Namaku Airin Dea Natasha, seorang mahasiswa psikolog berusia 21 tahun yang menjadi yatim piatu sejak 5 tahun silam. Orang tuaku meninggal karena kecelakaan, sejak saat itu aku diasuh oleh bibiku.
Bibi sudah menganggapku seperti anak sendiri, tetapi ekonomi bibiku tergolong tidak berkecukupan, Sehingga aku ikut membantunya mencari nafkah karena bibiku pun seorang janda. Saat berangkat sekolah aku membawa dagangan berupa jajanan,kemudian hasil berjualan itu akan kuserahkan pada bibi.
Aku tak pernah malu untuk berjualan di sekolah, bagiku yang terpenting adalah bagaimana cara membantu bibi mencari nafkah. Meski status kami hanya bibi dan keponakan, tapi kami saling menyayangi satu sama lain. Ia juga sering memberikan uang untuk ditabung atau untuk membeli keperluan sekolahku.
"Ini buat kamu Rin, walaupun nggak banyak cukup buat kamu beli keperluan sekolahmu," ucap bibi dengan memberi beberapa uang padaku, Kemudian aku menjawab, "Makasih bi, aku sayang bibi."
Dengan memeluk erat bibiku, Kemudian bibi pun memelukku juga. Kami bagaikan Ibu dan anak, walau hidup kami susah kami tak pernah mengeluh, jika ada masalah ekonomi lain hal apa saja yang bisa menjadi uang akan kami lakukan.
Dengan keterbatasan ekonomi yang aku alami, tak membuatku mundur untuk meraih prestasi di sekolah, justru inilah yang memotivasi diriku untuk merubah kehidupanku kelak. Bibi yang melihat prestasiku di sekolah cukup bagus, akhirnya lega karena telah sukses merawatku selama ini.
Seiring beranjak dewasa, aku dan bibiku tak tinggal bersama lagi. Bibiku pun sudah menikah lagi dengan laki-laki pilihannya. Aku pergi ke kota dan masuk di universitas ternama dengan jalur prestasi, aku mendapat beasiswa dari pihak kampus ini. Karena prestasiku ini mengundang perhatian beberapa dosen, salah satunya dosen pembimbingku ini.
Menurutnya, aku adalah sosok yang tak pantang menyerah dan tak mudah putus asa, Aku pernah di wawancarai oleh mahasiswa jurnalistik untuk bahan presentasinya, tanpa disengaja wawancara itu menjadi sorotan satu kampus termasuk dia.
Setelah beberapa bulan kami berkenalan, kami memutuskan untuk menjalin hubungan dan sering pergi bersama.
"Mas, memangnya kalo kita pergi ke luar gini istrimu nggak akan tau?" tanyaku padanya.
"Istri Mas itu sering ke luar negeri, jadi jarang banget di rumah, sekalinya dia pulang kita sering berantem," ucapnya
"Jadi gitu ya Mas?" ucapku, Ia pun menganggukkan kepala dan menatapku tajam. "Muahh." terdengar suara bibirnya yang mengecup keningku, Aku pun memeluknya.
Hubunganku dengannya adalah hal terlarang, Aku menjadi pihak ketiga dalam rumah tangganya, tetapi aku menyukainya, perasaan dan emosiku tak dapat kukendalikan ketika bersamanya.
Sikapnya yang hangat membuatku merasa nyaman jika bersamanya.Semenjak berhubungan dengannya, ia selalu memberi apa pun yang aku inginkan. Bahkan aku diberi fasilitas apartemen mewah dan perhiasan yang harganya terbilang cukup mahal. Ia selalu memanjakanku dengan segala yang ia punya, Sering kali ia menginap di apartemenku.
"Rin, Mas pulang dulu ya. Istriku sedang menunggu di rumah," Ucapnya padaku sambil melayangkan ciuman di keningku.
Aku tidak rela ia pergi, Sengaja memasang wajah suram dan berkata, "Masih kangen Mas! baru aja ketemu udah pulang, kalau di rumah kamu nggak bakal ngapa-ngapain kan sama istrimu itu?"
