Share

Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas
Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas
Penulis: Kerry Pu

1. Fitnah dan Pengkhianatan

Penulis: Kerry Pu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 17:27:07

"Dasar, cewek bispak!"

Kata rendahan itu menggebrak dan menyakiti pendengaran Vella saat ini. Dia menatap nanar cowok ganteng berwajah suram yang kini tengah berdiri di depannya.

"Rino, apakah kamu tidak bisa mempercayaiku? Aku benar-benar tidak merayu juri itu, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, dia masuk ke ruanganku begitu saja tanpa bisa aku cegah."

Untuk kesekian kalinya Vella mencoba menjelaskan pada Rino, tapi kini suaranya tak seantusias sebelumnya, binar wajah Rino yang sangat terluka seakan melumpuhkan kekuatan Vella.

"Aku ingin mempercayaimu, Vel. Tapi bukti menunjukan bahwa kamu ...." Rino tak sanggup melanjutkan kalimatnya kala melihat pakaian Vella yang terkoyak dan sudah tidak karuan rupa bentuknya.

Vella pun lemas, tangan yang tadinya memegang lengan sang kekasih jatuh tak bertenaga layaknya kehilangan nyawa setelah menangkap kekecewaan di wajah Rino.

Sepertinya kepercayaan itu benar-benar sudah hilang dari kekasihnya. Vella mulai putus asa.

Pendengaran Vella masih menangkap suara teman-temannya yang terus berbisik-bisik, mencibir, dan menatap jijik ke arahnya.

Bahkan dia juga menangkap senyum mengejek dari Andin yang tidak lain adalah adik tirinya.

Namun, setelah Rino menatapnya, tiba-tiba air wajah Andin berubah drastis, wajah yang tadinya mencemooh mendadak menjadi sangat sedih dan prihatin kala menatap Vella.

"Kak, kamu tidak apa-apa 'kan? Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana kamu bisa mengkhianati kak Rino?" Pertanyaan yang berkedok perhatian dari Andin seperti sedang menabur garam pada luka yang dirasakan Rino saat ini.

Vella tahu, Andin selalu iri dengan apa yang dia punya, tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membuatnya putus dengan Rino.

"Puas kamu sekarang?" tanya Vella dingin pada adik tirinya yang terlihat sedih.

"Kakak ... kepuasan apa yang aku dapat dari semua ini? Aku hanya khawatir sekarang kamu tidak bisa mengikuti kompetisi model, setelah kamu merayu salah satu juri."

Kepedulian di wajah Andin benar-benar tak bisa disangkal, terlebih perangainya yang lembut dan imut itu, jelas sangat mengelabui.

Semua orang tidak akan menyangka jika di belakang, Andin selalu ingin menjatuhkan Vella.

Dan benar, beberapa saat kemudian kepala sekolah mengumumkan bahwa Vella didiskualifikasi dari perlombaan. Bahkan dia mendapat ancaman akan dikeluarkan dari sekolah.

Rona pahit menyambangi wajah Rino, ada rasa sakit, tapi juga kasihan menatap kekasihnya tertegun dengan wajah nanar yang terus meneteskan air mata.

Tapi setelah ingat gadis pujaan hati dalam dekapan laki-laki dewasa dengan keadaan tak karuan rupa, jelas pemandangan memalukan itu sangat menyakiti perasaannya.

Satu-satunya kebaikan yang ingin Rino lakukan adalah melepaskan jaket yang dia kenakan, kemudian menyelimutkan pada tubuh Vella yang kini tengah mengenakan pakaian terkoyak. Lantas dia pergi begitu saja tanpa berucap apa-apa.

"Kak, kamu tunggu di sini ya, aku akan menelpon papa. Aku tidak bisa terus menemanimu. Aku harus mengikuti kompetisi lomba," ucap Andin lembut, padahal tujuan dari kata-kata tersebut adalah memperjelas bahwa Vella sudah ditendang dari perlombaan bergengsi di sekolah.

Beberapa saat yang lalu Vella baru datang ke sekolah dan masuk ke ruang ganti, dia ingin bersiap untuk mengikuti kompetisi model di sekolah.

