Beranda / CEO / Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku! / Bab 1. Skandal Malam Panas

Share

Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!
Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!
Penulis: Dewi

Bab 1. Skandal Malam Panas

Penulis: Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-09 20:45:20

"Ahh, kenapa badanku terasa begitu panas?" Vania bertanya-tanya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah.

Rasa panas kian menjalari seluruh tubuhnya, membuatnya gelisah tidak karuan. Ia lantas meraih minuman yang ada di depannya dan meneguknya sekaligus. 

Namun, bukannya merasa lega, Vania semakin merasa gerah. Kepalanya berdenyut-denyut, membuat ia mengernyitkan kening saat pandangannya mulai mengabur.

Gadis itu mengangkat gelas yang berada di depannya dan menatapnya lekat. Ada sisa butiran bubuk di dasar gelas yang seketika membuatnya membelalak. 

"Minuman ini pasti sudah dimasukkan sesuatu!” desis Vania panik. 

Pandangannya langsung tertuju pada laki-laki yang berada di depannya. Pria itu menatap dirinya dengan sebuah senyum congkak tercetak di wajahnya yang keriput karena usia. 

“Apa yang kau masukkan ke dalam minumanku?!” geram Vania dengan mata memerah. 

Pria itu malah tertawa kencang. Ia memajukan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa senti dari Vania. “Aku tidak memasukkan apapun ke dalam minumanmu, Cantik,” katanya masih dengan senyuman mesum. 

Vania langsung menarik diri dan berusaha berdiri dari kursinya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Instingnya mengatakan ia harus pergi dari sana sekarang juga. 

“Hey, mau ke mana?” Pria paruh baya itu berusaha meraih tangan Vania, tapi gadis itu lekas menepisnya dan berjalan sempoyongan keluar dari restoran dengan cahaya remang-remang itu. 

"Ah, sial!” gerutunya saat menabrak dinding lorong yang gelap. Gadis itu mempercepat langkah saat mendengar suara pria asing yang tadi bersamanya di dalam ruangan privat restoran.  

"Mau ke mana kau?!" 

Vania terperanjat saat suara itu semakin dekat.

“Hey, jalang! Aku sudah membayarmu mahal!” Pria itu memaki kesal sambil tergopoh-gopoh mengejar Vania. Tetapi karena kesadarannya sudah menurun jauh akibat alkohol, ia kalah cepat dari gadis itu. 

"Berhenti! Jika tidak berhenti, aku akan menghabisimu!" ancam laki-laki paruh baya itu. Tapi Vania tidak peduli. Ia terus berlari tergesa menghindari bahaya. 

Dalam hati ia menangis kesal karena ibunya telah tega menjualnya pada lelaki hidung belang. 

“Pasti Ibu yang memasukkan obat sialan itu ke dalam minumanku!” gerutunya dengan napas terengah. Ia menoleh ke belakang dan mendapati pria itu ternyata masih berusaha mengejarnya.  

Vania akhirnya melepas sepatu hak tingginya agar bisa berlari lebih cepat. Nafasnya sudah tak beraturan, bibirnya terus saja mendesis, namun dia harus tetap bisa menghilangkan jejak dari tua bangka itu.

"Aku sudah tidak kuat lagi..." lirihnya sambil berlari tak tentu arah, tak tahu harus pergi ke mana. Rasanya semua lorong yang ia lewati tidak menemukan jalan keluar.

Saat itu lah pandangannya tertuju pada pintu yang sedikit terbuka di ujung lorong. Vania segera membawa langkahnya ke sana. 

Gadis itu langsung mendorong pintu lebih lebar dan masuk ke dalam. “Maaf!” serunya sambil menutup pintu dengan cepat. 

Nafasnya tersengal. Sekujur tubuhnya terasa panas dan lengket karena keringat. Sesuatu dalam dirinya seolah baru saja meledak, membuat Vania kehilangan akal.  

"Siapa kamu?” tanya sebuah suara bariton yang langsung membuat Vania menoleh. “Kenapa masuk kamarku?" tanyanya lagi, tampak terkejut melihat wanita asing yang masuk sembarangan ke ranah pribadinya.

Pria itu, Hans, adalah tamu yang sedang menginap di kamar hotel bernomor 1433 itu.

