Akhirnya pun Vania memutuskan pergi ke luar negeri,
Di luar negeri dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk meraih cita-citanya yang tertunda,Hari-harinya di isi dengan kerja untuk mengembangkan bakatnya. Meskipun perjuangannya begitu amatlah berat dan sulit.Kali ini dewi fortuna sedang menghampiri dirinya,takdirnya sangat begitu mulus itu semua karena yang semangat yang luar biasa dan didukung dengan kemauan yang sangat tinggi membuat dirinya sangat begitu dipercaya oleh beberapa perusahaan yang menaungi dirinya,Kini wanita yang berusia 23 tahun bisa berdiri sendiri, menghidupi dirinya sendiri dengan kekutaan dan kemauan yang sangat tinggi."Sekarang aku bisa berdiri di kaki ku sendiri." ujar Vania si wanita yang pantang menyerah. "Aku sudah sangat tak sabar menjemput kesuksesan ku." lanjutnya sambil tersenyum sinis di bibirnya dengan tangan kanan membawa sebuah gelas.Tak di pungkiri Vania berjuang sangat keras itu semua di karenakan dendam yang sangat membara di hatinya,Dendam yang ingin segera di lampiaskan olehnya sesegera mungkin.Malam-malam yang dingin menusuk tulang Vania yang baru saja sepulang dari kerjanya dia mesuk ke dalam kamar dan melemparkan badannya di atas tempat tidur.Wanita yang berkulit putih nan mulus itu teringat malam-malam panas saat diri tak sengaja menjalin hubungan panas dengan laki-laki misterius yang tak lain adalah laki-laki kaya raya."Emmm dia sangat mempesona, erangannya masih teringat jelas di benak ku." gumam Vania di dalam hati lalu dia tersenyum tipis di bibirnya.Entah apa yang di pikirkan Vania, perasaan bersalah atau justru perasaan jatuh cinta mengingat momen-momen itu.Tak terasa akhirnya dia pun terlelap tidur.Keesokan harinya dia berangkat untuk bekerja,Dia mengawali hari-harinya dengan penuh semangat untuk melewati batas pencapaiannya. "Yok, yok semangat kamu harus bisa bersaing supaya karya mu bulan ini yang rilis." ujarnya dalam hati.Dan Vania pun yang menaiki transportasi umum melihat di balik jendela orang-orang yang sukses yang sedang berlalu lalang dengan kendaraan pribadinya yang memiliki harga yang mahal."Aku harus bisa seperti mereka."Saat Vania sedang membayangkan dirinya untuk masa depannya,Kepalanya terasa sangat begitu berat, dia merasa jika perutnya merasakan mulas yang teramat yang membuat dirinya ingin muntah."Ahhh kenapa ini ya? Apa jangan-jangan aku mau sakit? " tanyanya pada dirinya sendiri.Dan Vania adalah wanita yang memiliki mental yang kuat dia tak pantang menyerah dia pun melanjutkan untuk tetap pergi bekerja.Dan selama bekerja dia harus berusaha menahan rasa sakitnya...Namun entah kenapa kekuatannya kini mulai berkurang dan dia pun sudah tak kuat lagi,Dan akhirnya dia pingsan.Dan selama dia pingsan dia di bawa ke rumah sakit oleh sahabatnya yang bernama Thalia,Dia adalah seorang sahabat dan juga atasannya,"Vania bangun, ini aku Thalia." bisik Thalia di telinga kanan Vania.Lalu Thalia pun memberikan sebuah obat minyak gosok di hidung Vania,Dan tak lama Vania pun terbangun."Aku di mana ini?" tanya Vania sambil memegang kepalanya, dan dia pun beranjak dari tidurnya untuk duduk setengah berbaring."Sebentar.. sebentar aku bantu." sahut Thalia sambil membantu Vania.Dan Thalia pun menatap Vania dengan tatapan yang sangat mendalam.Seolah wanita yang