Tidak lama setelah dia masuk ke ruangan, seorang pria dewasa juga ikut masuk dan menyerangnya tanpa aba-aba.

Vella sangat ketakutan, dia berusaha keras melawan laki-laki tersebut.

Tapi seberapa kuat dia mencoba, dia tetap harus mengakui bahwa tenaga seorang pria memang jauh lebih besar dari tenaga seorang gadis.

Kemeja biru yang dia kenakan terkoyak, dan menampakan kulit bahunya yang putih.

Vella mencoba berteriak. Namun, mulutnya dibekap, hingga dia mulai kesulitan mengeluarkan suara.

Satu-satunya yang menyelamatkan Vella saat itu adalah dobrakan pintu dan memperlihatkan begitu banyak orang yang menyaksikan dia dalam kondisi menyedihkan.

Vella benar-benar sangat bersyukur, pria bejat itu belum sempat merenggut kesuciannya.

Dia meminta pertolongan pada teman-teman dan para guru yang melihat kejadian itu.

Tapi laki-laki tersebut malah memutar balik fakta, bahwa Vella yang merayu terlebih dulu, demi memenangkan kompetisi model.

Sekarang Vella terpojok, dan tidak ada satupun yang mempercayainya. Bahkan dia baru saja kehilangan kepercayaan kekasih yang dia harapkan untuk mendukung.

Vella kembali tertegun sendirian menatap semua orang yang berangsur-angsur menjauh, setelah memberinya tatapan jijik dan ujaran mencela.

Dengan lemas Vella menyeka air mata, kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam saku.

Vella tak sanggup menyembunyikan isakan tangis kala menelpon mama kandungnya. "Ma ...."

"Vella, ada apa? Kenapa kamu menangis? Mama sudah tiba di bandara, sayang. Mama akan segera datang ke sekolahmu, jangan menangis, tetap semangat ya, kamu pasti menang."

Vella semakin terisak mendengar ungkapan semangat dari sang mama. Membuat perempuan di ujung telepon panik dan bertanya. "Vella, ada apa?"

Dengan susah payah Vella menjawab pertanyaan mamanya. "Ma, aku didiskualifikasi dari perlombaan. Aku difitnah."

"Difitnah bagaimana? Kamu sudah memberitahu papa belum?" Nada suara di seberang masih terdengar panik.

"Belum, papa pasti marah, Ma. Kepala sekolah mengancam akan mengeluarkan aku dari sekolah."

Meski belum mengerti situasi seperti apa yang sedang dialami putrinya, wanita di seberang masih mencoba menenangkan. "Baiklah, baiklah, jangan panik, mama akan segera datang ke sekolah. Kamu tunggu ya, tidak akan terjadi apa-apa denganmu, kamu adalah putri mama yang hebat, kamu tidak akan dikeluarkan dari sekolah."

Panggilan terputus, ucapan mama kandung Vella cukup membuat hati gadis tersebut sedikit tenang.

Tertegun cukup lama menunggu mamanya tiba. Sampai getaran ponsel membuyarkan lamunan sunyi. Vella menengok ke layar ponsel yang ternyata panggilan dari rumah.

Segera suara tangis sesenggukan mengejutkan Vella dari ujung sana. "Non, nyonya Vita mengalami kecelakaan, sekarang sedang kritis di rumah sakit."

Seakan nyawa Vella meloncat dari tubuh untuk kedua kali, mendengar mama kandungnya kecelakaan.

Vella menyahut tas ransel yang tergeletak di sebelahnya. Lantas berlari pergi dengan langkah tergesa-gesa.

Namun, di sebuah lorong yang sepi, dia kembali dihantam kenyataan pahit yang menghancurkan hatinya.

Rino kekasihnya, kini sedang berdiri berhadapan dengan Andin. Wajahnya datar, namun dia tidak mengelak ketika Andin berjinjit dan menyatukan daging lembut warna merah muda di bibirnya.

Perasaan marah dan dikhianati secara alami menggebrak hati Vella atas pengkhianatan ini.

Sementara alis Andin saat ini sedikit terangkat menangkap kehadiran Vella di lorong tak jauh dari tempanya memeluk Rino.

Seketika senyum mencela muncul di sudut bibir Andin mengejek Vella .

