Beranda / CEO / Tuan Presdir, Jangan Kejar Aku! / Bab 4. tak sengaja bertemu

Share

Bab 4. tak sengaja bertemu

Dia kembali dengan segudang prestasi, menjadikan seorang wanita yang sudah berubah jauh dari sebelumnya

Menjadi wanita yang mandiri yang bisa mengurus dua anak sekaligus,

Yang pasti Vania menjadi wanita yang lebih cantik dengan pribadi yang lebih kuat.

Wanita single mom yang memiliki pesona yang nampak luar biasa.

Kini Vania sudah sampai di negara asalnya,

Sekarang dirinya kini berada di sebuah bandara bersama kedua anaknya,

Saat Vania sedang berjalan sambil bertelepon, dia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berdiri yang juga sambil melihat ponselnya

"Ahhh." teriak Vania yang terkejut,

Vania pun spontan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

"Maaf pak." Vania pun menganggukan badannya sebagai permohonan maaf karena tak sengaja menabrak. "Maafkan saya saya teledor." lanjut ucap Vania.

Dan laki-laki yang sedang berdiri sambil memakai sebuah kacamata hitam yang menempel di batang hidungnya itu terdiam.

Dia pun mengalihkan pandangannya ke arah wanita cantik yang menabraknya tak sengaja.

Yah laki-laki itu adalah Hans yang tak lain orang yang pernah menjalin cinta satu malam dengannya.

Hans pun secara tak sengaja melihat tajam ke arah leher Vania, membuatnya terdiam sejenak.

Hans teringat kembali kejadian 7 tahun lalu.

Saat Hans lagi itu terdiam karena terkejut melihat wanita di depannya, membuat Vania langsung mengurutkan dahinya,

"Astaga, ini kan laki-laki kaya raya yang tak sengaja bersama ku 7 tahun lalu." dercak kaget Vania yang teringat gerangan laki-laki yang berada di depannya itu..

Dan Vania pun langsung beranjak pergi dari tempat itu sambil menggandeng kedua tangan anaknya dan berjalan dengan langkah yang sedikit cepat.

"Ayo kita pergi!"

Vania berjalan dengan langkah yang terburu-buru.

"Mah ada apa sih mah kok terburu-buru?" sahut salah satu anaknya.

Vania pun tak menjawab apa yang dikatakan anaknya dia fokus ke depan untuk melihat mobil yang akan menjemputnya.

Vania tak ingin laki-laki itu mengetahui siapa dirinya karena dirinya tak ingin rencananya gagal untuk melakukan sebuah rencana balas dendam.

"Ma jangan buru-buru lah kita capek." Protes kedua anaknya yang mengeluh.

Kedua anaknya jalannya terseok-seok mengikuti langkah Vania.

Vania pun tetap tak menjawab apa yang ditanyakan oleh kedua anaknya, dia terus saja menggandeng kedua tangan anaknya,

Matanya terus saja menata setiap sudut untuk mencari mobilnya akan menjemputnya dan tak lama kemudian mobilnya pun berhenti di hadapannya.

Dan Vania pun langsung masuk bersama kedua anaknya ke dalam mobil tersebut dengan kondisi terburu-buru.

Saat mobil itu sedang melaju Vania melihat di balik kaca spion mobil jika laki-laki yang berkacamata yang tak lain adalah Hans sedang mengejar mobilnya membuat vania yang melihat itu dia pun hanya bisa menelan ludahnya. "Apa jangan-jangan dia tahu siapa aku?" tanya vania dalam hatinya. "Tidak mungkin dia tahu siapa aku, aku yang dulu tak sama dengan aku yang sekarang penampilanku sudah jauh berbeda, mana mungkin dia bisa mengetahui siapa aku." jawabnya sendiri di dalam hatinya sendiri.

Dalam dunia desainernya dia memiliki nama VA, Vania dengan sengaja memberi nama dirinya sendiri dengan sebutan VA untuk menyamarkan siapa dirinya sesungguhnya.

Dia sungguh sangat berhati-hati.

Dalam dunia mode VA adalah seorang desainer muda yang terkenal namanya, namun dia adalah sosok misterius tak ada yang tahu siapa desainer VA yang sesungguhnya karena sosoknya selalu disebutkan oleh pihak perusahaan namun pihak perusahan tak pernah memunculkan sosok VA dalam perilisan karyanya.