"Nggak mungkin sayangku Airin, kamu kan tau mas cintanya sama kamu aja," Ucapnya sambil membelai pipi dan mengusap rambutku. Kemudian aku memeluknya dengan erat, ia pun membalas pelukanku dan mencium keningku. Sebagai tanda perpisahan, Kami pun berpelukan dan berciuman kembali. Tak lama kemudian ia berpamitan pulang.
Namanya Gunawan, pria yang sedang menjalin hubungan denganku ini berumur sekitar 43 tahun, tingginya sekitar 184 cm, paras tampan serta tubuhnya yang kekar dan atletis itu menutupi umurnya yang sudah berkepala empat. Aku mencintai pria yang sudah beristri dan memiliki 1 anak. Aku tak menghiraukan status perkawinan dan umurnya yang terbilang tua, pola pikir dewasanya itu lah yang membuatku tertarik pada pria beristri ini.
Banyak mahasiswa laki-laki yang ingin mendekatiku, tapi tak ada satupun dari mereka yang dapat mengencaniku. Sikapku terlalu dingin pada laki-laki lain, Karena aku telah mencintai dosenku sendiri.
Terdengar ponselku berbunyi, "Malam ini aku ke apartemenmu." Ternyata ia mengirimiku pesan dan aku menjawab, "Siap Mas! nanti aku masak buat makan malam kamu ya."
Jika di lingkungan kampus, kami seperti layaknya Dosen dan murid. Sering kali aku bosan dengan hubungan ini, ketika temanku berkencan, Aku bisa melihatnya terang-terangan di tempat umum, sedangkan aku hanya berkencan di apartemen saja.
"Apakah aku bisa meminta padanya untuk berkencan di luar seperti pasangan lain? Ia selalu menuruti permintaanku, bagaimana jika aku meminta hal seperti ini? Apakah ia setuju atau sebaliknya?"
Bel pintuku berbunyi, menandakan dia sudah tiba. Segera aku membuka pintu dan kulihat dia membawa seikat mawar merah sebagai tanda cintanya, Ia langsung memeluk dan mencium keningku. Kemudian aku membalas pelukannya."Rin, Mas kangen kamu," ucapnya sambil mengusap rambutku. Aku tersenyum kepadanya dan berkata, "Kangennya ditunda dulu sekarang makan yuk aku udah masak buat kamu mas." Lalu aku menyajikan makan untuknya."Kok cuma mas aja yang makan, kamu nggak makan?" tanyanya padaku yang hanya menyajikan makanan untuknya."Nggak mas, aku lagi diet," ucapku dengan tertawa kecil.Dengan lahap ia makan masakanku, Sesekali aku menatapnya."Bagaimana bisa aku melepaskan orang sepertinya? sudah tampan, mapan dan royal padaku?" gumamku dalam hati.Selesai ma
Setelah bertengkar dengan istrinya kemarin mas Gunawan tak menghubungiku, Aku menunggu kabar darinya, hingga sore hari belum menghubungiku sama sekali. Aku terus memikirkannya, ada apa dengannya?"Ting tung ting tung."Terdengar bel berbunyi dari luar, Aku membuka pintu dan ternyata Mas Gunawan sudah berdiri dihadapanku. Aku terkejut melihat kedatangannya tanpa menghubungiku."Masuk Mas," ajakku. Tiba-tiba ia merangkulku dari belakang."Mas?" ucapku padanya dan membalikkan badan. "Kamu kenapa Mas? ada masalah apa? cerita ya sama aku," ucapku dengan mengusap pipinya."Nggak papa Rin, mas pengen peluk kamu biar rileks," sahut Mas Gunawan kemudian aku melepaskan pelukan
Cahaya matahari pagi menembus gorden putih kamarku, Aku membalikkan badan melihat Mas Gunawan masih tertidur di sampingku. Aku menatapnya dan tak lama kemudian ia bangun, Kami pun saling bertatapan."Mas, tumben semalem nggak minta jatah," ucapku dengan malu-malu mengatakannya, Mas Gunawan pun tertawa mendengar perkataanku itu."Yaudah yuk sekarang," pintanya seraya ingin memeluk tubuhku. Akupun menghindari pelukannya dan berkata, "Aku kan cuma tanya, lagian aku mau ke kampus Mas nanti telat gimana?"Dia masih tertawa melihatku seperti itu dan mengusap rambutku."Mas juga bercanda Rin, Mas tulus sama kamu Rin, jadi nggak harus minta jatah ke kamu," jawabnya sambil mencium keningku.