Perlahan Andin memutus ciuman guna mengucapkan kata untuk mematahkan hati Vella yang terluka.

"Kak Rino, aku mencintaimu. Seperti yang aku katakan sebelumnya, tidak ada yang lebih mencintaimu selain aku."

Bab terkait

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    2. Kita Putus

    "Vella, jangan takut. Kamu adalah anak yang kuat. Kamu pasti bisa melewati segalanya. Mama sangat percaya, suatu saat kamu akan bersinar layaknya mutiara di tengah samudera." Kata yang diucapkan mendiang mamanya masih terngiang di benak Vella, gadis tersebut tak bisa menahan tangis pilu di depan gundukan tanah basah yang bertabur bunga. Setelah mendapatkan penghianatan kini Vella juga harus menelan pil pahit bahwa ibu kandungnya telah meninggal. Saat itu rintik hujan turun, seorang wanita berpayung hitam menunduk dan mulai membujuk. "Vella, ayo kita pulang, Nak. Mamamu pasti akan sedih jika kamu terus seperti ini." Dia adalah Indina, ibu tiri Vella. Sikapnya lembut dan penuh kasih, hingga Vella tak dapat menolak kebaikannya Mobil sedan berwarna hitam menembus kabut putih, di bawah guyuran air hujan yang semakin deras. Suasana berkabung masih terasa kental, kala tiba di kediaman Arganta. Vella berbaring menyamping dengan sudut mata mengalirkan cairan bening yang menembus bantal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    3. Terjebak pada Hubungan Rusak

    Teng! Teng! Teng! Lonceng berbunyi, setelah dua jam mata pelajaran berlalu. Semua anak sudah pasti bersiap menuju kantin. Begitu juga dengan Vella, setelah memasukan bukunya ke dalam tas dia juga segera beranjak dari tempat duduk. Namun, saat dia ingin melangkah Rino terlihat menghadang di depannya. "Kita harus bicara," ucap Rino datar. Dengan raut wajah datar dan dingin Vella pun menyambut. "Katakan." Rino menghela napas sejenak sebelum berucap, "Kamu tidak perlu seperti ini, Vel. Kamu tidak perlu rendah diri karena kejadian yang menimpamu seminggu yang lalu. Oke, aku minta maaf, karena saat itu aku kecewa padamu, aku syok melihatmu dalam dekapan laki-laki itu. Tapi sekarang aku tahu, kamu tidak akan pernah mengkhianatiku." Senyum penuh ironi hinggap di sudut bibir Vella. "Rendah diri? Cih!" Mendengar ucapan Vella yang terdengar sarkas, alis Rino pun mengernyit. "Vella, aku benar-benar minta maaf." Perlahan kelopak mata Vella terangkat ketika menatap Rino. Manik hita

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    4. Tak Ingin Melepaskan

    Vella yang melihat tatapan aneh dari Samuel menjadi sedikit tak enak hati. Kemudian menyumpit dinsum lagi, dan mengulurkan pada Samuel. "Mau?" tanyanya. Seketika senyum Samuel mengembang. Dia segera membuka mulut untuk menyambut suapan dari Vella. Tapi mulutnya bagai menangkap angin, ketika Samudera dengan cepat memegang tangan Vella dan mengarahkan dinsum tersebut ke mulutnya. "Kak, Sam. Itu milikku!" pekik Samuel kesal, karena dimsum tersebut sudah masuk ke mulut kakaknya. Samudera hanya bergeming, dia sama sekali tak menanggapi kekesalan adiknya. Sementara Vella semakin terbengong, tidak tahu apa yang harus dilakukan melihat tangannya dipegang Samudera. Sedangkan Samuel saat ini mulai menggerutu dalam hati. 'Benar 'kan? Aku bilang juga apa? Kakakku itu sangat pelit, bagaimana dia bisa berbagi makanan dengan seorang gadis? Ini sangat mencurigakan!' "Sejak kapan kalian berpacaran?" Tiba-tiba Samuel menyeletuk membuat Vella tersedak. "Uhuk! Aku ... kami tidak ...." "Mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    5. Ternyata Kamu