“Ma-maaf…” lirih Vania dengan suara bergetar, nyaris kehilangan fokus. Tatapan mata tampak sayu seolah tak memiliki kekuatan.

Bibirnya tak henti-hentinya mendesah tanpa bisa dikontrol. Ia menatap Hans sayu. “Maafkan saya Tuan… bolehkah saya bersembunyi di sini se-sebentar?” tanyanya terbata-bata, tampak berusaha mengumpulkan fokusnya yang telah buyar. Akan tetapi, kesadarannya sudah di ambang batas. Kepalanya terasa begitu berat, dan pada detik berikutnya, Vania terjatuh ke lantai.

Hans memaksa dirinya untuk tetap sadar meskipun kadar alkohol dalam darahnya tak bisa berbohong. Kepalanya berdenyut dengan pandangan yang mengabur. 

Namun, pemandangan di hadapannya tak dapat terelakkan. Posisi Vania yang ambigu membuat Hans dapat melihat pahanya putih mulusnya terekspos, belum lagi gaun mininya itu membuat belahan dadanya terlihat jelas. 

Hans menelan ludah. 

“Tu-Tuan tolong … panas ….” lirih Vania yang masih tergeletak di lantai. “Saya sudah tidak tahan lagi ….”  

Hans lantas menggendong Vania dan meletakkannya di atas kasur dengan susah payah karena ia sendiri mulai kehilangan kontrol. 

Tanpa diduga, Vania tiba-tiba melepas tali gaun yang menempel di bahunya begitu saja, memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang terbalut bra putih. "Ahh, panas!" 

Hans memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia melihat AC yang terpasang di kamar yang menunjukkan suhu 16 derajat.

"Yang benar saja?” tanya Hans bingung.  

Tidak berhenti sampai di sana, Vania tampak berusaha melepaskan gaun yang membalut tubuhnya. 

Pria itu seketika panik dan berusaha menahan tangan Vania agar tidak berbuat nekat. Namun, Vania langsung berontak dan berusaha mendorong Hans dengan tenaga seadanya. 

“Lepas!” lirihnya di sela desahan tak menentu. 

Melihat Vania yang menggeliat-geliut di atas kasur membuat jiwa kelelakian Hans bangkit. Tapi ia berusaha keras mengabaikan gadis asing di hadapannya. 

Kesadaran Vania sudah di ambang batas. Saat Hans hendak beranjak dari kasur, Vania segera menarik tangannya, membuat pria itu kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas Vania. 

Dengan jarak yang begitu dekat, keduanya dapat merasakan hangat napas menerpa wajah satu sama lain. Entah siapa yang memulai duluan, tapi bibir keduanya akhirnya bertemu dan saling berpagut mesra. 

Lumatan demi lumatan mengikiskan akal sehat masing-masing. Keduanya bergerak liar, melucuti pakaian satu sama lain seiring dengan memanasnya suasana di kamar hotel tersebut. 

Vania lepas kendali. Ia tidak dapat menahan hasrat yang bergelora, apalagi Hans dengan lihai menyentuh titik-titik sensitifnya, memanjakannya dengan begitu banyak kenikmatan yang membuat ia melayang. 

“Ah…” 

Desahan demi desahan memenuhi kamar itu. Mereka tanpa sadar menikmati setiap momen panas yang tercipta dari penyatuan mereka. 

Sampai akhirnya, sepasang insan yang tidak saling mengenal itu tertidur dalam satu selimut dan satu bantal yang sama menikmati malam yang panjang.

Menjelang pagi, Vania terbangun dari tidurnya. 

Ia tampak linglung menatap seluruh isi ruangan yang asing, lalu mengalihkan pandangannya kepada seorang laki-laki yang berada di sampingnya.

Laki-laki berumur matang berwajah tampan, dengan alis yang tebal serta hidung mancung itu membuat Vania terbelalak. 

Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Astaga! Apa yang telah kulakukan?!” Vania mendesis panik, mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. 

Takut, ia melihat ke bawah selimut dan membelalak ngeri. Mereka berdua tidak mengenakan sehelai benang pun! 

Sambil berusaha menenangkan diri, Vania akhirnya memutuskan untuk beranjak. Ia menatap laki-laki yang masih terlelap itu, mencatat raut wajah tampannya ke dalam memori, sebelum turun dari kasur dan memungut pakaian yang berceceran di lantai. 

