Home / CEO / Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku! / Bab 5. Sangat terkejut

Share

Bab 5. Sangat terkejut

Keesokan harinya.

Wanita dua anak tersebut harus langsung bekerja.

Dia memakai sebuah setelan jas berwarna hitam dengan dalaman memakai kemeja berwarna putih, dengan bawahan rok selutut.

"Anak-anak kalian di rumah ya, mama harus bekerja. Jika kalian ingin makan ambil sendiri, mama sudah siapin di dapur." teriak Vania yang sedang memasang sepatu yang hendak pergi bekerja.

Vero dan Vino lekas keluar dari kamar mereka, untuk melepas kepergian mama mereka pergi bekerja.

"Ma nanti pulang jam berapa?" tanya Vino yang merasa sedikit susah di tinggal Vania.

Maklumlah ini adalah hari pertama mereka di tinggal bekerja karena selama di luar negeri Vania selalu kerja di rumah.

Vania pun menatap kedua anaknya.

"Kalian gak usah khawatir, jika nanti mama pulang, mama akan langsung pulang." ujar ibu dua anak itu.

Vero pun memeluk Vania, "Ya sudah mama berangkat kerja, mama gak usah khawatir aku akan menjaga Vino kok ma." sahut Vero sang anak pertama Vania.

Mereka adalah anak yang selalu berpikir dewasa, dan setiap katanya selalu sedikit membuat rasa tenang di hati Vania.

Vania pun mengelus kepala dua anaknya tersebut,

"Seminggu lagi kalian akan sekolah di tempat baru, jadi gak usah sedih ya. Sebentar lagi kalian akan punya temen banyak." seru Vania sambil menatap kedua anaknya dengan sedikit menghibur kesedihannya.

Vania pun akhirnya dengan berat hati berangkat bekerja meninggalkan kedua buah hatinya, dia pun mencium kedua pipi anaknya, "Mama berangkat dulu ya." serunya sambil melangkahkan kakinya keluar dari pintu keluar apartemen mereka. "Kalian baik-baik ya di rumah." lanjut Vania.

Sebenarnya Vania tak rela meninggalkan anaknya di rumah namun bagaimana lagi, mau tidak mau dia harus bekerja.

"Ini semua demi kalian." gumam ibu dua anak tersebut yang menatap ke duan anaknya yang tengah berdiri melepas kepergiannya.

Dengan langkah berat Vania pun keluar dari apartemennya, dia berjalan melewati lorong.

"Aku harus beli kamera cctv untuk mengawasi mereka supaya hati ku tenang." gumamnya dalam hati yang merasa gelisah harus berjauhan dengan anaknya.

Di sisi lain Andre sang asisten dari Hans masuk ke dalam ruang kerja Hans.

"Pagi bos, ada berita bagus bos dari HRD." seru Andre sambil melangkahkan kakinya mendekati Hans yang sedang duduk di kursi meja kerjanya.

Hans yang nampak serius dia pun mengalihkan pandangannya menuju Andre. "Kamu membawa berita apa untuk ku?" tanya Hans sambil melepaskan kacamatanya.

"Ettsss santai dong bos." sahut Andre yang sedikit bercanda.

Namun Hans yang tengah duduk di depannya membalasnya dengan tatapan tajam yang menusuk jantungnya.

"Emmm jangan gitu dong bos, eemm ada kabar dari HRD bahwa ada seorang wanita yang akan masuk kerja sebagai desainer di bawah naungan kita, karyanya sangat bagus, dia memiliki tingkat ketelitian dan keindahan yang sangat tinggi," ujar Andre yang nampak serius dan dia pun menyila kedua tangannya di atas meja kerja Hans. "Dan menurut HRD juga karyanya memiliki ciri khas seperti desainer VA loh bos." lanjut Andre.

Hans yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya, dia menyipitkan pandangannya sambil terus berpikir.

Hans takut jika desainer yang akan masuk perusahannya adalah seorang penjiplak, dia takut jika repurtasi perusahannya jadi turun gara-gara masalah itu.

Dan Andre pun beranjak dari duduknya, di bersiap untuk segera keluar dari ruangan sang bos.