berambut panjang itu mengetahui apa yang tengah terjadi, dia pun memeluk Vania. "Sabar sebentar lagi dokter datang nanti dokter akan menjelaskan." jawabnya sambil memeluk Vania.Tak lama dokter paruh baya itu masuk ke kamar rawat inap Vania."Selamat siang nona Vania, ini adalah hasil pemeriksaannya." ujar dokter tersebut sambil memberikan selembar kertas hasil pemeriksaan Vania.Dan Vania pun meraih kertas yang berada di tangan kanan dokter tersebut.Dan membukannya.Betapa terkejutnya, ternyata dalam secarik kertas tersebut menyatakan kalau dirinya sedang hamil."Haaahhhh saya hamil dok?" tanya Vania dengan terkejut sekaligus syok.Dokter yang sedang berdiri di depan Vania pun menganggukkan kepalanya sambill tersenyum."Selamat ya sebentar lagi menjadi seorang ibu, untuk obatnya silahkan di tebus di depan." jawabnya dengan senyum yang merekah.Dan dokter tersebut pun berpamitan untuk pergi dan meninggalkan ruang rawat inap Vania.Dan Vania yang sedang duduk setengah berbaring itu sudah tak mrnghiraukan dokter yabg memeriksannya,Dia syok dia pun langsung memeluk Thalia dan menangis meronta-ronta.Matanya begitu sembap,Thalia yang membalas pelukan Vania dan berusaha untuk menenangkan Vania dengan pelukan hangatnya."Sudah, sudah Vania. Ini sudah jalan takdir mu, kamu harus menerimanya, kasihan dia." jawab Thalia sambil mengelus rambut Vania bak seorang ibu yang sedang memeluk anaknya.Dan Vania pun melepaskan pelukannya, lalu menatap Thalia dengan tatapan dalamnya."Aku harus bagaimana sekarang?" tanya Vania yang merasa putus asa.Thalia pun mengusap air mata Vania, "Sudah ya Vania, terima anak ini, dia akan menjadi anak yang akan menjaga mu kelak. Aku akan bantu kamu ke depannya. Aku janji." jawab wanita yang bernama Thalia.Vania pun menganggukan kepalanya, dan mau tak mau harus menerima anak yang berada dalam kandungannya.Kini dalam hidupnya semakin berat.Dia harus berjuang lagi ekstra keras untuk menyambut kelahiran bayi yang tak di inginkannya.Hari demi hari Vania lalui.Tak terasa bulan berganti bulan, perutnya semakin terlihat membesar,Nafasnya mulai terengah-engah.Beban di perutnya semakin berat membuat dirinya tak kuat untuk pergi bekerja,Vania pun duduk di kursi dia pun meraih ponselnya dan menelpon sahabatnya."Hallo Thalia," sapa Vania membuka obrolan di telepon dengan Thalia.Thalia yang berada di sebrang telepon merasa penasaran. "Iya ada apa Vania tumben pagi-pagi telepon." tanya Thalia sahabatnya sekaligus atasanya."Bolehkan aku izin untuk gak masuk kerja hari ini, aku gak kuat berangkat bekerja rasanya badan ku gak kuat untuk jalan." ujar Vania yang menjelaskan kepada Thalia dengan nafas yang sudah naik turun.Thalia pun menghembuskan nafas panjangnya, dia merasa sangat kasihan dengan nasib sahabatnya saat ini."Kamu gak usah khawatir, mulai sekarang kamu bisa kerja dari rumah, kamu bisa mengirim ke surel ku saja. Yang terpenting sekarang kesehatan mu." jawab Thalia yang sangat membantu Vania.Vania pun meneteskan air matanya mendengar itu, dia sangat terharu. menutup teleponnya.Dia pun beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk mendekati sebuah almari yang terdapat sebuah kaca besar menempel di lemari tersebut.Dia menatap tubuhnya yang kian membengkak,Perutnya membesar.Dan dia memutar tubuhnya.Dan dia pun mengangkat