Ia segera mengenakan pakaiannya dengan cepat. Sebelum membuka pintu, ia menatap ke arah kasur sekal lagi. 

"Terima kasih telah menolongku,” gumam Vania lirih. Matanya tampak berair. “Tapi kamu juga telah merenggut kehormatanku…” 

Wanita itu menghela napas panjang sebelum akhirnya menutup pintu. 

Vania keluar dari hotel dengan langkah yang gontai. Air matanya tiada henti mengalir ke kedua pipinya. 

Hampir dijual kepada pria hidung belang, lalu tidur bersama pria asing … benar-benar malam yang panjang dan tidak terduga. 

Vania tidak tahu harus marah ke siapa. Kepada ibu tirinya, kepada semesta, atau kepada diri sendiri? 

 "Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan?” tanyanya lirih.

Ia terus berjalan, menuntunkan langkah kakinya yang mau tak mau harus pulang ke rumah ibu tirinya beberapa tahun terakhir. Meskipun sangat ingin pergi jauh, tapi Vania tidak punya tempat tujuan lain.

Baru saja membuka pintu, sebuah suara yang melengking langsung menghadang langkah Vania. 

“Anak sialan! Dari mana saja kamu!?”

Bab terkait

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 2. Pergi Menjauh

    "Ma—”“Sudah berani melawan mama?!" sergah Lita, ibu tirinya, tanpa membiarkan Vania menyelesaikan kalimat terlebih dahulu. Mendengar itu, Vania mendengus sinis, tak menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya."Begitu caramu balas budi pada orang tua?!” tanya Lita dengan suara semakin meninggi. “Mama cuma meminta tolong agar kamu menemani klien mama makan malam, tapi kenapa kamu malah kabur tanpa pamit?!" cecar wanita paruh baya itu. Amarahnya sudah meledak-ledak.Vania hanya bisa menganga mendengar cecaran Lita. Sepasang matanya yang sembab menatap tajam ke arah wanita itu. “Menemani klien Mama makan?” ulang Vania dengan nada tak percaya. Ia menyergah napas kasar, berusaha menekan amarah yang ikut terpancing. “Bukannya Mama ingin menjualku pada pria hidung belang itu?” Lita membelalak kaget, tidak menduga Vania akan menentangnya seperti itu. “Apa katamu? Berani-beraninya—”“Mama yang memasukkan obat perangsang ke dalam minumanku kan?” sela Vania dengan suara bergetar. “Mama sengaja

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   bab 3. Syok

    Akhirnya pun Vania memutuskan pergi ke luar negeri, Di luar negeri dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk meraih cita-citanya yang tertunda,Hari-harinya di isi dengan kerja untuk mengembangkan bakatnya. Meskipun perjuangannya begitu amatlah berat dan sulit.Kali ini dewi fortuna sedang menghampiri dirinya, takdirnya sangat begitu mulus itu semua karena yang semangat yang luar biasa dan didukung dengan kemauan yang sangat tinggi membuat dirinya sangat begitu dipercaya oleh beberapa perusahaan yang menaungi dirinya,Kini wanita yang berusia 23 tahun bisa berdiri sendiri, menghidupi dirinya sendiri dengan kekutaan dan kemauan yang sangat tinggi."Sekarang aku bisa berdiri di kaki ku sendiri." ujar Vania si wanita yang pantang menyerah. "Aku sudah sangat tak sabar menjemput kesuksesan ku." lanjutnya sambil tersenyum sinis di bibirnya dengan tangan kanan membawa sebuah gelas.Tak di pungkiri Vania berjuang sangat keras itu semua di karenakan dendam yang sangat membara di hatinya,Denda

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 4. tak sengaja bertemu

    Dia kembali dengan segudang prestasi, menjadikan seorang wanita yang sudah berubah jauh dari sebelumnya Menjadi wanita yang mandiri yang bisa mengurus dua anak sekaligus,Yang pasti Vania menjadi wanita yang lebih cantik dengan pribadi yang lebih kuat.Wanita single mom yang memiliki pesona yang nampak luar biasa.Kini Vania sudah sampai di negara asalnya, Sekarang dirinya kini berada di sebuah bandara bersama kedua anaknya, Saat Vania sedang berjalan sambil bertelepon, dia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berdiri yang juga sambil melihat ponselnya"Ahhh." teriak Vania yang terkejut,Vania pun spontan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tasnya."Maaf pak." Vania pun menganggukan badannya sebagai permohonan maaf karena tak sengaja menabrak. "Maafkan saya saya teledor." lanjut ucap Vania.Dan laki-laki yang sedang berdiri sambil memakai sebuah kacamata hitam yang menempel di batang hidungnya itu terdiam.Dia pun mengalihkan pandangannya ke arah wanita cantik yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 5. Sangat terkejut