    Di dalam mobil Rino. Suasana terlihat kaku lantaran tak ada percakapan. Vella sama sekali tak menunjukan senyuman, dia juga tampak enggan menatap Rino. Rino sendiri sangat canggung, meski sejak kecil mereka tumbuh bersama, sampai orang tua mereka menjodohkan. Namun, tak ada hal lebih yang mereka lakukan selain bergandengan tangan. Vella juga terlihat sangat disiplin, hingga Rino tak berani bertindak sembarangan. "Maaf." Akhirnya Rino membuka percakapan. Tak ada tanggapan dari Vella, dia masih bersikap tenang tanpa menunjukkan emosi. "Maaf, aku memang salah, Vel. Tapi sungguh, dalam lubuk hatiku yang paling dalam hanya ada kamu di hatiku. Semua itu bukan keinginanku, itu murni inisiatif adikmu sendiri." Rino mencoba menjelaskan. "Kamu tidak menolak, apa kamu sangat menikmatinya?" Pertanyaan Vella seperti serpihan es tajam yang menusuk jantung hati Rino. Rino menatap Vella lekat, gadis tersebut masih enggan melihatnya, bahkan ekspresinya masih sama, tanpa emosi. Rino mengembuska

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    6. Halus dan Polos, tapi Menikam

    "Vella, kenapa kamu terdiam? Cepat telepon Edgar," sentak nenek Lola mengejutkan Vella. Kilat mata Vella menatap nenek Lola sekilas. Dengan tenang dia menurunkan gagang telepon dan meletakan pada tempatnya perlahan. Lantas menjawab, "Iya, Nek." Kemudian Vella mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Edgar sesuai titah nenek Lola. Kembali Vella berjalan dengan tenang untuk menaiki tangga, dan wajahnya mendongak ketika mendengar suara lembut Indina. "Vella, kamu sudah pulang, Nak?" Seketika mata Vella memicing tajam, sungguh memuakkan dua wajah yang berbeda ini. 'Menyedihkan sekali ternyata selama ini aku tertipu,' batin Vella kesal bercampur kemarahan, namun raut wajahnya masih terlihat tenang. Indina terlihat mendekat dan menyentuh pipi Vella dengan lembut. Senyumnya merekah indah dan terlihat sangat manis, sikap ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang apa Vella dengar di balik telepon sebelumnya. Kerutan di alis Vella memudar, wajahnya menjadi datar dan dingin, kala dia b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    7. Apa Papa Percaya?

    Tangis Andin menggema dengan sangat memilukan, diikuti Vella yang memiringkan wajah ke arah pintu. Vella tersenyum simpul. Kini dia tahu penyebab terjatuhnya Andin secara mendadak.Ternyata adiknya yang penuh muslihat sudah menangkap kedatangan papa mereka hingga gadis busuk itu bertindak rendahan untuk menjatuhkannya.Edgar mendekat ke arah Andin dan membantunya berdiri. "Apa yang terjadi? Seharusnya kamu tidak melakukan ini pada adikmu?"Dengan santainya Vella kembali duduk di tempat tidur, dan bertanya, "Memang apa yang aku lakukan?""Vella ...." Edgar sungguh tak mengerti dengan sikap dingin putri sulungnya ini."Lain kali papa harus memasang CCTV di setiap ruangan, agar papa tahu apa yang dilakukan adik kesayanganku ini," ucap Vella tenang, dia sangat yakin meskipun dia mengatakan yang sebenarnya, Edgar tidak akan percaya melihat Andin yang sangat teraniaya seperti itu.Adiknya ini benar-benar sangat hebat, menuntun orang untuk melindunginya meski sebenarnya dia bukan korban.Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    8. Aku Tidak Suka Orangnya

