Dengan berat hati Vania pun melangkahakn kakinya untuk masuk ke dalam mobil.Sebenarnya sih, Vania tak ingin dan yak mau mengambil kesempatan untuk berusaha dekat dengan pemilik perusahan tempat dimana dirinya bekerja.Bisa saja Vania mengatakan yang sejujurnya kepada Hans tapi Vania tak mau.Karena Vania takut jika ke dua anaknya dia ambil oleh Hans.Vania masuk tanpa mengatakan apapun, dia hanya terdiam sambil matanya terus menatap keluar jendela melihat lalu lalang kendaraan di bawah terik sang matahari.Wajahnya yang cantik terlihat begitu sangat muram."Kamu mau ke mana?" tanya Hans sambil menancapkan gasnya yang membuyarkan lamunan Vania.Vania yang duduk di samping Hans dia mengalihkan pandangannya,"Ke sekolah sebrang jalan." serunya.Sebenarnya jarak sekolah dan kantornya tidaklah jauh, namun di antara gedung tersebut terpisah jalan besar jadi jika harus ke sekolah anaknya Vania harus memutar terlebih dahulu karen tak ada jembatan penyebrangan.Vania terdiam.Di dalam mobil h
Hans pun hanya terdiam dia hanya melirikan matanya saja.Mobilnya mengarahkan ke sebuah tempat makan yang terletak di pinggir kota.Tempat makan itu berada di pinggir sungai besar yang memiliki karakteristik seperti danau."Ayo turun semua." seru Hans membukakan pintu mobil untuk Vino dan Vero.Dan kedua anak tersebut yang masih pakai baju sekolah merasa sangat bahagia karena baru kali ini mereka berdua makan di luar."Wahhh bagusnya." teriak Vero yang sangat kagum melihat keindahan tempat makan di pinggir sungai dengan angin yang menerpa wajahnya secara semilir-milir lembut.Hans pun yang berdiri sambil bersender di mobilnya sambil menyilakan tangan di dadanya, dia tersenyum."Mereka sangat persis wajahnya seperti wajahku ketika aku kecil. Apa mungkin mereka adalah darah ku?" gumam Hans dalam hati.Entah mengapa Hans merasa jika firasatnya sangat kuat jika mereka adalah anak-anaknya.Mungkin itu firasat seorang bapak kepada anaknya.Lalu Hans mengalihkan pandangannya ke Vania yang ma
Mendengar itu dia pun langsung mengalihkan pandangannya, dia sangat kesel kepada kedua anaknya yang terus menerus meminta hal yang membuatnya pusing kepala.Di kasih hati minta jantung."Udah ya udah cukup, dari tadi kamu minta ini... itu, udah stop."Dan Vania pun langsung keluar dari kamar Vero dan Vino,Dia pun keluar dengan menghentakkan kakinya karena saking kesalnya kepada kedua anaknya."Dasar bocah ada-ada saja mintanya."Vero dan Vino yang berada di dalam kamar yang terdapat Hans yang tengah duduk di tepi tempat tidur mereka. Hans pun memberi nasehat kepada dua anak yang masih berusia 6 tahun itu"Udahlah kalian jangan aneh-aneh seperti itu, noh lihat mamamu marah." seru Hans yang berusaha memberi sedikit masukan kepada Vero dan Vino.Dan Hans menyuruh mereka untuk segera tidur kembali karena hari semakin mulai malam,"Ya sudah kalian tidur ya." lanjut Hans sambil mengusap kedua kepala anak tersebut lalu memasang selimut untuk mereka.Dan Hans pun beranjak dari duduknya da
Di sisi lain di ruangan Hans.Hans yang tengah bekerja menganalisis perkembangan perusahannya.Datanglah Andre sang asisten yang masuk ke ruangannya"Selamat pagi bos." seru Andre sambil berjalan mendekati Hans lalu duduk di kursi depan meja kerja Hans.Mereka berdua duduk saling berhadapan."Kemaren kenapa ponsel bos kok mati?" lanjut tanya Andre kepada Hans yang merasa kepo karena hal tersebut sangat tak lazim di lakukan bosnya.Hans pun mengalihkan pandangannya, dia menatap Andre dengan memicingkan matanya."Sejak kapan kamu mulai mengurusi hidup ku Ndre." jawab Hans.Andre tertawa.Andre pun hanya bisa meringis mendengar ucapaan Hans yang mementahi dirinya.Andre pun mengalihkan perhatiannya, dia pun membuak tab-nya dan membuka grafik penjualan barang yang baru saja mereka rilis."Bos lihat ini, angka penjualan sangat tinggi." ujarnya sambil memberi tahu Hans dan menyodorkan grafik tersebut."Respon warganet begitu antusias, sebagian banyak mereka merasa penasaran dan sudah banyak
