Keesokan harinya.
Wanita dua anak tersebut harus langsung bekerja.Dia memakai sebuah setelan jas berwarna hitam dengan dalaman memakai kemeja berwarna putih, dengan bawahan rok selutut."Anak-anak kalian di rumah ya, mama harus bekerja. Jika kalian ingin makan ambil sendiri, mama sudah siapin di dapur." teriak Vania yang sedang memasang sepatu yang hendak pergi bekerja.Vero dan Vino lekas keluar dari kamar mereka, untuk melepas kepergian mama mereka pergi bekerja."Ma nanti pulang jam berapa?" tanya Vino yang merasa sedikit susah di tinggal Vania.Maklumlah ini adalah hari pertama mereka di tinggal bekerja karena selama di luar negeri Vania selalu kerja di rumah.Vania pun menatap kedua anaknya."Kalian gak usah khawatir, jika nanti mama pulang, mama akan langsung pulang." ujar ibu dua anak itu.Vero pun memeluk Vania, "Ya sudah mama berangkat kerja, mama gak usah khawatir aku akan menjaga Vino kok ma." sahut Vero sang anak pertama Vania.Mereka adalah anak yang selalu berpikir dewasa, dan setiap katanya selalu sedikit membuat rasa tenang di hati Vania.Vania pun mengelus kepala dua anaknya tersebut,"Seminggu lagi kalian akan sekolah di tempat baru, jadi gak usah sedih ya. Sebentar lagi kalian akan punya temen banyak." seru Vania sambil menatap kedua anaknya dengan sedikit menghibur kesedihannya.Vania pun akhirnya dengan berat hati berangkat bekerja meninggalkan kedua buah hatinya, dia pun mencium kedua pipi anaknya, "Mama berangkat dulu ya." serunya sambil melangkahkan kakinya keluar dari pintu keluar apartemen mereka. "Kalian baik-baik ya di rumah." lanjut Vania.Sebenarnya Vania tak rela meninggalkan anaknya di rumah namun bagaimana lagi, mau tidak mau dia harus bekerja."Ini semua demi kalian." gumam ibu dua anak tersebut yang menatap ke duan anaknya yang tengah berdiri melepas kepergiannya.Dengan langkah berat Vania pun keluar dari apartemennya, dia berjalan melewati lorong."Aku harus beli kamera cctv untuk mengawasi mereka supaya hati ku tenang." gumamnya dalam hati yang merasa gelisah harus berjauhan dengan anaknya. Di sisi lain Andre sang asisten dari Hans masuk ke dalam ruang kerja Hans."Pagi bos, ada berita bagus bos dari HRD." seru Andre sambil melangkahkan kakinya mendekati Hans yang sedang duduk di kursi meja kerjanya.Hans yang nampak serius dia pun mengalihkan pandangannya menuju Andre. "Kamu membawa berita apa untuk ku?" tanya Hans sambil melepaskan kacamatanya."Ettsss santai dong bos." sahut Andre yang sedikit bercanda.Namun Hans yang tengah duduk di depannya membalasnya dengan tatapan tajam yang menusuk jantungnya."Emmm jangan gitu dong bos, eemm ada kabar dari HRD bahwa ada seorang wanita yang akan masuk kerja sebagai desainer di bawah naungan kita, karyanya sangat bagus, dia memiliki tingkat ketelitian dan keindahan yang sangat tinggi," ujar Andre yang nampak serius dan dia pun menyila kedua tangannya di atas meja kerja Hans. "Dan menurut HRD juga karyanya memiliki ciri khas seperti desainer VA loh bos." lanjut Andre.Hans yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya, dia menyipitkan pandangannya sambil terus berpikir.Hans takut jika desainer yang akan masuk perusahannya adalah seorang penjiplak, dia takut jika repurtasi perusahannya jadi turun gara-gara masalah itu.Dan Andre pun beranjak dari duduknya, di bersiap untuk segera keluar dari ruangan sang bos."Oh iya bos itu saja berita yang aku bawa aku pergi dulu ya, jangan lupa nanti meeting dengan petinggi, jangan lupa jam 10 nanti. Aku mau keluar dulu." ujar Andre lalu pergi meninggalkan Hans.Hans seorang laki-laki matang, dia memiliki kekayaan yang tak punah selama tujuh turunan, dia juga adalah