***Sebisa mungkin Cika membuat Naomi mau bertemu dengan Layla. Hingga akhirnya pertemuan sudah diatur di sebuah restoran ternama.Naomi penasaran kenapa Layla ingin berjumpa dengannya lagi. Emosi Naomi yang sudah menumpuk, ingin segera ia luahkan pada tempatnya.Tepat pukul 14: 30 Layla dan Naomi bertemu.Berdebar dada Layla saat menatap kembali mata sendu Naomi. Mata yang dulu meneduhkannya, mata yang dulu memandangnya penuh cinta."Naomi," lirih Layla dengan suara yang gemetar."Apa maumu? Apa ingin membanggakan diri atas kemenanganmu menghancurkan kebahagianku?" tanya Naomi."Tidak, Naomi. Saya ingin meminta maaf."Tersungging bibir Naomi saat mendengar ucapan Layla. "Dulu kau pun pernah berkata demikian."Jatuh bulir bening itu membasahi pipi yang sudah tak berhias seperti sebelumnya. Layla memang kehilangan Naomi sejak ia menjalin asmara dengan Dev.Layla ingin meraih cinta dari sang pujaan, malah kehilangan cinta dari sahabat terbaiknya."Saya benar-benar menyesal, Naomi. Ter
***Sore itu Abraham dan Layla semakin akrab. Namun, tak ada getaran apa-apa di hati mereka."Saya permisi pulang lebih dulu. Ada klien yang akan datang ke rumah nanti. Semoga kita bisa bertemu lagi," ujar Abraham."Baiklah. Hati-hati di jalan," sahut Layla.Seperginya Abraham, Layla masih terpaku di kursi kayu yang ia duduki.Menyaksikan banyak pasangan yang lalu lalang. Betapa hati Layla merindukan kasih sayang.'Bagaimana mungkin aku bisa melupakan, Dokter Dev. Sedangkan kelembutan dan kenyamanan itu hanya pernah aku dapatkan darinya," batin Layla.Jatuh perlahan air mata itu. Tak bisa dipungkiri, cinta untuk Dev begitu dalam."Nyonya Layla, ada yang ingin bertemu di rumah. Orang itu sudah menunggu dari tadi," ucap Cika yang tiba-tiba datang menyusul Layla."Siapa?" tanya Layla tak bersemangat."Lihat saja sendiri. Ayo pulang."Layla tak banyak bicara lagi. Ia pun pulang bersama Cika. Saat ini hanya Cika yang setia menemaninya.'Maaf, Nyonya. Jika aku katakan Pak Dev yang datang, m
***Cukup lama Layla tak sadarkan diri, bahkan Abraham masih setia menemani. Cika pun datang dikabari oleh Karin.Sedangkan di sisi lain, Dev pulang dengan rasa sesal. Entah apa yang membuatnya bisa berkata sekejam itu pada Layla.Namun, tiba-tiba ia merasa bersalah. Biar bagaimana pun juga, Layla tetaplah berjasa dalam hidupnya.Gundah hati Dev. Ia sangat marah karena Layla hampir merusak rumah tangganya. Namun, Dev tersadar, dirinyalah yang awal mula menumbuhkan benih cinta.Sampai di rumah, Dev langsung memeluk Naomi dengan erat. Tangisnya pecah, tubuhnya gemetar hebat."Ada apa, Mas?" tanya Naomi bingung."Mas sudah mendatangi Layla. Mas mencacinya, tapi Mas lupa bahwa sejahat-jahat Layla, dia tetaplah peduli pada putri kita, dan juga kehidupan kita, Noami. Mas malah menghakiminya dengan kata-kata kasar tadi."Terdiam Naomi mendengarkan perkataan sang suami. Dirinya tahu, Dev sudah tak memiliki perasaan lagi pada Layla. Bahkan Naomi senang, jika Dev mencercanya. Namun, saat menden
***Dua bulan kemudian ....Layla dan Abraham semakin dekat, bahkan rasa itu sudah tumbuh di hati Abraham."Bu, jika aku ingin mempersunting Layla, apakah Ibu setuju?" tanya Abraham dengan ragu-ragu.Berkaca-kaca mata Mira, ia terharu sekaligus bahagia. Layla sudah akrab pula dengan dirinya. Bagaimana mungkin Mira tak merestui."Tentu saja Ibu setuju," sahut Mira senang.Abraham tersenyum sembari memeluk sang ibu. Rencananya lamaran akan dilakukan nanti malam. Jika Layla menerima, maka pernikahan segera dilangsungkan dalam waktu dekat.