Aku tak menyangka jika Mas Gunawan melamarku secepat ini.Aku pun bertanya kepadanya, "Terus gimana sama istri dan anakmu?""Itu nanti urusan Mas, yang penting kamu nerima lamaran Mas kali ini? mungkin besok-besok Mas nggak akan nawarin lagi," ujarnya.Aku mengerutkan dahi, "Kok begitu Mas? aku kan butuh waktu lagian kamu belum bercerai dari istrimu," sangkalku.Dengan memegang bahuku serta meyakinkanku ia pun berkata, "Yang penting kamu terima lamaran ini dulu Rin, Mas pengen liat keseriusanmu. Soal kapan kita nikah itu bisa kamu yang nentuin."Tanpa berpikir panjang aku menerima lamarannya, "Aku terima lamaran Mas, tapi aku mau sebelum kita menikah kamu harus cer
Helena! Apakah kamu tidak mengingat kejadian 5 tahun silam? kamu adalah alasan orang tuaku meninggal secara tragis!Kamu juga yang sudah membuatku menderita! Bagaimana kamu menyimpan rahasia yang besar? Bahkan polisi pun sudah menutup perkara ini sejak lama.Peristiwa naas yang menimpaku tersebut memang sudah lama terjadi tetapi trauma yang kualami hingga kini tidak pernah hilang.Bahkan ketika menjadi mahasiswa psikolog yang sudah banyak mempelajari materi psikologi pun aku tidak cukup menghilangkan trauma ini.Kecelakaan itu terjadi ketika ayahku melaju dengan kecepatan tinggi, posisi ayah dan ibuku berada di depan, sedangkan aku berada di belakang. Kami melewati jalan yang tak begitu ramai dan l
Pagi yang cerah untuk memulai hari, Airin segera pergi ke kampus dan melihat ke arah matahari pagi. Terlihat cahaya yang bersinar seraya memberikan energi positif untuk Airin.Ia berangkat menggunakan bus seperti biasanya, tak di sengaja ia justru bertemu dengan Stefan pria yang terlihat menggelikan itu. "Cowo ini lagi! males banget ketemu dia." ia memberikan senyuman terpaksa ketika tanpa sengaja bertemu dengan Stefan."Rin, maaf soal kemarin. Karena aku kamu jadi pergi deh!" lirihnya meminta maaf atas kejadian kemarin yang dengan sengaja menatap Airin dari atas hingga bawah."Santai aja, nggak masalah." Airin membalas perkataannya dengan cuek seakan tak ingin berbicara lagi dengannya.Stefa
"Sesuai janjiku tadi buat ngajak kamu makan siang yuk ke kantin," ajaknya padaku.Belum menjawab ajakannya tersebut ia langsung menggandeng tanganku dan mengajakku berlari kecil.'Widih baru kenal main gandeng tangan orang!' gumamku dalam hati.Setelah sampai di kantin aku memesan makanan yang cukup lumayan banyak. Sengaja untuk mengerjai si kembaran Yuta ini.'Aku buat dia ilfeel sama aku biar nggak deketin lagi,' bergumam dalam hati dengan sedikit tersenyum lebar dengan memainkan bola mata."Apa kamu habis makan segini banyaknya?"tuturnya ketika melihatku memesan banyak makanan. Ia melihat dengan terheran-heran
"Loh Mas kapan datengnya?" aku terkejut akan kehadiran Mas Gunawan yang sudah duduk di sofa apartemenku."Sini duduk deket Mas." dengan meneguk jus jeruk yang tertenteng di atas meja.Aku mendekat ke arah Mas Gunawan tiba-tiba Mas Gunawan menarik tanganku dan aku terjatuh di pangkuannya.Aku menatapnya, bola mataku menatap mengedip melihatnya. Ia mencium keningku."Mas?" lirihku."Hmm kenapa?" suaranya lirih manja pipinya menempel ke sekitar pelipisku kemudian bibirnya menyentuh bagian telingaku. Hembusan nafasnya menusuk dalam romaku merasa menggelikan aku menggeliat di pangkuannya."Geli Mas," uc