      Setelah 20 menit kemudian, Dokter Mekka, dokter kepercayaan keluarga Inder yang bekerja sudah bertahun-tahun lamanya tersebut masuk kedalam kamar dengan membawa tas.Dokter Meka langsung memeriksaku. Setelah duduk di pinggir ranjang."Nyonya  gak minum vitamin yang kemarin saya kasih? Untuk mengurangi sensitif bau yang Nyonya rasakan yang mengakibatkan Nyonya  terus ingin mual," tanya Dokter Meka. Menatapku penuh kelembutan."Udah, kok, Dok, cuman gak ngefek!" jawabku sambil duduk dari posisi tidurku. Setelah diperiksa Dokter Mekka."Kok bisa, ya? sedikitpun tak ngefek?" tanyanya lagi dengan raut heran. "Tidak, Dok!" jawabku sambil menggelengkan kepala."Emhhh … apa ada hal lain yang bisa ngilangin sensitif baumu?" tanya lagi Dokter Meka. Tampak sedang berpikir.Aku

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Membuat Inder Kesal (Ini Sala Anakmu?

    Aku mengusap-usap perutku yang mulai membuncit di usia kandunganku yang sudah lima bulan lebih ini."Bisa tidak, kamu gak usah mandi dulu!" Inder yang baru masuk kamar sepulang dari kantornya, dan membuka jasnya tampak terkejut dengan permintaanku.Inder menatapku dengan ekspresi anyep. Cukup lama Inder  menterengin wajahku, membuatku tak nyaman dan menyesali ucapanku barusan. Hingga beberapa detik berlalu, Inder masih saja menatapku dengan raut heran. Aku menelan saliva. Benar-benar menyesali permintaanku.Selanjutnya, tanpa berkata, Inder meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Aku mengusap dada, terasa lega tak mendapatkan perkataan yang nyelekit dari Inder  atas permintaan anehku tadi. Iya, aneh memang. Jelas-jelas Inder tak bisa hidup tanpa mandi. Selama aku hidup dengannya saja entah berapa kali aku menjumpai ia seharinya mandi ban

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Status Sosmed

    Hening ….Selama dalam perjalan menuju pulang, aku dan Inder hanya diem-dieman. Tepatnya Inder saja yang diam. Sebenarnya sedari tadi aku sudah jenuh dengan keheningan ini. Aku tidak suka keheningan saat sedang bersama seseorang. Aku maunya ngobrol atau cerita.Saat Inder memergokiku tengah duduk bersama dengan Andra, aku kira ia bakalan marah atau apapun, tak tahunya ia hanya menyuruhku masuk kedalam mobil. Itu pun hanya melalui bahasa isyarat saja, bukan tanpa kata-kata atau perintah dengan sengit seperti biasanya.Inder tidak marah, namun sikapnya yang pria itu tunjukkan padaku lebih dari kemarahannya. iya, aku merasakan itu.Sikap diam Inder bukan mengatakan kalau ia tidak marah, melainkan perasaan ia sedang tidak baik-baik saja. Lambat laun, sedikit demi sedikit aku sudah memahami karakter Inder. Diamnya Inder menandakan bahwa ia sedang marah. Sedangkan jika dia banyak omong maka kebalikannya.Inder memang sedikit berbeda dengan pada umumnya. Ia lebih suka diam saat ada masalah,

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa Yang Terlambat

    Saat aku melangkah ke parkiran untuk menunggu jemputan Inder, mataku menangkap sosok Andra yang lagi duduk di kursi biasa aku duduk di sana.Andra tersenyum ke arahku. Duh …mendadak bingung, dilema juga. Di satu sisi aku ingin menghampiri Andra. Dia baik dan gak seburuk yang Inder kira dan selalu katakan padaku. Andra justru sering membantu dan perhatian padaku tanpa pamrih.Tapi di sisi lain aku takut akan pesan Inder tadi pagi. Yang berpesan bahkan dengan sangat menekan untuk tidak mendekati pria saudara tirinya itu."Gak papa, kok, Din, sini aja. Aku gak macam-macam, kok!" ujar Andra seakan tahu isi hatiku.Aku nyengir merasa malu. Bak maling yang sedang ketangkap basah. Ragu-ragu aku melangkah mendekati kursi tempat di mana Andra tengah duduk dengan tenang di sana."Aku cuman mau mengembalikan ini." Andra menyodorkan sebuah map dan amplop coklat setibanya aki di hadapannya.Aku mengernyit. "Apa ini?" tanyaku sambil menerima Map yang disodorkan Andra."Itu milik Inder suami

