"Apa... mereka memiliki alergi yang sama dengan ku. Tidak mungkin..." lanjut gumam Hans di dalam hati.Dan Hans pun mendekati Vero dan Vino ya sedang berbaring dengan hidung terpasang sebuah alat untuk membantu pernafasannya.Hans menatap keadaan mereka yang sedang memejamkan matanya.Sedangkan Vania mengantar keluar pihak sekolah yang pamit untuk pulang."Kalian cepat bangun, papa akan menuruti semua permintaan kalian." ujar lirih Hans sambil tangannya memegang kedua tangan akan kembar itu.Entah mengapa jantungnya berdebar-debar, perasaan apa yang ada di hatinya tak bisa di ungkapkan sekarang.Saat Hans sedang menundukan kepalanya ternyata tangan Vino bergerak, dia melirikan bola matanya ke Hans."Papa." serunya.Hans yang mendengar itu dia pun mendongkan kepalanya, dia menatap Vino."Iya apa sayangku? Kalian cepat sembuh ya nanti apa pun keinginan kalian akan papa turuti." jawab Hans.Dan Vino menitihkan air matanya sambil tersenyum di sudut bibirnya, dan dia pun memejamkan matanya
Vania pun menempelkan telingannya di pintu kamar mandi supaya bisa mendengar dengan jelas apa obrolan mereka di luar.Vania pun membulatkan matanya kembali, dan lagi-lagi dia menelan ludahnya.Vania menggelengkan kepalanya. "Ooohh.. tidak bagaimana ini? Aku harus berbuat sesuatu sebelum itu terjadi." ujarnya dalam hati.Ternyata Hans sedang bertanya kepada dokter yang menangani Vero dan Vino.Dia bertanya mengenai alergi yang di derita Vino dan Vero apakah alergi itu di sebabkan keturunan atau tidak.Vania pun segera menyelesaikan sesegera mungkin di kamar mandi,Dia memakai baju yang di berikan Hans,Jujur dia sebenarnya agak risih memakainya, karena dia jarang ke tempat umum memakai baju yang sedikit terbuka."Ahhh sudah lah... aku harus mengusirnya sebelum dia mengetahui kenyataannya." ujarnya.Vania yang memakai baju tersebut yang keluar dari kamar mandi membuat Hans yang melihat itu, dia sangat terkejut.Dia tak menyangka jika wanita yang menjadi ibu dua orang anak itu terlihat
"Oke dok saran dokter akan saya pikirkan dalam-dalam lagi. Dan saya akan mencari jalan lebih baik dari ini." jawab Hans.Saat Hans sedang berkonsultasi, salah satu ponsel Hans yang masih aktif berbunyi.Ada sebuah panggilan masuk dari asistennya.Dan Hans pun langsung pamit, karena dia ingin mengangkat oanggilan telepon tersebut."Maaf dok ada panggilan masuk, ya sudah sekalian saya pamit dulu ya." lanjut Hans yang meminta izin untuk keluar dan segera pulang.Hans pun beeranjak dari duduknya dan dia menganggukan badannya sebagai rasa hormat kepada dokter. "Terimkasih dok, saya permisi dulu, selamat malam dok." seru Hans.Dan Hans pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan dokter tersebut.Sesampai luar Hans langsung meraih ponselnya yang tersimpan di sakunya.Dan dia langsung mengusap layar ponselnya dan mengangkat panghilan tersebut."Hallo aa apa malam-malam telpin?" tanya Hans kepada asistennya.Dan di balik telepon tersebut sang asisten menjelaskan kepada Hans."Wah bahaya
Vita pun langsung keluar dia pun melangkahkan kakinya menuju ruang meeting.Dia berjalan dengan hati yang sangat berbunga-bunga.Di pikirannya jika laki-laki yang kaya raya yang juga sebagai atasannya sedang jatuh cinta kepada dirinya yang cantik jelita itu.Sesampai di depan ruang meeting,Vita sebelum masuk dia merapikan rambutnya, dia bersiap-siap untuk mempercantik dirinya secara sat-set.. sepaya berpenampilan sebaik mungkin.Di rasa sudah siap Vita pun langsung melangkahkan kakinya masuk..Dia berjalan dengan sedikit menunduk.Istilahnya malu-malu kucinglah...Dan di ruangan meeting ternyata.... Hans sudah berada di sana.Dia duduk sambil melihat sebuah laporan data masuk dari kantor cabang perusahannya.."Selamat pagi pak." serunya menyapa Hans yang tengah duduk sambil membaca.Hans pun mengalihkan pandangannya,"Duduk." jawab Hans.Vita pun duduk di samping Hans, jantungnya berdebar-debar bahagia yang tak sanggup di ungkapkan dengan kata-kata.Vita tersenyum di sudut bibi