    Keesokan harinya.Wanita dua anak tersebut harus langsung bekerja.Dia memakai sebuah setelan jas berwarna hitam dengan dalaman memakai kemeja berwarna putih, dengan bawahan rok selutut."Anak-anak kalian di rumah ya, mama harus bekerja. Jika kalian ingin makan ambil sendiri, mama sudah siapin di dapur." teriak Vania yang sedang memasang sepatu yang hendak pergi bekerja.Vero dan Vino lekas keluar dari kamar mereka, untuk melepas kepergian mama mereka pergi bekerja."Ma nanti pulang jam berapa?" tanya Vino yang merasa sedikit susah di tinggal Vania.Maklumlah ini adalah hari pertama mereka di tinggal bekerja karena selama di luar negeri Vania selalu kerja di rumah.Vania pun menatap kedua anaknya."Kalian gak usah khawatir, jika nanti mama pulang, mama akan langsung pulang." ujar ibu dua anak itu.Vero pun memeluk Vania, "Ya sudah mama berangkat kerja, mama gak usah khawatir aku akan menjaga Vino kok ma." sahut Vero sang anak pertama Vania.Mereka adalah anak yang selalu berpikir dewas

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   hilang konsentrasi

    Dan wanita cantik itu yang jantungnya berdebar, dia pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruangannya,Dia kembali bekerja dengan perasaan yang tak menentu.Ini adalah hari pertamanya bekerja namun sayang dia bertemu kembali pria yang di temuinya di bandara.Dia yang tak lain pria yang merenggut kesuciannya.Dan Vania pun kembali ke meja kerjanya, dia pun melanjutkan kerjanya yang tertunda.Dia pun memulai menggambar desain sebuah kalung, Vania yang memiliki desain ciri khasnya yang simpel sederhana namun terlihat sangat indah yang jelas dalam rancangannya semua harus memiliki nilai seni."Hemm enaknya ini harus di bagaimana ya? Kenapa aku tak bisa konsentrasi?" tanyanya sendirisambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.Rasanya otaknya seketika tidak bisa berfikir.Dan dia pun mendengus kesal pada dirinya, "Aghhh kenapa aku kurang fokus sih?" lanjutnya sambil menghembuskan nafas panjangnya untuk menetralkan pikirannya.Dan Vania pun beranjak dari duduknya dan dia membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   bab 7. tanpa senyum

    Dan laki-laki yang memiliki tinggi 183 cm itu membacanya dengan detail tanap melewatkan satu kata pun.Bola matanya mengikuti setiap kata demi kata yang di bacanya,Dan Hans menelan ludahnya membaca sebuah tulisan riwayat sekolah Vania."Ini adalah sebuah wilayah dimana malam itu terjadi." gumamnya dalam hati..Dan jantungnya pun semakin berdegup dengan kencang.Dan Hans beranjak dari duduknya.Dan dia mengalihkan pandangannya menuju langit yang membiru, untuk menetralkan gemuruh yang ada di dadanya."Sudah ada dua bukti yang mengerucut mengarah ke arah wanita yang bernama Vania Seisilia itu." lanjutnya dalam hati dengan perasaan entah senang atau justru canggung.Keesokan harinya.Di poisisi C3 lagi sedang ramai dengan sebuah rancangan Vita yang sangat fenomenal.Semua para desainer mengerubungi hasil karya Vita.Tak terkecuali Vania, dia sangat kagum dengan desain dari Vita, namun setelah tangannya menyentuh bahan kain yang di gunakan dalam karya Vita membuat Vania mengerutkan alisn