Dan kini sudah saatnya Vania menunjukkan siapa dirinya dan Vania berusaha untuk mengembangkan bakatnya, di sisi lain dia juga akan berusaha untuk mencari banyak uang untuk masa depan kedua anaknya dan tak lupa akan tujuan visi misinya yaitu balas dendam.

"Mah siapa sih om tadi?" tanya salah satu anaknya.

Ya seperti biasa anak-anaknya selalu saja menjodohkan dirinya dengan beberapa laki-laki random yang selalu dia temuinya.

Mungkin anak-anaknya merindukan sosok seorang papa dalam hidupnya yang selama ini tak pernah menemani hari-harinya.

Sampailah mereka bertiga di sebuah apartemen yang terletak di tengah-tengah kota.

"Anak-anak tolong angkat barang kalian masing-masing!" seru Vania yang mengkordinasi kedua anaknya.

Dan mereka pun mengangkat barang bawaan mereka yang terletak di lantai 9 nomor 124.

Mereka pun masuk apartemen,

Mereka pun masuk dengan matanya menatap setiap sudut ruangan.

"Bagaimana apakah menurut kalian nyaman?" sahut Vania yang bertanya kepada kedua anaknya.

Anak pertamanya bernama Vero dan anak keduanya bernama Vino.

Mereka anak yang memiliki pemikiran dewasa melebihi usia mereka.

Vero pun melemparkan badannya di kamar depan. "Ah capeknya ma. Menurut ku ini sudah nyaman ma, yang terpenfing bagiku kita bertiga selalu bersama" ujarnya.

"Oh iya kalian besok ikut mama iya melamar kerjaan, nanti pulangnya kita pergi ke sekolah tempat kalian nanti belajar." seru Vania.

Vino yang membawa sebuah gelas berisi air putih lalu di berikan kepada Vania. "Oke ma." jawabnya.

Keesokan harinya Vania sudah memakai baju yang rapi,

Dia memakai setelan jas berwarna biru muda dengan rok selutut.

"Ahh sudah cantik." ujarnya sambil memutar badannya di depan cermin,

Lalu memoleskan sebuah lipstik berwarna pink muda, membuat wajahnya terlihat lebih muda,

"Ma ayo dong ma, aku sudah capek dari tadi nunggu mama dandan gak selesai-selesai." teriak Vino kesal dari luar kamar Vania.

Vania yang mendengar itu langsung mengakhiri dandannya. "Oke sayang ini mama sudah otw." jawab Vania sambil tangan kanannya menyahut sebuah map yang berisi arsip karya-karyanya sebagai tambahan lamarannya.

Dan mereka pun akhirnya berangkat juga.

Sesampai kantor yang dituju mereka bertiga pun turun dari taksi online.

Mulut mereka menganga melihat gedung perusahan yang sangat tinggi.

"Ma, yang bener ini kantornya?" tanya Vero,

Dan Vania pun langsung membuka ponselnya. "Kelihatannya ini deh, soalnya dari nama jalannya dan nama perusahannya sama." jawab Vania sambil melihat maps di ponselnya.

"Masuk yuk." ajak Vino yang sudah tak sabar ingin mendinginkan badannya dari suasana terik matahari yang panas.

Dan mereka pun masuk,

Mereka masuk sambil matanya terus menatap setiap sudut kantor tersebut yang di penuhi peralatan canggih,

"Kalian duduk sana dulu ya." sahut Vania sambil menunjukan sebuah sofa yang berada di lobby. "Kalian tunggu mama di sini. Ngerti!" lanjut Vania sambil melangkahkan kakinya menjauhi kedua anaknya.

Dan Vania pun langsung bergegas menuju ruangan HRD,

Di dalam Vania melakukan sesi wawancara di liputi perasaan resah dan juga gelisah.

Dia resah jika dirinya tidak bisa masuk perusahan tersebut,

Pikirannya gelisah karena baru pertama kali dirinya meninggalkan kedua anaknya.

"Ini pak silahkan di lihat-lihat dulu." seru Vania kepada HRD sambil menyerahkan arsip karyanya untuk mempersingkat sesi wawancaranya.

Wawancara pun memakan waktu sekitar 30 menit, dan Vania pun akhirnya berhasil masuk ke perusahan utama yang berbasis international dalam bidang mode.

Vania pun keluar dengan perasaan bahagia, dia tak mengetahui jika di tempatnya akan bekerja itu adalah kantor utama milik Hans, sang laki-laki kaya raya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status