Dia kembali dengan segudang prestasi, menjadikan seorang wanita yang sudah berubah jauh dari sebelumnya
Menjadi wanita yang mandiri yang bisa mengurus dua anak sekaligus,Yang pasti Vania menjadi wanita yang lebih cantik dengan pribadi yang lebih kuat.Wanita single mom yang memiliki pesona yang nampak luar biasa.Kini Vania sudah sampai di negara asalnya,Sekarang dirinya kini berada di sebuah bandara bersama kedua anaknya,Saat Vania sedang berjalan sambil bertelepon, dia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berdiri yang juga sambil melihat ponselnya"Ahhh." teriak Vania yang terkejut,Vania pun spontan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tasnya."Maaf pak." Vania pun menganggukan badannya sebagai permohonan maaf karena tak sengaja menabrak. "Maafkan saya saya teledor." lanjut ucap Vania.Dan laki-laki yang sedang berdiri sambil memakai sebuah kacamata hitam yang menempel di batang hidungnya itu terdiam.Dia pun mengalihkan pandangannya ke arah wanita cantik yang menabraknya tak sengaja.Yah laki-laki itu adalah Hans yang tak lain orang yang pernah menjalin cinta satu malam dengannya.Hans pun secara tak sengaja melihat tajam ke arah leher Vania, membuatnya terdiam sejenak.Hans teringat kembali kejadian 7 tahun lalu.Saat Hans lagi itu terdiam karena terkejut melihat wanita di depannya, membuat Vania langsung mengurutkan dahinya,"Astaga, ini kan laki-laki kaya raya yang tak sengaja bersama ku 7 tahun lalu." dercak kaget Vania yang teringat gerangan laki-laki yang berada di depannya itu..Dan Vania pun langsung beranjak pergi dari tempat itu sambil menggandeng kedua tangan anaknya dan berjalan dengan langkah yang sedikit cepat. "Ayo kita pergi!"Vania berjalan dengan langkah yang terburu-buru."Mah ada apa sih mah kok terburu-buru?" sahut salah satu anaknya.Vania pun tak menjawab apa yang dikatakan anaknya dia fokus ke depan untuk melihat mobil yang akan menjemputnya.Vania tak ingin laki-laki itu mengetahui siapa dirinya karena dirinya tak ingin rencananya gagal untuk melakukan sebuah rencana balas dendam."Ma jangan buru-buru lah kita capek." Protes kedua anaknya yang mengeluh.Kedua anaknya jalannya terseok-seok mengikuti langkah Vania.Vania pun tetap tak menjawab apa yang ditanyakan oleh kedua anaknya, dia terus saja menggandeng kedua tangan anaknya,Matanya terus saja menata setiap sudut untuk mencari mobilnya akan menjemputnya dan tak lama kemudian mobilnya pun berhenti di hadapannya.Dan Vania pun langsung masuk bersama kedua anaknya ke dalam mobil tersebut dengan kondisi terburu-buru.Saat mobil itu sedang melaju Vania melihat di balik kaca spion mobil jika laki-laki yang berkacamata yang tak lain adalah Hans sedang mengejar mobilnya membuat vania yang melihat itu dia pun hanya bisa menelan ludahnya. "Apa jangan-jangan dia tahu siapa aku?" tanya vania dalam hatinya. "Tidak mungkin dia tahu siapa aku, aku yang dulu tak sama dengan aku yang sekarang penampilanku sudah jauh berbeda, mana mungkin dia bisa mengetahui siapa aku." jawabnya sendiri di dalam hatinya sendiri.Dalam dunia desainernya dia memiliki nama VA, Vania dengan sengaja memberi nama dirinya sendiri dengan sebutan VA untuk menyamarkan siapa dirinya sesungguhnya.Dia sungguh sangat berhati-hati.Dalam dunia mode VA adalah seorang desainer muda yang terkenal namanya, namun dia adalah sosok misterius tak ada yang tahu siapa desainer VA yang sesungguhnya karena sosoknya selalu disebutkan oleh pihak perusahaan namun pihak perusahan tak pernah memunculkan sosok VA dalam perilisan karyanya.Dan kini sudah saatnya Vania menunjukkan siapa dirinya dan Vania berusaha untuk mengembangkan bakatnya, di sisi lain dia juga akan berusaha untuk mencari banyak uang untuk masa depan kedua anaknya dan tak lupa akan tujuan visi misinya yaitu