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   bab 8. Dada bergemuruh

    Saat Hans selesai menelepon entah mengapa rasa di dalam dadanya berdegub dengan kencang,Dan dia pun memgang dadanya dengan kedua tangannya."Kenapa jantung ku berdetak tak karuan." Dan dia pun menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali.Itu di lakukannya untuk menetralkan senam jantungnya yang lumayan cepat.Tok too tok..Suara orang yang mengetuk pintu."Masuk." seru Hans dari dalam rungannya.Dan ternyata yang masuk adalah Vania."Selamat siang bapak, ada apa bapak memanggil saya?" tanya Vania sambil berdiri di depan Hans.Hans pun yang tengah duduk dia pun menatap dari bawah tubuh Vania.Dia menatap kaki Vania lalu tatapan itu menjalar sampai atas."Apa kamu yang bernama Vania?" tanya Hans.Dan Vania pun menganggukan kepalanya.Dan Hans pun mempersilahkan duduk."Aku ingin mengetahui siapa kamu?" lanjut Hans.Dan Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, "Mati aku, apa jangan-jangan dia sudah mengetahui siapa aku?" ujarnya dalam hati.Dan Vania berpura-pura

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   bab 9. kembar

    Keesokan harinya."Vero Vino mama berangkat dulu ya kalian kalau mau makan kalian bisa ambil di dapur mama sudah siapin semuanya di dapur," teriak Vania yang sedang memasang sepatunya dan akan bersiap berangkat pergi bekerja.Vero dan Vino pun melangkahkan kakinya mendekati Vania, untuk melepas kepergian mama untuk berangkat bekerja."Kita kapan masuk sekolah ma?" tanya Vero."Iya nih ma aku sudah bosen di rumah." sahut Vino.Vania menjelaskan kepada dua anaknya dengan nada yang amat luar biasa lembut dan mudah di pahami oleh kedua anaknya."Nanti mama ke sekolah kalian dulu, mama mau membayar perlengkapan yang belum mama bayar dan besok kalian bisa sekolah." ujar Vania yang menjelaskan kepada anaknya.Mereka pun berpelukan bersama, Vania pun pamit kepada kedua anaknya untuk bekerja. "Ya udah ini sudah siang, mama berangkat dulu ya anak-anak, jika ada apa-apa kalian bisa telepon mama." lanjutkan sambil membuka pintu apartemennya untuk keluar.Vania melambaikan kedua tangannya,"D

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31

Bab terbaru

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 147. Mengetahui siapa dalangnya

    Dan Hans yang tengah duduk dia pun meraih ponsel yang berada di dekatnya Dia sedang melakukan panggilan telepon dengan Andre untuk menanyakan persiapannya.Dia menempelkan ponselnya ada telinga kanannya, dan tak beberapa lama panggilannya pun akhirnya diangkat oleh Andre." Bagaimana Andre?" tanya Hans dibalik telepon.Andre yang tengah berada di kantor dia pun saat ini sedang sibuk karena harus menyiapkan beberapa hal oleh Vania dan juga Hans dan di samping itu dia akan memberikan sebuah kejutan kepada mereka berdua."Aman bos." jawabnya.Dan Hans pun yang berada di balik telepon dia pun juga merasa sangat siap. " Oh ya nanti kamu suruh orang untuk datang ke restoran tersebut dan tolong abadikan momen tersebut ya, karena nanti akan kita upload di media sosial resmi perusahaan." ucap Hans.Andre pun mengiyakan apa yang diperintah. "Siap bos, aku akan menyuruh beberapa orang untuk segera meluncur ke sana." jawabnya.Dan Hans mematikan panggilan telepon tersebut.Lalu Hans mengatakan po

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 146. Di usir

    Setelah sekian lama Vania negosiasi dengan berbagai akun yang telah memberikan komentar jelek atas karya yang dikeluarkan dari perusahaan Hans akhirnya vania menemukan hasil."Bagus sekarang di antara mereka sudah ada yang masuk perangkap ku, hanya tinggal beberapa saja." ucap Vania kepada Hans, lalu Vania pun mengalihkan pandangannya kepada Andre, "nanti aku akan mengabari kamu, kamu harus menyiapkan sedetail mungkin yang aku butuhkan." lanjut Vania.Andre yang mendengar itu dia pun mengganggukan kepalanya, Laki-laki tersebut menaati apa yang diperintahkan oleh bosnya, "oke siap bu, nanti aku akan urus. Kalau begitu aku keluar dulu ya." ucap Andre.Dan Andre pun keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Vania dan Hans, dia keluar karena ingin mengurusi beberapa pekerjaan yang sudah menunggu dirinya.Hans dan Vania pun langsung melanjutkan pekerjaannya kembali.*****Di sisi lain rumah tangga dari bu Lita dan papa kandung dari Vania sudah tidak bisa diselamatkan lagi, semakin hari