Laki-laki yang berumur 35 tahun itu telah sampai di sebuah rumah sakit kota.Dia turun... lalu masuk ke dalam rumah sakit dimana Vino dan Vero di rawat.Hans masuk ke dalam ruang rawat inap yang berisi dua keranjang pasien tersebut.Lalu melihat Vino yang tengah duduk bersender, sedangkan Vero masih berbaring lemah namun dia sudah sadar."Hay anak-anak." sapa Hans.Vino pun tersenyum sumringah."Hay paaa." jawabnya.Hans mengerutkan dahinya dia menatap Vino dengan senyum, karena mendengar sebutan papa kepada dirinya."Kan sekarang aku sudah ada papa, masih ingatkah tadi malam percakapan kita?" tanya Vino.Hans tersenyum..."Ada apa ya kok aku gak tahu?" sahut Vero.Dan Vino pun menjelaskan kepada saudara kembarnya,Nampak mereka sangat begitu bahagia.Hari ini Hans yang merawat mereka, laki-laki pengusaha itu menonaktifkan ponselnya, dia ingin merawat Vino dan Vero meski keadaan perusahaannya sekarang lumayan sedikit krisis.Hans pun langsung membeli secara online berbagai macam maina
"Huss.... jangan keras-keras." seru salah satu bocah kembar itu yang saling berbisik satu sama lain.Melihat dua orang dewasa yang berdebat membuat mereka berdua menghelakan nafas panjangnya,Bagi mereka itu sangat membuat pusing."Sudah lah maaa, mama jangan marah lagi. Apa mau kita sakit lagi melihat mama seperti ini." ujar Vino dengan sedikit menelan ludahnya, sebenarnya dia sedikit takut.Vero yang melihat itu dia pun terkejut. "Wawww wawww waww kau sungguh hebat Vino." serunya dengan lirih sambil menepuk bahunya.Vero tak menyangka jika saudara kembarnya itu sedikit berani mengatakan hal tersebut kepada mama mereka."Diam kalian, jangan pikir mama gak dengar." sahut Vania.Vania pun masih marah...Dan saat itu juga dokter yang menangani Vero dan Vino masuk.Membuat mereka menormalkan kembali sikap mereka."Silahkan masuk dok." seru Vania.Dan dokter tersebut memeriksa keadaan Vero dan Vino, dan alhasil mereka di perbolehkan untuk pulang.Itu adalah sebuah kabar bahagia untuk Vani
Dan mereka bertiga pun pulang...Hans yang melihat itu dia langsung berlari mengejar Vania dan kedua anaknya yang sudah berjalan sekitar 10 meter darinya.."Tunggu Vania." teriak Hans.Vania yang mendengar itu dia pun menghentikan langkah kakinya,Dan dia pun membalikan badannya."Ada apa?" tanya Vania yang begitu sangat judes kepada Hans.Hans pun berdiri tepat di hadapan Vania, dan dia melihat kedua putranya yang tak berani berkutik.Lalu Hans mengalihkan pandangannya ke Vania,"Vania mari saya antar." seru Hans.Vania yang mendengar itu segera lekas menolak tawaran dari Hans."Tidak usah bapak, ini anak saya bukan anak bapak. Jadi bapak tak perlu khawatir. Meraka adalah tangungg jawab saya." jawab Vania yang menolak halus tawaran Hans, sambil menahan rasa kesalnya kepada atasannya tersebut yang berusaha untuk hadir di hidupnya dan hidup anak-anaknya.Vania membalikan badannya dan melanjutkan langkahnya.Dia berjalan sambil memegang tangan kedua anaknya.Hans yang berdiri sambil m
Hans pun menjatuhkan badannya di atas tempat tidur,Kedua tangannya memegang sebuah gelang yang terlihat sangat mirip.Hans mengamati satu persatu, dan mata Hans tertuju pada sebuah ukiran gelang di salah satu batu hiasannya yang terbuat dari mutiara yang berasal dari laut mediterania."Haaa fak mungkin ini adalah ukiran yang sangat sama persis, apa mungkin..?" tanya Hans pada dirinya sendiri.Di tangan Hans adalah 2 gelang yang kemiripannya sekitar 90%, membuat pikirannya semakin bingung tak karuan.Dia merasa jika masalahnya itu tak akan menemukan titik terangnya, karena masalahnya seperti sebuah benang yang kusut.Karena menurut Hans ini adalah masalah yang rumit yang membuat pemikirannya tak mampu lagi berpikir."Aku yakin dengan status gelang ini, aku yakin jika wanita itulah yang meninggalkan gelangnya saat aku tertidur." ujarnya yang berbicara dengan gelang yang berada di tangan kanannya.Hans menatap gelang itu, dia pun tersenyum.Dia teringat malam itu, "Cantiknya kamu. Hehh