balas dendam."Mah siapa sih om tadi?" tanya salah satu anaknya.Ya seperti biasa anak-anaknya selalu saja menjodohkan dirinya dengan beberapa laki-laki random yang selalu dia temuinya.Mungkin anak-anaknya merindukan sosok seorang papa dalam hidupnya yang selama ini tak pernah menemani hari-harinya.Sampailah mereka bertiga di sebuah apartemen yang terletak di tengah-tengah kota."Anak-anak tolong angkat barang kalian masing-masing!" seru Vania yang mengkordinasi kedua anaknya.Dan mereka pun mengangkat barang bawaan mereka yang terletak di lantai 9 nomor 124.Mereka pun masuk apartemen,Mereka pun masuk dengan matanya menatap setiap sudut ruangan."Bagaimana apakah menurut kalian nyaman?" sahut Vania yang bertanya kepada kedua anaknya.Anak pertamanya bernama Vero dan anak keduanya bernama Vino.Mereka anak yang memiliki pemikiran dewasa melebihi usia mereka.Vero pun melemparkan badannya di kamar depan. "Ah capeknya ma. Menurut ku ini sudah nyaman ma, yang terpenfing bagiku kita bertiga selalu bersama" ujarnya."Oh iya kalian besok ikut mama iya melamar kerjaan, nanti pulangnya kita pergi ke sekolah tempat kalian nanti belajar." seru Vania.Vino yang membawa sebuah gelas berisi air putih lalu di berikan kepada Vania. "Oke ma." jawabnya.Keesokan harinya Vania sudah memakai baju yang rapi,Dia memakai setelan jas berwarna biru muda dengan rok selutut."Ahh sudah cantik." ujarnya sambil memutar badannya di depan cermin,Lalu memoleskan sebuah lipstik berwarna pink muda, membuat wajahnya terlihat lebih muda,"Ma ayo dong ma, aku sudah capek dari tadi nunggu mama dandan gak selesai-selesai." teriak Vino kesal dari luar kamar Vania.Vania yang mendengar itu langsung mengakhiri dandannya. "Oke sayang ini mama sudah otw." jawab Vania sambil tangan kanannya menyahut sebuah map yang berisi arsip karya-karyanya sebagai tambahan lamarannya.Dan mereka pun akhirnya berangkat juga.Sesampai kantor yang dituju mereka bertiga pun turun dari taksi online.Mulut mereka menganga melihat gedung perusahan yang sangat tinggi."Ma, yang bener ini kantornya?" tanya Vero,Dan Vania pun langsung membuka ponselnya. "Kelihatannya ini deh, soalnya dari nama jalannya dan nama perusahannya sama." jawab Vania sambil melihat maps di ponselnya."Masuk yuk." ajak Vino yang sudah tak sabar ingin mendinginkan badannya dari suasana terik matahari yang panas.Dan mereka pun masuk,Mereka masuk sambil matanya terus menatap setiap sudut kantor tersebut yang di penuhi peralatan canggih,"Kalian duduk sana dulu ya." sahut Vania sambil menunjukan sebuah sofa yang berada di lobby. "Kalian tunggu mama di sini. Ngerti!" lanjut Vania sambil melangkahkan kakinya menjauhi kedua anaknya.Dan Vania pun langsung bergegas menuju ruangan HRD,Di dalam Vania melakukan sesi wawancara di liputi perasaan resah dan juga gelisah.Dia resah jika dirinya tidak bisa masuk perusahan tersebut,Pikirannya gelisah karena baru pertama kali dirinya meninggalkan kedua anaknya."Ini pak silahkan di lihat-lihat dulu." seru Vania kepada HRD sambil menyerahkan arsip karyanya untuk mempersingkat sesi wawancaranya.Wawancara pun memakan waktu sekitar 30 menit, dan Vania pun akhirnya berhasil masuk ke perusahan utama yang berbasis international dalam bidang mode.Vania pun keluar dengan perasaan bahagia, dia tak mengetahui jika di tempatnya akan bekerja itu adalah kantor utama milik Hans, sang laki-laki kaya raya.Keesokan harinya.Wanita dua anak tersebut harus langsung bekerja.Dia memakai sebuah setelan jas berwarna hitam dengan dalaman memakai kemeja berwarna putih, dengan bawahan rok selutut."Anak-anak kalian di rumah ya, mama harus bekerja. Jika kalian ingin makan ambil sendiri, mama sudah siapin di dapur." teriak Vania yang sedang memasang sepatu yang hendak pergi bekerja.Vero dan Vino lekas keluar