laki-laki yang masih lajang sehingga banyak kaum wanita yang berusaha mencari perhatian Hans, namun sayangnya Hans tak pernah sedikit pun tertarik.Sehingga banyak rumor di luar sana yang menyatakan jika Hans adalah penyuka sesama jenis, namun itu juga tak mematahkan banyak kaum wanita di luar sana yang terus saja mengejar dirinya.Padahal dalam hidup Hans dia hanya fokus terhadap kerjannya tak ada sedikit pun terpikir olehnya untuk menikah.Saatnya dia harus bersiap-siap untuk meeting, Hans pun menutup laptopnya dan dia pun beranjak dari duduknya dan menjinjing laptopnya dengan tangan kanannya,Dia pun bersiap pergi ke ruang meeting untuk melihat pergerakan penjualan dan juga informasi perilisan trend fasion saat ini di luar.Saat sampai ruangan meeting belum banyak orang yang datang, Hans lebih dulu mengambil posisi duduk, dia pun duduk dengan tenang sambil melanjutkan perkerjaannya yang tertunda.Di sisi lain Vania yang sebagai karyawan baru sedang menyesuaikan lingkungan kerjannya,Banyak karyawan yang terlihat mengacuhkan dirinya, namun Vania tak peduli, baginya yang penting dia bekerja.Yang jelas kurang lebih mereka seperti menyepelehkan Vania."Hay karyawan baru, tolong kamu antar berkas ini ke ruang meeting." seru seorang laki-laki yang berusia sekitar 40 tahun yang menyuruh seenaknya Vania yang sedang bekerja di kursinya.Vania pun menghelakan nafas panjangnya,Dan dia pun beranjak dari duduknya, "Lihat saja nanti kalian." gumamnya dalam hati kesal.Si Vania adalah wanita yang selalu mengingat setiap perlakuan orang kepada dirinya, dia bisa lebih jahat kepada orang yang jahat kepada dirinya, dan dia juga bisa lebih baik kepada orang yang baik kepada dirinya.Sebelum masuk ke ruang meeting Vania masuk dulu ke kamar mandi untuk melihat penampilannya.Dia wanita yang sangat menawan, senyumnya sangat dingin namun sangat menarik.Dan kini dia pun telah bersiap untuk mengantar sebuah dokumen.Dia berjalan dengan menegakan badannya sebagai bentuk pedenya,Dan memantapkan jiwanya karena sebentar lagi bertemu dengan para petinggi, Vania ingin memberi kesan pertama yang baik.Langkah kakinya pun masuk ke dalam ruangan,Saat Vania masuk dia pun menganggukan badannya."Selamat pagi, maaf mengganggu saya mengantar dokumen." sapa Vania di ruang tersebut.Dan Vania pun menatap satu persatu para petinggi yang berada di ruangan tersebut.Dan matanya tiba-tiba menangkap sesosok laki-laki berkacamata yang sedang duduk sambil menatap dirinya.Dan Vania pun membulatkan matanya, dia pun menelan ludahnya. "Aduh mati, kenapa ketemu lagi." gumam dalam hatinya sambil matanya terus menatap Hans,Begitu pula Hans. Dia terus menatap Vania.Tatapan mereka saling bertemu dan sangat intens.Dan Vania pun langsung menyodorkan dokumen tersebut di atas meja depan Hans.Lalu langsung pergi dari ruang tersebut.Dan saat keluar dari ruang meeting,Detak jantung Vania berdetang dengan keras, dia pun mengusap wajahnya dengan kasar. "Oh tidak, apes sekali hidup ku." ujar lirih Vania.Dan wanita cantik itu yang jantungnya berdebar, dia pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruangannya,Dia kembali bekerja dengan perasaan yang tak menentu.Ini adalah hari pertamanya bekerja namun sayang dia bertemu kembali pria yang di temuinya di bandara.Dia yang tak lain pria yang merenggut kesuciannya.Dan Vania pun kembali ke meja kerjanya, dia pun melanjutkan kerjanya yang tertunda.Dia pun memulai menggambar desain sebuah kalung, Vania yang memiliki desain ciri khasnya yang simpel sederhana namun terlihat sangat indah yang jelas dalam rancangannya semua harus memiliki nilai seni."Hemm enaknya ini harus di bagaimana ya? Kenapa aku tak bisa konsentrasi?" tanyanya sendirisambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.Rasanya otaknya seketika tidak bisa berfikir.Dan dia pun mendengus kesal pada dirinya, "Aghhh kenapa aku kurang fokus sih?" lanjutnya sambil menghembuskan nafas panjangnya untuk menetralkan pikirannya.Dan Vania pun beranjak dari duduknya dan dia membuat
