Dan laki-laki yang memiliki tinggi 183 cm itu membacanya dengan detail tanap melewatkan satu kata pun.
Bola matanya mengikuti setiap kata demi kata yang di bacanya,Dan Hans menelan ludahnya membaca sebuah tulisan riwayat sekolah Vania."Ini adalah sebuah wilayah dimana malam itu terjadi." gumamnya dalam hati..Dan jantungnya pun semakin berdegup dengan kencang.Dan Hans beranjak dari duduknya.Dan dia mengalihkan pandangannya menuju langit yang membiru, untuk menetralkan gemuruh yang ada di dadanya."Sudah ada dua bukti yang mengerucut mengarah ke arah wanita yang bernama Vania Seisilia itu." lanjutnya dalam hati dengan perasaan entah senang atau justru canggung.Keesokan harinya.Di poisisi C3 lagi sedang ramai dengan sebuah rancangan Vita yang sangat fenomenal.Semua para desainer mengerubungi hasil karya Vita.Tak terkecuali Vania, dia sangat kagum dengan desain dari Vita, namun setelah tangannya menyentuh bahan kain yang di gunakan dalam karya Vita membuat Vania mengerutkan alisnya. "Sayang sekali." gumamnya dalam hati.Hari ini Vita akan mengajukan karyanya ke pihak petinggi perusahan untuk di lirisnya.Jam menunjukan pukul 9 pagi.Para desainer berkumpul tak lupa para petinggi juga ikut berkumpul tak terkecuali Hans, dia ikut langsung untuk melihat hasil karya para desiner yang di bawah naungannya.Mereka berkumpul dalam sebuah ruangan aula perusahan untuk melihat karya Vita.Semua duduk rapi dan melihat sebuah desain baju tidur yang tak lain adalah sebuah baju lingerin.Mereka yang melihat desian Vita merasa jika karya Vita adalah sebuah trobosan dalam perkembangan fashion di masa depan.Acara pun di mulai dan para petinggi berdiskusi apakah karya Vita bisa di rilis bulan ini, mereka akan memberi keputusan hari ini juga.Dan saat mereka diskusi Vania yang tengah duduk dia pun beranjak, dia mengangkat tangan kanannya."Maaf semuanya, saya mau memberi masukan untuk karya yang ada di depan." serunya.Seisi ruangan semua langsung mengalihkan pandangannya kepada Vania, dan mereka kompak melihat Vania.Banyak di antara mereka bertanya satu sama lain, "Itu siapa ya? Aku kok gak pernah lihat ya?" ujar mereka kepada rekannya yang berada di sisinya..Dan pembawa acara yang berada di depan menyuruh Vania untuk maju ke depan. "Silahkan ibu, jika ingin memberi masukan." ujarnya mempersilahkan.Dan Vania pun melangkahkan kakinya untuk maju ke depan, dia berjalan dengan langkah tegapnya.Wajah cantiknya membius semua orang yang melihatnya, namun sayang tak ada raut wajah senyum di bibirnya.Yang ada hanya tatapan mata yang tajam yang menatap lurus tanpa memperdulikan orang di sekitarnya.Dan Vania naik ke panggung dan berdiri di sisi karya Vita."Menurut saya desainya sangatlah bagus, namun dalam karyanya ada beberapa hal yang harus di evaluasi, bahannya menurut saya kurang cocok." ujar Vania.Mendengar apa yang di katakan Vania membuat Vita mendengus kesal, dia pun memutar bola matanya. "Sialan karyawan baru ini, masih baru masuk tapi sudah sok tahu." gerutunya dalam hati.Dan Vita pun menyipitkan matanya.Sedangkan Vania pun menatap kembali karya Vita lebih seksama. "Itu adalah masukan saya, jika kalian tak berkenan tak masalah jika masukan saya tak di gunakan." seru Vania kembali.Lalu dia pun turun dari panggung, dan tatapan matanya tak sengaja saling bertemu dengan tatapan Hans yang tengah duduk di kursi paling depan.Dan Vania pun langsung mengalihkan pandangannya, dan dia pun melangkahkan kakinya untuk duduk kembali ke kursinyaDan di atas panggung Vita pun langsung membela karyanya yang di cacat oleh Vania.Vita sepertinya menahan amarah yang besar pada Vania, dadanya kembang kempis tak karuan namun dia harus menahan itu."Maaf untuk ibu karyawan