dari kamar mereka, untuk melepas kepergian mama mereka pergi bekerja."Ma nanti pulang jam berapa?" tanya Vino yang merasa sedikit susah di tinggal Vania.Maklumlah ini adalah hari pertama mereka di tinggal bekerja karena selama di luar negeri Vania selalu kerja di rumah.Vania pun menatap kedua anaknya."Kalian gak usah khawatir, jika nanti mama pulang, mama akan langsung pulang." ujar ibu dua anak itu.Vero pun memeluk Vania, "Ya sudah mama berangkat kerja, mama gak usah khawatir aku akan menjaga Vino kok ma." sahut Vero sang anak pertama Vania.Mereka adalah anak yang selalu berpikir dewas
Dan wanita cantik itu yang jantungnya berdebar, dia pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruangannya,Dia kembali bekerja dengan perasaan yang tak menentu.Ini adalah hari pertamanya bekerja namun sayang dia bertemu kembali pria yang di temuinya di bandara.Dia yang tak lain pria yang merenggut kesuciannya.Dan Vania pun kembali ke meja kerjanya, dia pun melanjutkan kerjanya yang tertunda.Dia pun memulai menggambar desain sebuah kalung, Vania yang memiliki desain ciri khasnya yang simpel sederhana namun terlihat sangat indah yang jelas dalam rancangannya semua harus memiliki nilai seni."Hemm enaknya ini harus di bagaimana ya? Kenapa aku tak bisa konsentrasi?" tanyanya sendirisambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.Rasanya otaknya seketika tidak bisa berfikir.Dan dia pun mendengus kesal pada dirinya, "Aghhh kenapa aku kurang fokus sih?" lanjutnya sambil menghembuskan nafas panjangnya untuk menetralkan pikirannya.Dan Vania pun beranjak dari duduknya dan dia membuat
Dan laki-laki yang memiliki tinggi 183 cm itu membacanya dengan detail tanap melewatkan satu kata pun.Bola matanya mengikuti setiap kata demi kata yang di bacanya,Dan Hans menelan ludahnya membaca sebuah tulisan riwayat sekolah Vania."Ini adalah sebuah wilayah dimana malam itu terjadi." gumamnya dalam hati..Dan jantungnya pun semakin berdegup dengan kencang.Dan Hans beranjak dari duduknya.Dan dia mengalihkan pandangannya menuju langit yang membiru, untuk menetralkan gemuruh yang ada di dadanya."Sudah ada dua bukti yang mengerucut mengarah ke arah wanita yang bernama Vania Seisilia itu." lanjutnya dalam hati dengan perasaan entah senang atau justru canggung.Keesokan harinya.Di poisisi C3 lagi sedang ramai dengan sebuah rancangan Vita yang sangat fenomenal.Semua para desainer mengerubungi hasil karya Vita.Tak terkecuali Vania, dia sangat kagum dengan desain dari Vita, namun setelah tangannya menyentuh bahan kain yang di gunakan dalam karya Vita membuat Vania mengerutkan alisn
Saat Hans selesai menelepon entah mengapa rasa di dalam dadanya berdegub dengan kencang,Dan dia pun memgang dadanya dengan kedua tangannya."Kenapa jantung ku berdetak tak karuan." Dan dia pun menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali.Itu di lakukannya untuk menetralkan senam jantungnya yang lumayan cepat.Tok too tok..Suara orang yang mengetuk pintu."Masuk." seru Hans dari dalam rungannya.Dan ternyata yang masuk adalah Vania."Selamat siang bapak, ada apa bapak memanggil saya?" tanya Vania sambil berdiri di depan Hans.Hans pun yang tengah duduk dia pun menatap dari bawah tubuh Vania.Dia menatap kaki Vania lalu tatapan itu menjalar sampai atas."Apa kamu yang bernama Vania?" tanya Hans.Dan Vania pun menganggukan kepalanya.Dan Hans pun mempersilahkan duduk."Aku ingin mengetahui siapa kamu?" lanjut Hans.Dan Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, "Mati aku, apa jangan-jangan dia sudah mengetahui siapa aku?" ujarnya dalam hati.Dan Vania berpura-pura