"Apa... mereka memiliki alergi yang sama dengan ku. Tidak mungkin..." lanjut gumam Hans di dalam hati.Dan Hans pun mendekati Vero dan Vino ya sedang berbaring dengan hidung terpasang sebuah alat untuk membantu pernafasannya.Hans menatap keadaan mereka yang sedang memejamkan matanya.Sedangkan Vania mengantar keluar pihak sekolah yang pamit untuk pulang."Kalian cepat bangun, papa akan menuruti semua permintaan kalian." ujar lirih Hans sambil tangannya memegang kedua tangan akan kembar itu.Entah mengapa jantungnya berdebar-debar, perasaan apa yang ada di hatinya tak bisa di ungkapkan sekarang.Saat Hans sedang menundukan kepalanya ternyata tangan Vino bergerak, dia melirikan bola matanya ke Hans."Papa." serunya.Hans yang mendengar itu dia pun mendongkan kepalanya, dia menatap Vino."Iya apa sayangku? Kalian cepat sembuh ya nanti apa pun keinginan kalian akan papa turuti." jawab Hans.Dan Vino menitihkan air matanya sambil tersenyum di sudut bibirnya, dan dia pun memejamkan matanya
Vania pun menempelkan telingannya di pintu kamar mandi supaya bisa mendengar dengan jelas apa obrolan mereka di luar.Vania pun membulatkan matanya kembali, dan lagi-lagi dia menelan ludahnya.Vania menggelengkan kepalanya. "Ooohh.. tidak bagaimana ini? Aku harus berbuat sesuatu sebelum itu terjadi." ujarnya dalam hati.Ternyata Hans sedang bertanya kepada dokter yang menangani Vero dan Vino.Dia bertanya mengenai alergi yang di derita Vino dan Vero apakah alergi itu di sebabkan keturunan atau tidak.Vania pun segera menyelesaikan sesegera mungkin di kamar mandi,Dia memakai baju yang di berikan Hans,Jujur dia sebenarnya agak risih memakainya, karena dia jarang ke tempat umum memakai baju yang sedikit terbuka."Ahhh sudah lah... aku harus mengusirnya sebelum dia mengetahui kenyataannya." ujarnya.Vania yang memakai baju tersebut yang keluar dari kamar mandi membuat Hans yang melihat itu, dia sangat terkejut.Dia tak menyangka jika wanita yang menjadi ibu dua orang anak itu terlihat
"Oke dok saran dokter akan saya pikirkan dalam-dalam lagi. Dan saya akan mencari jalan lebih baik dari ini." jawab Hans.Saat Hans sedang berkonsultasi, salah satu ponsel Hans yang masih aktif berbunyi.Ada sebuah panggilan masuk dari asistennya.Dan Hans pun langsung pamit, karena dia ingin mengangkat oanggilan telepon tersebut."Maaf dok ada panggilan masuk, ya sudah sekalian saya pamit dulu ya." lanjut Hans yang meminta izin untuk keluar dan segera pulang.Hans pun beeranjak dari duduknya dan dia menganggukan badannya sebagai rasa hormat kepada dokter. "Terimkasih dok, saya permisi dulu, selamat malam dok." seru Hans.Dan Hans pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan dokter tersebut.Sesampai luar Hans langsung meraih ponselnya yang tersimpan di sakunya.Dan dia langsung mengusap layar ponselnya dan mengangkat panghilan tersebut."Hallo aa apa malam-malam telpin?" tanya Hans kepada asistennya.Dan di balik telepon tersebut sang asisten menjelaskan kepada Hans."Wah bahaya
Vita pun langsung keluar dia pun melangkahkan kakinya menuju ruang meeting.Dia berjalan dengan hati yang sangat berbunga-bunga.Di pikirannya jika laki-laki yang kaya raya yang juga sebagai atasannya sedang jatuh cinta kepada dirinya yang cantik jelita itu.Sesampai di depan ruang meeting,Vita sebelum masuk dia merapikan rambutnya, dia bersiap-siap untuk mempercantik dirinya secara sat-set.. sepaya berpenampilan sebaik mungkin.Di rasa sudah siap Vita pun langsung melangkahkan kakinya masuk..Dia berjalan dengan sedikit menunduk.Istilahnya malu-malu kucinglah...Dan di ruangan meeting ternyata.... Hans sudah berada di sana.Dia duduk sambil melihat sebuah laporan data masuk dari kantor cabang perusahannya.."Selamat pagi pak." serunya menyapa Hans yang tengah duduk sambil membaca.Hans pun mengalihkan pandangannya,"Duduk." jawab Hans.Vita pun duduk di samping Hans, jantungnya berdebar-debar bahagia yang tak sanggup di ungkapkan dengan kata-kata.Vita tersenyum di sudut bibi