Dan laki-laki yang memiliki tinggi 183 cm itu membacanya dengan detail tanap melewatkan satu kata pun.Bola matanya mengikuti setiap kata demi kata yang di bacanya,Dan Hans menelan ludahnya membaca sebuah tulisan riwayat sekolah Vania."Ini adalah sebuah wilayah dimana malam itu terjadi." gumamnya dalam hati..Dan jantungnya pun semakin berdegup dengan kencang.Dan Hans beranjak dari duduknya.Dan dia mengalihkan pandangannya menuju langit yang membiru, untuk menetralkan gemuruh yang ada di dadanya."Sudah ada dua bukti yang mengerucut mengarah ke arah wanita yang bernama Vania Seisilia itu." lanjutnya dalam hati dengan perasaan entah senang atau justru canggung.Keesokan harinya.Di poisisi C3 lagi sedang ramai dengan sebuah rancangan Vita yang sangat fenomenal.Semua para desainer mengerubungi hasil karya Vita.Tak terkecuali Vania, dia sangat kagum dengan desain dari Vita, namun setelah tangannya menyentuh bahan kain yang di gunakan dalam karya Vita membuat Vania mengerutkan alisn
Saat Hans selesai menelepon entah mengapa rasa di dalam dadanya berdegub dengan kencang,Dan dia pun memgang dadanya dengan kedua tangannya."Kenapa jantung ku berdetak tak karuan." Dan dia pun menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali.Itu di lakukannya untuk menetralkan senam jantungnya yang lumayan cepat.Tok too tok..Suara orang yang mengetuk pintu."Masuk." seru Hans dari dalam rungannya.Dan ternyata yang masuk adalah Vania."Selamat siang bapak, ada apa bapak memanggil saya?" tanya Vania sambil berdiri di depan Hans.Hans pun yang tengah duduk dia pun menatap dari bawah tubuh Vania.Dia menatap kaki Vania lalu tatapan itu menjalar sampai atas."Apa kamu yang bernama Vania?" tanya Hans.Dan Vania pun menganggukan kepalanya.Dan Hans pun mempersilahkan duduk."Aku ingin mengetahui siapa kamu?" lanjut Hans.Dan Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, "Mati aku, apa jangan-jangan dia sudah mengetahui siapa aku?" ujarnya dalam hati.Dan Vania berpura-pura
Keesokan harinya."Vero Vino mama berangkat dulu ya kalian kalau mau makan kalian bisa ambil di dapur mama sudah siapin semuanya di dapur," teriak Vania yang sedang memasang sepatunya dan akan bersiap berangkat pergi bekerja.Vero dan Vino pun melangkahkan kakinya mendekati Vania, untuk melepas kepergian mama untuk berangkat bekerja."Kita kapan masuk sekolah ma?" tanya Vero."Iya nih ma aku sudah bosen di rumah." sahut Vino.Vania menjelaskan kepada dua anaknya dengan nada yang amat luar biasa lembut dan mudah di pahami oleh kedua anaknya."Nanti mama ke sekolah kalian dulu, mama mau membayar perlengkapan yang belum mama bayar dan besok kalian bisa sekolah." ujar Vania yang menjelaskan kepada anaknya.Mereka pun berpelukan bersama, Vania pun pamit kepada kedua anaknya untuk bekerja. "Ya udah ini sudah siang, mama berangkat dulu ya anak-anak, jika ada apa-apa kalian bisa telepon mama." lanjutkan sambil membuka pintu apartemennya untuk keluar.Vania melambaikan kedua tangannya,"D