    Pagi kembali menyingsing. Dua gadis cantik berseragam SMA tengah menuruni tangga menuju ke ruang makan di mana kedua orang tua dan nenek mereka sudah duduk dengan tenang di sana."Pagi semuanya ...," sapa Andin dengan ceria seperti biasanya.Sementara Vella hanya menarik kursi dengan tenang dan duduk di sebelah nenek Lola."Bagaimana malammu?" tanya nenek Lola sembari menyentuh tangan Vella.Vella tersenyum tipis dan menjawab, "Indah."Nenek Lola tergelak ringan mendengar jawaban singkat dari cucu sulungnya yang selalu irit kata."Nenek, kamu tidak ingin menyapaku juga?" Andin terlihat merajuk dengan suara manjanya.Nenek Lola kembali tergelak. "Tentu saja nenek akan menyapa. Tapi melihat wajahmu yang ceria ini tentu saja nenek tahu tadi malam kamu mimpi indah.""Nenek benar," jawab Andin cepat dan tersenyum lebar sembari membalik piringnya.Indina juga tergelak ringan mendapati keceriaan pagi ini. Setelah menyajikan menu makanan di piring Andin, Indina berkata lembut sembari menyendo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    9. Kamu Ingin Tahu Bagaimana Rasanya Sakit?

    Kedatangan Vella dan Rino di sekolah kembali menuai sorotan. Setelah apa yang terjadi mereka malah jalan bergandengan di koridor sekolah. Memupus keinginan siswi yang ingin menarik perhatian Rino yang memang mempunyai wajah rupawan.Tidak lama kemudian Andin juga tiba di sekolah, dia berjalan di belakang menatap dua punggung dengan binar ketidaksenangan.Mendadak langkahnya terhenti, manakala melihat pasangan di depan juga berhenti. Sedikit matanya melirik papan pengumuman. Ada dua poster besar yang menarik perhatian Vella di sana.'Oh, kamu ingin mengikuti kompetisi panahan?' batin Andin mencibir.Lengkungan senyum merekah indah di bibir Rino kala tahu kemana arah pandang Vella, kemudian ia berkata, "Kamu harus mengikuti kompetisi itu. Kali ini aku yakin kamu pasti kembali menang."Vella juga menarik kedua sudut bibirnya ke samping, hingga membentuk senyum setipis tisu.Dia memang berencana mengikuti kompetisi tersebut, dua tahun terakhir Vella memenangkan kompetisi panahan secara be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    132. Dia Bukan Adikmu

    Vella perlahan menatap Samudera lembut, senyumnya tertarik samar kemudian bertanya, "Kamu yang melakukan semua ini?"Samudera menatap Vella sejenak, memang iya, dia yang mengatur semua kesialan yang menimpa Andin saat ini. Sejak awal dia sudah curiga bahwa Andin akan berulah sebelum olimpiade panahan dimulai agar Vella didiskualifikasi seperti saat perlombaan fashion show dulu.Karena itu Samudera terus mengawasi Andin, dia juga yang menukar jus jeruk yang mengandung afrosidiak saat Andin terpesona dengan ketampanannya. Hingga jus jeruk yang dibumbui obat cinta itu Andin minum sendiri pada akhirnya.Samudera juga mengatur seseorang untuk memberikan mawar essens di kamar nomor 202 dan menukar nomor tersebut dengan 201. Barulah ketika laki-laki hidung belang itu masuk ke dalam kamar Andin. Nomor itu dikembalikan ke tempat semula.Setelah itu Samudera memanggil adik-adiknya untuk bermain poker di kamar Vella. Mengejutkan gadisnya yang baru saja tiba.

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    131. Akhir Kebusukan Andin

    "Mumu, kamu ini kenapa? Gintuan apa?" tanya Vella terkejut melihat kedatangan Samuel yang mendadak.Tapi Samudera, ia malah tersenyum. Melihat adiknya mimisan, ia sudah tahu apa yang terjadi. Dengan pelan Samudera memanggil, "Sini!"Samuel mendekat dengan patuh, lantas duduk di lantai sambil mendongakkan wajah.Segera Samudera meraih tisu kemudian mengelap hidung adiknya dengan lembut dan telaten seperti kakak yang baik.Vella tidak ingin mempedulikan tingkah kakak beradik yang kadang penuh penindasan, tapi kadang juga hangat dan lembut membuat hati orang meleleh seperti ini. Ia segera keluar memeriksa apa yang terjadi.Semua orang berjubel memenuhi kamar no. 202, Vella pun menelusup masuk di sela-sela kerumunan semua orang. Harum aroma mawar pekat segera memenuhi ruang hidung Vella.Keterkejutan tak bisa dielakkan manakala berhasil menerobos kerumunan orang banyak."Andin!!!" Itu hardikan seorang kakak yang kecewa terhadap kelakuan adiknya.Andin yang menangis terisak sambil menutupi