kaosnya terdapat garisan stretch mark yang melilit sebagian perutnya,Dari pantulan cermin tersirat sebuah raut wajah yang sayu, sedih dan putus asa.Dan kehamilannya sudah menginjak 8 bulan. Vania pun memeriksakan kehamilannya untuk mengetahui keadaan anaknya di dalam perutnya."Hem mau bagaimana lagi ini, semua sudah takdir yang harus ku jalani." ucapnya sambil berjalan di tengah terik matahari.Dan dia pun mengusap keringat yang keluar dari dahinya dengan punggung tangannya.Sampailah dia di sebuah rumah sakit yang berada di tengah-tengah kota.Wanita yang sedang hamil itu langsung mencari dokter yang di rekomendasikan oleh sahabatnya itu."Selamat siang dok, saya Vania saya di suruh ibu Thalia." ujar Vania yang membuka obrolan dengan dokter separuh baya tersebut.Dan dokter pun tanpa basa-basi langsung menyuruh Vania berbaring lalu memeriksanya.Dokter laki-laki itu tersenyum, "Selamat ya ibu memiliki dua anak laki-laki." ujarnya sambil mengamati monitor yang terpasang besar di dinding ruangan tersebut."Hahhh yang benar dok?" tanya Vania yang terkejut. Vania tak menyangka jika ternyata di dalam perutnya terdapat dua janin yang tumbuh dan berkembang begitu sangat baik.Vania pun syok.Membuat Vania duduk terdiam dia tak bisa membayangkan jika dia harus merawat dua anak secara bersamaan dan dia harus juga bekerja. "Ya tuhan aku harus bagaimana ini?" tanyanya dalam hati yang bingung akan kedepannya.Dan ternyata kehamilannya juga membawa rezeki yang tak terduga.Semenjak itu Vania selalu menghasilkan karya dan karyanya selalu rilis di pasaran dengan nilai yang sangat tinggi membuat kehidupannya mulai berubah berangsur menjadi lebih baik.Bulan berganti bulan tahun berganti tahun. 7 tahun kemudian Vania yang terkenal memiliki nama VA dalam dunia desainer,Kini memiliki pondasi ketahanan ekonomi yang kuat dan dia pun kembali ke negara asalnya bersama dengan kedua anaknya untuk melanjutkan karirnya.Dia kembali dengan segudang prestasi, menjadikan seorang wanita yang sudah berubah jauh dari sebelumnya Menjadi wanita yang mandiri yang bisa mengurus dua anak sekaligus,Yang pasti Vania menjadi wanita yang lebih cantik dengan pribadi yang lebih kuat.Wanita single mom yang memiliki pesona yang nampak luar biasa.Kini Vania sudah sampai di negara asalnya, Sekarang dirinya kini berada di sebuah bandara bersama kedua anaknya, Saat Vania sedang berjalan sambil bertelepon, dia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berdiri yang juga sambil melihat ponselnya"Ahhh." teriak Vania yang terkejut,Vania pun spontan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tasnya."Maaf pak." Vania pun menganggukan badannya sebagai permohonan maaf karena tak sengaja menabrak. "Maafkan saya saya teledor." lanjut ucap Vania.Dan laki-laki yang sedang berdiri sambil memakai sebuah kacamata hitam yang menempel di batang hidungnya itu terdiam.Dia pun mengalihkan pandangannya ke arah wanita cantik yang