baru di sana yang sudah memberi masukan pada karya saya, di sini saya menjelaskan jika karya saya adalah sebuah trobosan dalam dunia fashion. Dan bahannya juga halus ini sungguh cocok dengan karya saya." ujarnya yang menjelaskan di hadapan semua orang seisi ruangan.Dan pembawa acara pun menyuruh para petinggi untuk diskusi lebih lanjut tentang karya yang di buat oleh Vita."Saya persilahkan untuk para petinggi diskusi terlebih dahulu, mengangat karya baru ibu Vita ada yang menyanggah." seru sang pembawa acara.Dan mereka pun berdiakusi, dan setelah sekian lama para petinggi berdiskusi, mereka menimbang-nimbang karya Vita untuk di produksi secara masal di pabrik mereka."Menurut saya karya ibu Vita itu cukup bagus di pasaran." ujar salah satu petinggi perusahan tersebut.Dan mereka yang berrembuk saling melempar opini mereka. "Tapi tadi ada karyawan baru yang berani memberi komentar atas karya ibu Vita. Apa itu tidak masuk dalam pertimbangan kita?" sanggah salah satu petinggi lainnya.Dan mereka pun saling menatap satu sama lain. Lalu mereka mengalihkan pandangan mereka ke karya Vita yang di pamerkan di atas panggung."Sudahlah kita kan sudah mengetahui kapasitas dari ibu Vita, kita harus akui itu, sedangkan wanita yang memberi masukan tadi adalah wanita yang baru masuk ke sini." ujar lainnya.Dan para petinggi pun mengikuti votting apakah karya Vita bisa rilis bulan ini atau tidak.Setelah sekian lama akhirnya pembawa acara dalam rangka praperilisan akhirnya mengumumkan."Hadirin yang berbahagia... dari sekian lama acara berlangsung, ini adalah saatnya yang di tunggu-tunggi, para petinggi sudah memiliki keputusan, dan keputusannya adalah jika bulan ini karya ibu Vita bisa rilis." ujar pembawa acara tersebut di atas panggung yang membawa acara dengan kebahagian dan senyum merekah.Tepuk riuh pun terdengar bergemuruh di seisi ruangan menyambut kebahagian Vita yang bisa merilis karyanya yang ke 8."Karya akan di produksi masal, mulai dua hari yang akan datang." tambah sang pembawa acara.Dan acara pun di tutup, para yang hadir pergi satu persatu meninggalkan ruangan.Begitu pula dengan Hans, Mata Hans menatap setiap arah seperti tatapan mata elang untuk mencari keberadaan Vania.Namun sayang keberadaannya tak di dapatkannya dan dia pun langsung keluar dari aula,Dan Hans pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruang kerjanya.Dan dia pun sesampai ruang kerjanya langsung duduk di sofa, dia melepaskan jas yang melekat di tubuhnya."Tatapan matanya sangat tajam, ucapannya sangat lugas. Apa mungkin dia? Dulu aku ingat betul jika dia adalah perempuan yang ramah, dan gaya perilakunya sangat lembut." ujar Hans yang pikirannya terus berperang sendiri memikikirkan sesosok Vania."Tapi jika dilihat bukti semakin mengerucut ke dia, dari tanda lahir di lehernya dan dari asal sekolahnya juga." lanjut Hans yang terus menimbang-nimbang apa yang tengah terjadi.Dan Hans pun meraih telepon yang terletak di atas meja tepatnya di samping sofa."Hallo, tolong kamu suruh datang karyawan baru atas nama Vania ke ruangan saya sekarang." ujar Hans dan dia pun langsung menutup panggilan teleponnya.Saat Hans selesai menelepon entah mengapa rasa di dalam dadanya berdegub dengan kencang,Dan dia pun memgang dadanya dengan kedua tangannya."Kenapa jantung ku berdetak tak karuan." Dan dia pun menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali.Itu di lakukannya untuk menetralkan senam jantungnya yang lumayan cepat.Tok too tok..Suara orang yang mengetuk pintu."Masuk." seru Hans dari dalam rungannya.Dan ternyata yang masuk adalah Vania."Selamat siang bapak, ada apa bapak memanggil saya?" tanya Vania sambil berdiri di depan Hans.Hans pun yang tengah duduk dia pun menatap dari bawah tubuh Vania.Dia menatap kaki Vania lalu tatapan itu menjalar sampai atas."Apa kamu yang bernama Vania?" tanya Hans.Dan Vania pun menganggukan kepalanya.Dan Hans pun mempersilahkan duduk."Aku ingin mengetahui siapa kamu?" lanjut Hans.Dan Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, "Mati aku, apa jangan-jangan dia sudah mengetahui siapa aku?" ujarnya dalam hati.Dan Vania berpura-pura