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 145. Jebakan

    Dan Andre yang mendengar itu dia pun langsung menganggukkan badannya, "baik bu." jawabnya kepada Vania.Dan Andre pun langsung keluar dari ruangan tersebut, kini tinggal Hans dan Vania yang berada di ruangan tersebut.Hans yang melihat Andre sudah keluar dia pun langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu dia melangkahkan kakinya menuju pintu, dia sedang mengunci pintu tersebut supaya tidak ada orang yang bisa masuk.Membuat Vania yang tengah duduk melihat itu, dia pun langsung mendengus kesal, "gebrakan apa lagi yang dia lakukan?" tanyanya di dalam hati.Dan Hans pun kini melangkahkan kakinya mendekati Vania yang tengah duduk, lalu dia memeluknya dari belakang, laki-laki tersebut langsung mencium tengkuk leher dari Vania.Membuat Vania yang merasakan itu dia merasa kegelian, "ahhh sayang bisa gak jangan seperti ini." ucapannya kepada Hans.Dan Hans yang mendengar itu dia tak menghentikan kegiatannya justru dia melangsungkan kegiatannya secara lebih mendalam lagi. "Emang kenapa say

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 144. Mencari jalan keluar

    Sheilla yang mendengar itu dia pun terdiam, dia tak berani mengatakan sepatah kata pun.Membuat mamanya langsung beranjak dan mendekatinya, dia menatap anak kandungnya tersebut yang terlihat memiliki Tatapan yang kosong." Sheilla bicara kamu Sheilla, jawab pertanyaan mama, kenapa kamu tidak ngomong?" Tanyanya yang sedikit memaksa kepada Sheila.Sheila pun menatap mamanya dia menatap mamanya dengan pandangan yang sangat sayu.Lalu dia pun membuang pandangannya.Dia membuang pandangannya keluar arah jendela yang berada di dekatnya.Dan saat Sheilla terdiam membuat papa tirinya itu yang tak lain Papa kandung dari Vania menyela."Aku tahu kenapa kamu tidak mengatakan itu kepadaku, kamu takut kan kehadiran Vania membuat kamu tersaingi?" ucapnya yang sedikit bertanya kepada Sheila.Sheilla yang mendengar itu dia pun menundukkan pandangannya, Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Papanya tersebut ada benarnya juga.Berbeda dengan Sheilla yang menerima dengan apa yang dikatakan oleh papa kandun

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 143. Tambah stres

    Dan saat itu juga amarahnya semakin memuncak laki-laki tersebut langsung melempar benda yang berada di sampingnya dan dia pun langsung mendorong meja yang terbuat dari kaca sehingga meja itu terjatuh dan pecah,Sheilla yang melihat itu dia langsung menutup kedua telinganya, dia merasa sedikit ketakutan melihat papanya yang begitu sangat ganas tersebut, ini adalah kali pertamanya dia melihat papanya yang begitu sangat marah terhadap mamanya,Membuat jantungnya berdetak begitu sangat cepat, dan dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dia tak menyangka dengan apa yang pernah dilihatnya saat ini.Dan dia pun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya,"Sudah pa, sudah." teriak mamanya yang berusaha menghentikan amarah dari suaminya,Namun suaminya yang dari tadi berusaha sabar kini sudah tidak bisa dihentikan lagi, Membuat bu Lita langsung beranjak dari duduk ya, dan dia pun berusaha untuk meraih tangan dari suaminya tersebut namun saat dia berusaha meraih suaminya tak sengaja suamin