Keesokan harinya.Wanita dua anak tersebut harus langsung bekerja.Dia memakai sebuah setelan jas berwarna hitam dengan dalaman memakai kemeja berwarna putih, dengan bawahan rok selutut."Anak-anak kalian di rumah ya, mama harus bekerja. Jika kalian ingin makan ambil sendiri, mama sudah siapin di dapur." teriak Vania yang sedang memasang sepatu yang hendak pergi bekerja.Vero dan Vino lekas keluar dari kamar mereka, untuk melepas kepergian mama mereka pergi bekerja."Ma nanti pulang jam berapa?" tanya Vino yang merasa sedikit susah di tinggal Vania.Maklumlah ini adalah hari pertama mereka di tinggal bekerja karena selama di luar negeri Vania selalu kerja di rumah.Vania pun menatap kedua anaknya."Kalian gak usah khawatir, jika nanti mama pulang, mama akan langsung pulang." ujar ibu dua anak itu.Vero pun memeluk Vania, "Ya sudah mama berangkat kerja, mama gak usah khawatir aku akan menjaga Vino kok ma." sahut Vero sang anak pertama Vania.Mereka adalah anak yang selalu berpikir dewas
Dan wanita cantik itu yang jantungnya berdebar, dia pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruangannya,Dia kembali bekerja dengan perasaan yang tak menentu.Ini adalah hari pertamanya bekerja namun sayang dia bertemu kembali pria yang di temuinya di bandara.Dia yang tak lain pria yang merenggut kesuciannya.Dan Vania pun kembali ke meja kerjanya, dia pun melanjutkan kerjanya yang tertunda.Dia pun memulai menggambar desain sebuah kalung, Vania yang memiliki desain ciri khasnya yang simpel sederhana namun terlihat sangat indah yang jelas dalam rancangannya semua harus memiliki nilai seni."Hemm enaknya ini harus di bagaimana ya? Kenapa aku tak bisa konsentrasi?" tanyanya sendirisambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.Rasanya otaknya seketika tidak bisa berfikir.Dan dia pun mendengus kesal pada dirinya, "Aghhh kenapa aku kurang fokus sih?" lanjutnya sambil menghembuskan nafas panjangnya untuk menetralkan pikirannya.Dan Vania pun beranjak dari duduknya dan dia membuat
Dan laki-laki yang memiliki tinggi 183 cm itu membacanya dengan detail tanap melewatkan satu kata pun.Bola matanya mengikuti setiap kata demi kata yang di bacanya,Dan Hans menelan ludahnya membaca sebuah tulisan riwayat sekolah Vania."Ini adalah sebuah wilayah dimana malam itu terjadi." gumamnya dalam hati..Dan jantungnya pun semakin berdegup dengan kencang.Dan Hans beranjak dari duduknya.Dan dia mengalihkan pandangannya menuju langit yang membiru, untuk menetralkan gemuruh yang ada di dadanya."Sudah ada dua bukti yang mengerucut mengarah ke arah wanita yang bernama Vania Seisilia itu." lanjutnya dalam hati dengan perasaan entah senang atau justru canggung.Keesokan harinya.Di poisisi C3 lagi sedang ramai dengan sebuah rancangan Vita yang sangat fenomenal.Semua para desainer mengerubungi hasil karya Vita.Tak terkecuali Vania, dia sangat kagum dengan desain dari Vita, namun setelah tangannya menyentuh bahan kain yang di gunakan dalam karya Vita membuat Vania mengerutkan alisn
Saat Hans selesai menelepon entah mengapa rasa di dalam dadanya berdegub dengan kencang,Dan dia pun memgang dadanya dengan kedua tangannya."Kenapa jantung ku berdetak tak karuan." Dan dia pun menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali.Itu di lakukannya untuk menetralkan senam jantungnya yang lumayan cepat.Tok too tok..Suara orang yang mengetuk pintu."Masuk." seru Hans dari dalam rungannya.Dan ternyata yang masuk adalah Vania."Selamat siang bapak, ada apa bapak memanggil saya?" tanya Vania sambil berdiri di depan Hans.Hans pun yang tengah duduk dia pun menatap dari bawah tubuh Vania.Dia menatap kaki Vania lalu tatapan itu menjalar sampai atas."Apa kamu yang bernama Vania?" tanya Hans.Dan Vania pun menganggukan kepalanya.Dan Hans pun mempersilahkan duduk."Aku ingin mengetahui siapa kamu?" lanjut Hans.Dan Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, "Mati aku, apa jangan-jangan dia sudah mengetahui siapa aku?" ujarnya dalam hati.Dan Vania berpura-pura