Keesokan harinya."Vero Vino mama berangkat dulu ya kalian kalau mau makan kalian bisa ambil di dapur mama sudah siapin semuanya di dapur," teriak Vania yang sedang memasang sepatunya dan akan bersiap berangkat pergi bekerja.Vero dan Vino pun melangkahkan kakinya mendekati Vania, untuk melepas kepergian mama untuk berangkat bekerja."Kita kapan masuk sekolah ma?" tanya Vero."Iya nih ma aku sudah bosen di rumah." sahut Vino.Vania menjelaskan kepada dua anaknya dengan nada yang amat luar biasa lembut dan mudah di pahami oleh kedua anaknya."Nanti mama ke sekolah kalian dulu, mama mau membayar perlengkapan yang belum mama bayar dan besok kalian bisa sekolah." ujar Vania yang menjelaskan kepada anaknya.Mereka pun berpelukan bersama, Vania pun pamit kepada kedua anaknya untuk bekerja. "Ya udah ini sudah siang, mama berangkat dulu ya anak-anak, jika ada apa-apa kalian bisa telepon mama." lanjutkan sambil membuka pintu apartemennya untuk keluar.Vania melambaikan kedua tangannya,"D
Hans pun menelan ludahnya, dan dia pun menatap lekat-lekat dua anak yang berada di depannya.Dua anak yang tampan dengan wajah yang putih sediki kemerahan.Dan Hans mengangguk-nganggukan kepalanya sendiri mendengar cerita mereka."Iya sudah kalian makan dulu ya, kalau sudah selesai nanti kalian paman antar pulang." seru Hans.Dan kedua anak kembar yang berada di depannya makan begitu lahabnya, membuat hati Hans sangat teriris-iris."Paman gak udah antar kita pulang, kita bisa pulang sendiri nanti." iawab Vero sambil makan.Ya bagaimana tidak sakit hatinya Hans mengingat dirinya selama hidup tak pernah kekurangan makanan bahkan selalu makan-makan yang sehat dan tentunya gizinya selalu terpenuhi.Lalu melihat kedua anak di depannya yang makan seperti orang yang tak pernah makan."Paman kenapa tidak di makan?" sahut Vino.Hans yang sedang melamum dan berperang dengan pikirannya membuat dia terkejut, "Oh iya, paman akan makan." jawab Hans sambil menyendokan makanan dan memasukan kedalam
Di dalam kamar Vania yang sedang berdiri sambil menyilakan tangannya di dada, dia terus saja marah-marah kepada Vero.Vannia menumpahkan rasa kesalnya kepada Vero, karena sudah lancang membawa seseorang yang baru di kenalnya."Sudahlah ma, ayo kita keluar kasihan ada tamu," ujar Vero yang merasa sedikit malu kepada Hans yang mengetahui tingkah mamanya yang sedang tantrum."Ya sudah aku minta maaf ma, kami salah. Sekarang mama keluar tolong temui orang yang menolong kita. Please ma harga tamu kita." lanjut Vero dengan sedikit memelas dengan sedikit memohon serta mengalah bahkan meminta maaf.Vero berusaha memberanikan dirinya menghadapi tingkah mamanya yang gampang berubah-ubah moodnya mengalahkan kecepatannya perkiraan cuaca yang selalu berubah-ubah di tiap jamnya bahkan menitnya.Membuat Vero kembali memohon dan terus memohon bahkan bersujud.Vania yang sedang kesal kepada kedua anaknya dia pun terdiam,Dia pun mendengus kesal."Iyalah, iyalah." gerutu Vania.Dan dengan terpaksa ib