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Penjelasan Cleo

    Pagi setelah sarapan, Aku langsung pergi ke kampus dengan diantar Inder.Ada rasa senang di hati diantar olehnya. "Ingat…jangan dekat-dekat atau menemui Andra lagi!" pesan Inder saat aku hendak membuka pintu mobil, sebab dia mana pernah berinisiatif untuk membuka pintu mobil buat istrinya yang lagi hamil ini.Kalah sama Andra emang. Padahal dia bukan suamiku."Kenapa?" Nada pertanyaanku terdengar ketus."Kamu lagi hamil!" Nada Inder tak kalah ketusnya.Hah! Apa hubungannya coba? Hamil sama ketemu Andra. Aneh banget. "Dia bukan pria baik-baik, nanti anakku nurun dia." Inder  melirik perutku yang masih rata. Hanya sekilas, selanjutnya ia kembali membuang pandangan. Aku segera membuka pintu mobil dan keluar.Inder langsung menjalankan mobilnya keluar dari area parkiran kampus setelah a

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Rasa yang Tak Jelas

    Aku masih ternganga mendengar jawaban Inder bahwa ia sebenarnya tak suka Cleo. Lalu ...?"Aku hanya memaksakan diri ini untuk suka pada Cleo. Sekalipun Papa tak pernah merestui hubungan ku dengan Cloe. Aku lakukan itu hanya karena agar Ibu Yasmin memberikan kasih sayangnya padaku. Sesuatu yang tak pernah aku dapatkan. Hanya kasih sayang dari Papa saja yang aku dapatkan," jelas Inder seolah tahu isi pikiranku."Lalu kenapa kau membencinya? Membenci Papa Aleks?" tanyaku."Karena dia menikah lagi disaat Ibu Yasmin mengalami depresi. Sekalipun pernikahan itu atas permintaan Ibu Yasmin. Ibu menyuruh Papa menikah lagi sebab Ibu tak mau berperan sebagai istri dari Papa lagi. Ia hanya mau jadi istri di atas kertas saja."Benar-benar rumit ternyata kisah keluarga Inder. Aku kira orang kaya gak akan sepusing orang tak punya sepertiku. Sebab harus banting tulang untuk mencari uang. Bahkan aku harus rela menik

  • Walau Tak Seindah Mantanmu (Sentuh Hatiku, Hubby)   Gak Suka Cleo

    Meskipun aku tak ingin pulang dari rumah Emak, tapi melihat sikap Inder yang seperti benar-benar tak betah di rumah Emak, entah apa alasannya, akhirnya aku pun ikut dengannya. Pulang ke rumahnya. Tentunya setelah Inder pamit dan minta maaf sama Emak dan menjelaskan pada Emak juga adik-adikku bahwa semua masalah yang terjadi hanya sebuah kesalahan pahaman dan Inder tidak selingkuh dengan Cleo.Usai makan malam, aku berdiri di balkon kamar bersama Inder. Menikmati angin malam yang sejuk.Di sana, pria itu menjelaskan semua pertanyaanku yang tadi siang. Inder bilang, bahwa, ibunya Yasmin mengalami depresi saat ia kehilangan perusahaan dan beberapa bisnis lainnya. Semuanya dialihkan atas nama keluarga Cleo. Entah bagaimana caranya dia tak menjelaskan begitu detail.Inder dan Cleo sudah dari sejak SMA menjalin hubungan. Kata Inder, Cleo mendekati Inder hanya karena ada sesuatu yang ia incar, yaitu bisnis Ibu Yasmin.Ibu Yasmin dan Papa Aleks menikah bukan karena cinta, melainkan karen

DMCA.com Protection Status