Keesokan harinya."Vero Vino mama berangkat dulu ya kalian kalau mau makan kalian bisa ambil di dapur mama sudah siapin semuanya di dapur," teriak Vania yang sedang memasang sepatunya dan akan bersiap berangkat pergi bekerja.Vero dan Vino pun melangkahkan kakinya mendekati Vania, untuk melepas kepergian mama untuk berangkat bekerja."Kita kapan masuk sekolah ma?" tanya Vero."Iya nih ma aku sudah bosen di rumah." sahut Vino.Vania menjelaskan kepada dua anaknya dengan nada yang amat luar biasa lembut dan mudah di pahami oleh kedua anaknya."Nanti mama ke sekolah kalian dulu, mama mau membayar perlengkapan yang belum mama bayar dan besok kalian bisa sekolah." ujar Vania yang menjelaskan kepada anaknya.Mereka pun berpelukan bersama, Vania pun pamit kepada kedua anaknya untuk bekerja. "Ya udah ini sudah siang, mama berangkat dulu ya anak-anak, jika ada apa-apa kalian bisa telepon mama." lanjutkan sambil membuka pintu apartemennya untuk keluar.Vania melambaikan kedua tangannya,"D
Hans pun menelan ludahnya, dan dia pun menatap lekat-lekat dua anak yang berada di depannya.Dua anak yang tampan dengan wajah yang putih sediki kemerahan.Dan Hans mengangguk-nganggukan kepalanya sendiri mendengar cerita mereka."Iya sudah kalian makan dulu ya, kalau sudah selesai nanti kalian paman antar pulang." seru Hans.Dan kedua anak kembar yang berada di depannya makan begitu lahabnya, membuat hati Hans sangat teriris-iris."Paman gak udah antar kita pulang, kita bisa pulang sendiri nanti." iawab Vero sambil makan.Ya bagaimana tidak sakit hatinya Hans mengingat dirinya selama hidup tak pernah kekurangan makanan bahkan selalu makan-makan yang sehat dan tentunya gizinya selalu terpenuhi.Lalu melihat kedua anak di depannya yang makan seperti orang yang tak pernah makan."Paman kenapa tidak di makan?" sahut Vino.Hans yang sedang melamum dan berperang dengan pikirannya membuat dia terkejut, "Oh iya, paman akan makan." jawab Hans sambil menyendokan makanan dan memasukan kedalam
Di dalam kamar Vania yang sedang berdiri sambil menyilakan tangannya di dada, dia terus saja marah-marah kepada Vero.Vannia menumpahkan rasa kesalnya kepada Vero, karena sudah lancang membawa seseorang yang baru di kenalnya."Sudahlah ma, ayo kita keluar kasihan ada tamu," ujar Vero yang merasa sedikit malu kepada Hans yang mengetahui tingkah mamanya yang sedang tantrum."Ya sudah aku minta maaf ma, kami salah. Sekarang mama keluar tolong temui orang yang menolong kita. Please ma harga tamu kita." lanjut Vero dengan sedikit memelas dengan sedikit memohon serta mengalah bahkan meminta maaf.Vero berusaha memberanikan dirinya menghadapi tingkah mamanya yang gampang berubah-ubah moodnya mengalahkan kecepatannya perkiraan cuaca yang selalu berubah-ubah di tiap jamnya bahkan menitnya.Membuat Vero kembali memohon dan terus memohon bahkan bersujud.Vania yang sedang kesal kepada kedua anaknya dia pun terdiam,Dia pun mendengus kesal."Iyalah, iyalah." gerutu Vania.Dan dengan terpaksa ib