Dengan berat hati Vania pun melangkahakn kakinya untuk masuk ke dalam mobil.Sebenarnya sih, Vania tak ingin dan yak mau mengambil kesempatan untuk berusaha dekat dengan pemilik perusahan tempat dimana dirinya bekerja.Bisa saja Vania mengatakan yang sejujurnya kepada Hans tapi Vania tak mau.Karena Vania takut jika ke dua anaknya dia ambil oleh Hans.Vania masuk tanpa mengatakan apapun, dia hanya terdiam sambil matanya terus menatap keluar jendela melihat lalu lalang kendaraan di bawah terik sang matahari.Wajahnya yang cantik terlihat begitu sangat muram."Kamu mau ke mana?" tanya Hans sambil menancapkan gasnya yang membuyarkan lamunan Vania.Vania yang duduk di samping Hans dia mengalihkan pandangannya,"Ke sekolah sebrang jalan." serunya.Sebenarnya jarak sekolah dan kantornya tidaklah jauh, namun di antara gedung tersebut terpisah jalan besar jadi jika harus ke sekolah anaknya Vania harus memutar terlebih dahulu karen tak ada jembatan penyebrangan.Vania terdiam.Di dalam mobil h
Hans pun hanya terdiam dia hanya melirikan matanya saja.Mobilnya mengarahkan ke sebuah tempat makan yang terletak di pinggir kota.Tempat makan itu berada di pinggir sungai besar yang memiliki karakteristik seperti danau."Ayo turun semua." seru Hans membukakan pintu mobil untuk Vino dan Vero.Dan kedua anak tersebut yang masih pakai baju sekolah merasa sangat bahagia karena baru kali ini mereka berdua makan di luar."Wahhh bagusnya." teriak Vero yang sangat kagum melihat keindahan tempat makan di pinggir sungai dengan angin yang menerpa wajahnya secara semilir-milir lembut.Hans pun yang berdiri sambil bersender di mobilnya sambil menyilakan tangan di dadanya, dia tersenyum."Mereka sangat persis wajahnya seperti wajahku ketika aku kecil. Apa mungkin mereka adalah darah ku?" gumam Hans dalam hati.Entah mengapa Hans merasa jika firasatnya sangat kuat jika mereka adalah anak-anaknya.Mungkin itu firasat seorang bapak kepada anaknya.Lalu Hans mengalihkan pandangannya ke Vania yang ma
Mendengar itu dia pun langsung mengalihkan pandangannya, dia sangat kesel kepada kedua anaknya yang terus menerus meminta hal yang membuatnya pusing kepala.Di kasih hati minta jantung."Udah ya udah cukup, dari tadi kamu minta ini... itu, udah stop."Dan Vania pun langsung keluar dari kamar Vero dan Vino,Dia pun keluar dengan menghentakkan kakinya karena saking kesalnya kepada kedua anaknya."Dasar bocah ada-ada saja mintanya."Vero dan Vino yang berada di dalam kamar yang terdapat Hans yang tengah duduk di tepi tempat tidur mereka. Hans pun memberi nasehat kepada dua anak yang masih berusia 6 tahun itu"Udahlah kalian jangan aneh-aneh seperti itu, noh lihat mamamu marah." seru Hans yang berusaha memberi sedikit masukan kepada Vero dan Vino.Dan Hans menyuruh mereka untuk segera tidur kembali karena hari semakin mulai malam,"Ya sudah kalian tidur ya." lanjut Hans sambil mengusap kedua kepala anak tersebut lalu memasang selimut untuk mereka.Dan Hans pun beranjak dari duduknya da
Di sisi lain di ruangan Hans.Hans yang tengah bekerja menganalisis perkembangan perusahannya.Datanglah Andre sang asisten yang masuk ke ruangannya"Selamat pagi bos." seru Andre sambil berjalan mendekati Hans lalu duduk di kursi depan meja kerja Hans.Mereka berdua duduk saling berhadapan."Kemaren kenapa ponsel bos kok mati?" lanjut tanya Andre kepada Hans yang merasa kepo karena hal tersebut sangat tak lazim di lakukan bosnya.Hans pun mengalihkan pandangannya, dia menatap Andre dengan memicingkan matanya."Sejak kapan kamu mulai mengurusi hidup ku Ndre." jawab Hans.Andre tertawa.Andre pun hanya bisa meringis mendengar ucapaan Hans yang mementahi dirinya.Andre pun mengalihkan perhatiannya, dia pun membuak tab-nya dan membuka grafik penjualan barang yang baru saja mereka rilis."Bos lihat ini, angka penjualan sangat tinggi." ujarnya sambil memberi tahu Hans dan menyodorkan grafik tersebut."Respon warganet begitu antusias, sebagian banyak mereka merasa penasaran dan sudah banyak