Hans pun menelan ludahnya, dan dia pun menatap lekat-lekat dua anak yang berada di depannya.Dua anak yang tampan dengan wajah yang putih sediki kemerahan.Dan Hans mengangguk-nganggukan kepalanya sendiri mendengar cerita mereka."Iya sudah kalian makan dulu ya, kalau sudah selesai nanti kalian paman antar pulang." seru Hans.Dan kedua anak kembar yang berada di depannya makan begitu lahabnya, membuat hati Hans sangat teriris-iris."Paman gak udah antar kita pulang, kita bisa pulang sendiri nanti." iawab Vero sambil makan.Ya bagaimana tidak sakit hatinya Hans mengingat dirinya selama hidup tak pernah kekurangan makanan bahkan selalu makan-makan yang sehat dan tentunya gizinya selalu terpenuhi.Lalu melihat kedua anak di depannya yang makan seperti orang yang tak pernah makan."Paman kenapa tidak di makan?" sahut Vino.Hans yang sedang melamum dan berperang dengan pikirannya membuat dia terkejut, "Oh iya, paman akan makan." jawab Hans sambil menyendokan makanan dan memasukan kedalam
Di dalam kamar Vania yang sedang berdiri sambil menyilakan tangannya di dada, dia terus saja marah-marah kepada Vero.Vannia menumpahkan rasa kesalnya kepada Vero, karena sudah lancang membawa seseorang yang baru di kenalnya."Sudahlah ma, ayo kita keluar kasihan ada tamu," ujar Vero yang merasa sedikit malu kepada Hans yang mengetahui tingkah mamanya yang sedang tantrum."Ya sudah aku minta maaf ma, kami salah. Sekarang mama keluar tolong temui orang yang menolong kita. Please ma harga tamu kita." lanjut Vero dengan sedikit memelas dengan sedikit memohon serta mengalah bahkan meminta maaf.Vero berusaha memberanikan dirinya menghadapi tingkah mamanya yang gampang berubah-ubah moodnya mengalahkan kecepatannya perkiraan cuaca yang selalu berubah-ubah di tiap jamnya bahkan menitnya.Membuat Vero kembali memohon dan terus memohon bahkan bersujud.Vania yang sedang kesal kepada kedua anaknya dia pun terdiam,Dia pun mendengus kesal."Iyalah, iyalah." gerutu Vania.Dan dengan terpaksa ib
Dengan berat hati Vania pun melangkahakn kakinya untuk masuk ke dalam mobil.Sebenarnya sih, Vania tak ingin dan yak mau mengambil kesempatan untuk berusaha dekat dengan pemilik perusahan tempat dimana dirinya bekerja.Bisa saja Vania mengatakan yang sejujurnya kepada Hans tapi Vania tak mau.Karena Vania takut jika ke dua anaknya dia ambil oleh Hans.Vania masuk tanpa mengatakan apapun, dia hanya terdiam sambil matanya terus menatap keluar jendela melihat lalu lalang kendaraan di bawah terik sang matahari.Wajahnya yang cantik terlihat begitu sangat muram."Kamu mau ke mana?" tanya Hans sambil menancapkan gasnya yang membuyarkan lamunan Vania.Vania yang duduk di samping Hans dia mengalihkan pandangannya,"Ke sekolah sebrang jalan." serunya.Sebenarnya jarak sekolah dan kantornya tidaklah jauh, namun di antara gedung tersebut terpisah jalan besar jadi jika harus ke sekolah anaknya Vania harus memutar terlebih dahulu karen tak ada jembatan penyebrangan.Vania terdiam.Di dalam mobil h
Hans pun hanya terdiam dia hanya melirikan matanya saja.Mobilnya mengarahkan ke sebuah tempat makan yang terletak di pinggir kota.Tempat makan itu berada di pinggir sungai besar yang memiliki karakteristik seperti danau."Ayo turun semua." seru Hans membukakan pintu mobil untuk Vino dan Vero.Dan kedua anak tersebut yang masih pakai baju sekolah merasa sangat bahagia karena baru kali ini mereka berdua makan di luar."Wahhh bagusnya." teriak Vero yang sangat kagum melihat keindahan tempat makan di pinggir sungai dengan angin yang menerpa wajahnya secara semilir-milir lembut.Hans pun yang berdiri sambil bersender di mobilnya sambil menyilakan tangan di dadanya, dia tersenyum."Mereka sangat persis wajahnya seperti wajahku ketika aku kecil. Apa mungkin mereka adalah darah ku?" gumam Hans dalam hati.Entah mengapa Hans merasa jika firasatnya sangat kuat jika mereka adalah anak-anaknya.Mungkin itu firasat seorang bapak kepada anaknya.Lalu Hans mengalihkan pandangannya ke Vania yang ma