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    130. Disuruh Nonton Begituan

    "Tu-tuan muda kedua?" Kepala sekolah langsung gagap mendengar pertanyaan Samuel.Sementara semua orang masih tercengang melihat pemandangan ini. Di atas kasur ada Samuel, Zio, Zoya dan juga Sabrina yang sedang bermain poker.Sementara di sofa single ada Samudera yang duduk dengan tenang sembari memainkan ponsel.Tentu saja semua orang bertanya-tanya, bagaimana para tuan muda ini bisa di kamar Vella?Terutama Rino yang pernah mencurigai Samudera adalah kekasih tersembunyi Vella. Sekarang terkaan itu semakin kuat."Kalian ngapain ramai-ramai masuk ke sini? Ingin ikut bermain poker bersama kita?" Lagi Samuel bertanya ketus."Tuan muda kedua, sepertinya ini hanya salah paham. Tadinya kami mendapat laporan yang tidak pantas, jadi kami buru-buru datang ke sini." Kepala sekolah mulai menjelaskan."Laporan tidak pantas apa?" Samuel kembali bertanya ketus."Katanya Vella membawa laki-laki ke kamarnya, makanya kami ingin

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    129. Kamar No. 201

    Saat Andin duduk tenang bersama Vella nyatanya Rino juga tak bisa menahan diri untuk mendekat ke arahnya. Saat itu juga Vella mulai merasa tidak nyaman. Dia menghabiskan jus jeruk yang ia pegang kemudian beranjak berdiri."Vel, kamu mau kemana?" tanya Rino segera."Bukan urusanmu." Vella berlenggang pergi usai menyelesaikan kalimatnya.Senyum Andin semakin merekah ketika melihat gelas Vella kosong. Ia juga sudah tidak tertarik berdiam diri di tempat itu."Kak Rino, aku akan beristirahat. Besok aku akan berkompetisi, jadi aku harus mempersiapkan diri dengan baik. Aku pergi dulu ya." Tidak menunggu jawaban dari Rino, Andin segera berdiri dan menyusul Vella.Vella sadar itu, sesampainya di koridor wisma atlet, ia menghentikan langkah dan menatap Andin lekat."Kamu mau apa?" tanya Vella dingin."Aku … aku mau kembali ke kamarku, Kak. Kamu menginap di kamar nomor berapa? Aku di kamar nomor 202."Vella mendengkus ding

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    128. Jus Jeruk

    Vella tertegun sembari berbaring menyamping di tempat tidurnya tanpa merasakan kenyamanan.Pandangannya kosong, sesekali diwarnai dengan embusan napas kasar yang terasa hangat menyentuh ujung bibir.Sampai telinganya mendengar suara pintu terbuka, perlahan Vella segera memejamkan mata.Tempat tidur bergoyang ringan, aroma maskulin semakin mendekat diikuti pelukan hangat dari belakang."Kamu sudah tidur?" bisik Samudera di dekat telinga Vella.Vella bergeming, tak ingin merespon pertanyaan Samudera. Dia tidak ingin meledak, hanya mencoba meredam kekacauan hati seorang diri.Kecupan sayang Vella rasakan di atas telinganya. Berikut suara rendah yang menenangkan."Jangan takut, aku tidak akan pernah meninggalkanmu."Meski Vella tidak terisak, tapi Samudera tahu Vella baru saja menangis. Bantal yang basah sudah cukup mewakili perasaan Vella saat ini.Kecupan sayang itu kembali mendarat, pelukan Samudera juga

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    127. Aku Ingin Lebih Cepat!