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 142. Amarah

    Seperti Sheilla sedang mengalami trauma yang sangat begitu berat di dalam hidupnya, dia pun yang tengah duduk di atas tempat tidur dia masih terus menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.Dia pun memejamkan matanya secara erat-erat, dia kembali mengatur nafasnya supaya emosinya bisa terkontrol,Hari ini di rumahnya terasa sangat begitu sepi karena mama dan Papanya saat ini tidak berada di rumah,Seperti biasa mamanya saat ini pergi bersama teman-temannya, mereka semua lagi sedang hangout bersama,Dan seperti biasanya juga Papanya saat ini sedang bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka.Sheilla yang tengah berada di atas tempat tidur dia pun langsung mematikan ponselnya,Dan dia pun meletakkan ponselnya di dalam laci supaya dirinya tak melihat lagi benda tersebut.Saat emosinya sudah mulai bisa terkontrol dia pun merebahkan badannya di atas tempat tidur, lalu dia menyelimuti dirinya sendiri.Tak terasa dia pun memejamkan kedua matanya. Kini dia tengah tertidur dengan pulasnya d

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 141. Emosi tak terkontrol

    Lalu Hans pun meraihnya, dia menatap layar tersebut yang berisi berbagai banyak komentar,Dan Vania yang melihat itu dia pun mendekatkan tubuhnya dia juga ikut melihat komentar yang berada di laman media sosial."Wahh bagaimana sih ini? ini brand sudah lama berdiri, kenapa masih ada aja produk keluarannya yang berkualitas jelek, nyesel aku selalu beli merek tersebut." tulis akun as**liii."Ya ampun bisa-bisa ada produk yang gak bagus beredar, bahaya ini." tulis fgi****i."Brand ini memiliki barang yang harganya mahal, tapi kenapa seperti ini. Mending gak usah produksi lagi." tulis diii***80.Dan masih banyak lagi komentar miring dari berbagai akun.Ya maklum saja brand milik Hans itu adalah brand yang memiliki harga yang lumayan tinggi dimana brand tersebut adalah brand yang paling laris di negara tersebut mengingat target pasarnya menyerang orang menengah ke atas dan kaum kaula muda yang stylis.Hans dan Vania yang tengah duduk mereka pun saling berpandangan satu sama lain, dalam p

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 140. Tidak kaget

    Dan mereka bertiga pun saling menatap bergantian dan mereka menganggukan kepalanya, Dan Vania yang tengah berdiri dia pun menatap Hans, "ya sudah kita kembali lagi, rapat belum kamu tutup." ujarnya.Dan Hans pun membalikkan badannya dan dia ingin kembali lagi ke ruang rapat tersebut namun baru beberapa langkah Andre asistennya memanggil dirinya sehingga langkahnya terhenti."Bos apa kita nanti langsung pulang saja?" tanyanya.Dan Hand pun yang tengah membalikan badan dia pun menganggukan kepalanya, lalu dia pun melanjutkan jalannya kembali.Dia yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam rapat tersebut dan diikuti dengan langkah kaki Vania yang berjalan di belakangnya.Mereka pun melanjutkan beberapa meeting terakhir mereka,Dan setelah selesai Hans pun beranjak dari duduknya dia pun memberikan penutupan salam kepada para peserta meeting hadir.Dia pun berdiri sambil menganggukkan badannya. "Terima kasih sudah datang hari ini, mungkin jika saya menjelaskan tadi ada kata-kata saya yang

  • Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku!   Bab 139. Kendala

    Di sisi lain saat ini Vania sedang berada di kantor yang berada di cabang, dia saat ini mengadakan rapat penting bersama para jajaran yang berada di bawah perusahaan Hans,Di mana rapat saat ini yaitu sebuah laporan tentang daya tingkat penjualan yang diakumulasikan dalam 6 bulan terakhir ini, gimana ini adalah penjualan produk-produk baru mereka yang mereka rilis untuk supaya perusahaan selalu memiliki performa yang bagus dalam dunia fashion, dimana fashion selalu berubah-ubah seiring waktu.Dan rapat ini juga diadakan dengan beberapa pembacaan agenda yang akan dilakukan untuk tahun depan dimana ada beberapa persyaratan dan aturan terbaru yang akan dikeluarkan perusahaan tersebut kepada para mitranya.Di ruangan yang memiliki luas lumayan besar dan di tengah-tengah ruangan tersebut ada meja yang berukuran persegi panjang dan dikelilingi banyak kursi dan di ruangan tersebut ada sebuah layar yang besar sebagai media untuk mempermudah dalam berkomunikasi dan menjelaskan di hadapan bany

DMCA.com Protection Status