Keesokan harinya."Vero Vino mama berangkat dulu ya kalian kalau mau makan kalian bisa ambil di dapur mama sudah siapin semuanya di dapur," teriak Vania yang sedang memasang sepatunya dan akan bersiap berangkat pergi bekerja.Vero dan Vino pun melangkahkan kakinya mendekati Vania, untuk melepas kepergian mama untuk berangkat bekerja."Kita kapan masuk sekolah ma?" tanya Vero."Iya nih ma aku sudah bosen di rumah." sahut Vino.Vania menjelaskan kepada dua anaknya dengan nada yang amat luar biasa lembut dan mudah di pahami oleh kedua anaknya."Nanti mama ke sekolah kalian dulu, mama mau membayar perlengkapan yang belum mama bayar dan besok kalian bisa sekolah." ujar Vania yang menjelaskan kepada anaknya.Mereka pun berpelukan bersama, Vania pun pamit kepada kedua anaknya untuk bekerja. "Ya udah ini sudah siang, mama berangkat dulu ya anak-anak, jika ada apa-apa kalian bisa telepon mama." lanjutkan sambil membuka pintu apartemennya untuk keluar.Vania melambaikan kedua tangannya,"D
Hans pun menelan ludahnya, dan dia pun menatap lekat-lekat dua anak yang berada di depannya.Dua anak yang tampan dengan wajah yang putih sediki kemerahan.Dan Hans mengangguk-nganggukan kepalanya sendiri mendengar cerita mereka."Iya sudah kalian makan dulu ya, kalau sudah selesai nanti kalian paman antar pulang." seru Hans.Dan kedua anak kembar yang berada di depannya makan begitu lahabnya, membuat hati Hans sangat teriris-iris."Paman gak udah antar kita pulang, kita bisa pulang sendiri nanti." iawab Vero sambil makan.Ya bagaimana tidak sakit hatinya Hans mengingat dirinya selama hidup tak pernah kekurangan makanan bahkan selalu makan-makan yang sehat dan tentunya gizinya selalu terpenuhi.Lalu melihat kedua anak di depannya yang makan seperti orang yang tak pernah makan."Paman kenapa tidak di makan?" sahut Vino.Hans yang sedang melamum dan berperang dengan pikirannya membuat dia terkejut, "Oh iya, paman akan makan." jawab Hans sambil menyendokan makanan dan memasukan kedalam
Di dalam kamar Vania yang sedang berdiri sambil menyilakan tangannya di dada, dia terus saja marah-marah kepada Vero.Vannia menumpahkan rasa kesalnya kepada Vero, karena sudah lancang membawa seseorang yang baru di kenalnya."Sudahlah ma, ayo kita keluar kasihan ada tamu," ujar Vero yang merasa sedikit malu kepada Hans yang mengetahui tingkah mamanya yang sedang tantrum."Ya sudah aku minta maaf ma, kami salah. Sekarang mama keluar tolong temui orang yang menolong kita. Please ma harga tamu kita." lanjut Vero dengan sedikit memelas dengan sedikit memohon serta mengalah bahkan meminta maaf.Vero berusaha memberanikan dirinya menghadapi tingkah mamanya yang gampang berubah-ubah moodnya mengalahkan kecepatannya perkiraan cuaca yang selalu berubah-ubah di tiap jamnya bahkan menitnya.Membuat Vero kembali memohon dan terus memohon bahkan bersujud.Vania yang sedang kesal kepada kedua anaknya dia pun terdiam,Dia pun mendengus kesal."Iyalah, iyalah." gerutu Vania.Dan dengan terpaksa ib
Dengan berat hati Vania pun melangkahakn kakinya untuk masuk ke dalam mobil.Sebenarnya sih, Vania tak ingin dan yak mau mengambil kesempatan untuk berusaha dekat dengan pemilik perusahan tempat dimana dirinya bekerja.Bisa saja Vania mengatakan yang sejujurnya kepada Hans tapi Vania tak mau.Karena Vania takut jika ke dua anaknya dia ambil oleh Hans.Vania masuk tanpa mengatakan apapun, dia hanya terdiam sambil matanya terus menatap keluar jendela melihat lalu lalang kendaraan di bawah terik sang matahari.Wajahnya yang cantik terlihat begitu sangat muram."Kamu mau ke mana?" tanya Hans sambil menancapkan gasnya yang membuyarkan lamunan Vania.Vania yang duduk di samping Hans dia mengalihkan pandangannya,"Ke sekolah sebrang jalan." serunya.Sebenarnya jarak sekolah dan kantornya tidaklah jauh, namun di antara gedung tersebut terpisah jalan besar jadi jika harus ke sekolah anaknya Vania harus memutar terlebih dahulu karen tak ada jembatan penyebrangan.Vania terdiam.Di dalam mobil h