***Ketika hari mulai gelap, Abraham bersiap-siap dengan detak jantung yang semakin kencang.Gugup Abraham ingin menyatakan cinta pada seorang janda kembang. "Sudah siap?" tanya Mira mengedipkan sebelah matanya."InsyaAllah, Bu."Detik berikutnya mereka berangkat. Dua puluh menit perjalanan, akhirnya Abraham dan Mira sampai.Gemetar lutut Abraham ketika mencoba keluar dari mobil. Mira tertawa kecil menyaksikan kegugupan putranya."Santai dong, sayang
***Setelah menikah, Layla tetap tinggal di rumah miliknya sendiri. Abraham mengalah, karena sang istri memiliki tanggung jawab atas toko besar yang dipunyai.Tak ada yang berubah. Sepasang pengantin baru itu masih memanggil dengan sebutan Tuan, dan Nona.Bagi yang mendengarnya akan merasa iri, karena sebutan itu terkesan unik dan romantis."Nona manis, hari ini ada kasus yang sangat besar. Seorang klien saya berasal dari kalangan bawah. Bahkan untuk menyewa jasa saya pun, ia menggadaikan sebuah surat rumah," ujar Abraham."Benarkah, Tuan? Kalau begitu dirimu harus semangat! Kalau boleh saya tahu, apa permasalahan yang sedang dihadapinya?" tanya Layla sambil memakaikan kancing baju sang suami."Bapak itu namanya, Pak Samsir. Beliau hanya seorang penjual ketoprak keliling. Saat Pak Samsir berjalan mendorong gerobak jualannya, tiba-tiba melaju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Pak Samsir yang hendak menyeberang hampir terlindas, untungnya pengendara mobil dapat mengelak.""Lalu apa
*** Semua yang berada di luar, menjadi masuk menemui Rama. Layla mencoba menghapus air matanya. Namun, Naomi lebih dulu menangkap tangan Layla. Perlahan Naomi menyentuh wajah Layla. Diusapnya mata yang sudah basah itu. Bukannya reda, tangis Layla malah semakin pecah. "Lay, maafkan aku!" Naomi memeluk Layla. Semua beralih menatap ke arah mereka berdua. Kini Naomi dan Layla berbicara di luar. Abraham dan Dev juga turut menyusul. "Apa dirimu benar-benar mau memaafkan saya?" tanya Layla. Mengangguk Naomi tanpa ragu, dan berkata. "Iya, Lay. Lupakan yang telah berlalu! Sekarang kita sudah memiliki kebahagiaan masing-masing. Jangan pernah membuatku menjauhimu lagi. Aku menyayangimu," ucap Naomi. "Saya berjanji, tidak akan pernah kesalahan yang sama terulang. Teirma kasih, Naomi. Saya juga menyayangimu," papar Layla. Terharu Abraham dan Dev. Keduanya enggan mengganggu, hanya menatap dari belakang. . Hari berlalu .... Kini kehidupan Layla sudah sempurna. Persahabatannya dengan Nao
***Suasana rumah besarku memang sangat sepi. Sejak kepergian Ayah, aku merasa sepanjang hidup bagai mencekam.Masih terngiang-ngiang di memori ingatan saat Ayah meregang nyawa akibat ulah sahabatnya."Mas," lirih Syarla mengejutkan lamunan pagiku."Jangan kurangajar! Panggil saya dengan sebutan Tuan!" hardikku."Tu--tuan ... apa sebenarnya ini? Aku masih belum mengerti.""Satu hal yang harus kau tahu, saya tidak tertarik padamu sama sekali! Pernikahan kita hanya sebatas di atas kertas. Kau juga tak boleh mengatakan pada orang tuamu! Camkan itu!""Tapi, kenapa? Apa salahku? Apa salah keluargaku?""Nanti kau akan tahu sendiri."Aku berlalu meninggalkan Syarla. Di rumah, sehari sebelum pernikahan aku sengaja memecat semua pembantu. Tugas rumah akan aku bebankan pada Syarla. Dia tidak akan aku biarkan berdiam diri dengan tenang..Di kantor."Tuan Muda tidak libur? Bukankah ini adalah hari pertama pernikahan Tuan?" Melodi, Asisten pribadiku itu terlihat kaget saat aku ke kantor."Apa s
***Aku membanting pintu dengan keras. Tak peduli di luar Syarla tengah terluka. Itu salahnya sendiri dan belum seberapa jika dibandingkan dengan luka hatiku karena ulah Papanya.Aku menjerit histeris saat membayangkan peristiwa naas itu. "Ayah!" teriakku.Ayah menghembuskan napas dipangkuanku saat semua bukti pengkhianatan sahabatnya aku berikan.Andai waktu bisa diputar, aku pasti menyembunyikan kebenarannya dan menghancurkan pengkhianat itu dengan caraku sendiri.Namun, semua sudah terjadi. Sebesar apapun kerinduanku pada Ayah, ia takkan pernah kembali lagi.Tok! Tok! Tok!Ketukan pintu kembali terdengar. Aku seketika sadar dari kesedihanku."Tuan ... Tuan kenapa?" tanya Syarla dari luar.Sial, gadis itu ternyata masih di depan pintu. Pasti Syarla mendengar teriakkanku tadi."Pergi! Bukan urusanmu!" hardikku tanpa membuka pintu.Setelah itu hening. Aku pun mencoba memejamkan mata, tapi tetap saja tak bisa lena. Dendamku menyala-nyala. Sebelum pengkhianat itu hancur, maka aku tida