"Oh iya bos itu saja berita yang aku bawa aku pergi dulu ya, jangan lupa nanti meeting dengan petinggi, jangan lupa jam 10 nanti. Aku mau keluar dulu." ujar Andre lalu pergi meninggalkan Hans.

Hans seorang laki-laki matang, dia memiliki kekayaan yang tak punah selama tujuh turunan, dia juga adalah laki-laki yang masih lajang sehingga banyak kaum wanita yang berusaha mencari perhatian Hans, namun sayangnya Hans tak pernah sedikit pun tertarik.

Sehingga banyak rumor di luar sana yang menyatakan jika Hans adalah penyuka sesama jenis, namun itu juga tak mematahkan banyak kaum wanita di luar sana yang terus saja mengejar dirinya.

Padahal dalam hidup Hans dia hanya fokus terhadap kerjannya tak ada sedikit pun terpikir olehnya untuk menikah.

Saatnya dia harus bersiap-siap untuk meeting, Hans pun menutup laptopnya dan dia pun beranjak dari duduknya dan menjinjing laptopnya dengan tangan kanannya,

Dia pun bersiap pergi ke ruang meeting untuk melihat pergerakan penjualan dan juga informasi perilisan trend fasion saat ini di luar.

Saat sampai ruangan meeting belum banyak orang yang datang, Hans lebih dulu mengambil posisi duduk, dia pun duduk dengan tenang sambil melanjutkan perkerjaannya yang tertunda.

Di sisi lain Vania yang sebagai karyawan baru sedang menyesuaikan lingkungan kerjannya,

Banyak karyawan yang terlihat mengacuhkan dirinya, namun Vania tak peduli, baginya yang penting dia bekerja.

Yang jelas kurang lebih mereka seperti menyepelehkan Vania.

"Hay karyawan baru, tolong kamu antar berkas ini ke ruang meeting." seru seorang laki-laki yang berusia sekitar 40 tahun yang menyuruh seenaknya Vania yang sedang bekerja di kursinya.

Vania pun menghelakan nafas panjangnya,

Dan dia pun beranjak dari duduknya, "Lihat saja nanti kalian." gumamnya dalam hati kesal.

Si Vania adalah wanita yang selalu mengingat setiap perlakuan orang kepada dirinya, dia bisa lebih jahat kepada orang yang jahat kepada dirinya, dan dia juga bisa lebih baik kepada orang yang baik kepada dirinya.

Sebelum masuk ke ruang meeting Vania masuk dulu ke kamar mandi untuk melihat penampilannya.

Dia wanita yang sangat menawan, senyumnya sangat dingin namun sangat menarik.

Dan kini dia pun telah bersiap untuk mengantar sebuah dokumen.

Dia berjalan dengan menegakan badannya sebagai bentuk pedenya,

Dan memantapkan jiwanya karena sebentar lagi bertemu dengan para petinggi, Vania ingin memberi kesan pertama yang baik.

Langkah kakinya pun masuk ke dalam ruangan,

Saat Vania masuk dia pun menganggukan badannya.

"Selamat pagi, maaf mengganggu saya mengantar dokumen." sapa Vania di ruang tersebut.

Dan Vania pun menatap satu persatu para petinggi yang berada di ruangan tersebut.

Dan matanya tiba-tiba menangkap sesosok laki-laki berkacamata yang sedang duduk sambil menatap dirinya.

Dan Vania pun membulatkan matanya, dia pun menelan ludahnya. "Aduh mati, kenapa ketemu lagi." gumam dalam hatinya sambil matanya terus menatap Hans,

Begitu pula Hans. Dia terus menatap Vania.

Tatapan mereka saling bertemu dan sangat intens.

Dan Vania pun langsung menyodorkan dokumen tersebut di atas meja depan Hans.

Lalu langsung pergi dari ruang tersebut.

Dan saat keluar dari ruang meeting,

Detak jantung Vania berdetang dengan keras, dia pun mengusap wajahnya dengan kasar. "Oh tidak, apes sekali hidup ku." ujar lirih Vania.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status