    Suara serak di depan pintu yang masih tertutup juga menarik perhatian Edgar untuk menoleh. Sementara Vella langsung menatap Samudera seakan berkata, 'Lakukan sesuatu!'Kedatangan kakek Baswara secara mendadak di hadapan Edgar, tentu akan menimbulkan masalah lain.Sebaiknya hanya sedikit orang yang tahu tentang pernikahan Vella dengan Samudera, paling tidak sampai mereka lulus sekolah.Samudera pikir juga begitu, saat ini dia belum menemukan keberadaan Vita. Membiarkan Edgar dan kakek Baswara bertemu pasti akan membuat masalah lebih runyam.Samudera segera meraih ponsel dan mengirim pesan dengan cepat."Apa kamu datang bersama seseorang di sini?" tanya Edgar pelan.Tapi belum sempat Samudera menjawab, suara gaduh di luar kembali terdengar."Kakek salah tempat, acaranya bukan di sini. Ayo, Kek. Mama dan papa sudah menunggu!""Kakek jangan jauh-jauh dari kami, aku mau menagih oleh-oleh kenapa sudah hilang?""Atau jangan-jangan Kakek datang dengan tangan kosong ya hingga ingin menghindari

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    126. Kakek ….

    Di restoran Galaksi Samudera sudah duduk dengan tenang di mansion 8, ruangan eksklusif yang dia pesan setelah menerima telepon dari Vella bahwa Edgar ingin bertemu. Seperti biasa, Samudera selalu tenang sama sekali tidak menunjukkan kepanikan. Berbeda dengan Vella saat ini, ia mulai sedikit gugup sambil berjalan di sebelah Edgar menuju ke mansion 8. Ini pertama kalinya Edgar bertemu dengan Samudera, Vella takut Edgar akan memberi pertanyaan aneh dan juga menekan. Samudera memang seperti orang asing yang tiba-tiba muncul di kehidupan Vella. Jadi kemungkinan besar Edgar akan lebih protektif terhadap Vella. Sembari merengkuh lengan papanya, Vella mulai berbisik, "Pa, nanti Papa jangan memberi pertanyaan yang aneh-aneh ya? Jangan menakut-nakutinya." Permintaan Vella ini segera menciptakan senyum geli yang terlihat samar di bibir Edgar, ia pun menjawab santai, "Kalau takut ya putus saja." "Tch … mendadak aku menyesal mengajak papa bertemu dengannya," gerutu Vella lirih, tapi masih bi

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    125. Telepon Pacarmu Papa Ingin Bertemu

    Di sofa ruang bacanya Edgar tertegun sendirian menatap sebuah foto kebersamaannya dengan Vella dan Vita sebelum Andin dan Indina tiba. Dulu mereka sangat bahagia layaknya keluarga yang sempurna, tapi Edgar menghancurkan semuanya dengan sebuah penghianatan.Sekarang rasa bersalah itu seperti menumbuknya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Edgar sadar semua rentetan masalah ini berawal dari penghianatannya terhadap Vita, hingga Vella juga harus menanggung dampak dari perbuatannya.Sekarang dia tidak punya sanggahan jika Vella menilainya sebagai seorang ayah yang buruk. Edgar sendiri juga merasa dirinya bodoh dan hanya menciptakan kesedihan di hati anak dan istrinya.Setelah mengkhianati istri cantik yang setia, dia malah membuang dan menelantarkan Vella di luar sana. Kata 'bajingan' sepertinya tak cukup untuk menggambarkan dirinya saat ini. Edgar sadar itu.Edgar tidak menoleh ketika seseorang hadir di sebelahnya tanpa berkata, dia tahu itu Vella. Hanya saja dia tidak punya kata-k

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    124. Kesalahpahaman yang Mulai Terurai

    Waktu terus bergulir, langit yang tadinya terang kini sudah menggelap. Notifikasi di ponsel Vella pun seakan tak berhenti bergetar mengingatkan Vella untuk segera kembali. Diam-diam nenek Lola memperhatikan Vella yang terus mengulum senyum sembari membalas chat. Sudah pasti itu Samudera yang mulai rewel karena ditinggal lama. Vella jadi merasa mempunyai bayi besar sekarang. "Namanya siapa?" Tiba-tiba nenek Lola bertanya dengan suara seraknya yang bernada lembut. Vella yang berbaring tengkurap di sebelah nenek Lola segera mendongak dan menaikan alis sembari tersenyum. "Perlihatkan pada nenek, seperti apa wajahnya?" Kedekatannya dengan nenek Lola membuat Vella tak ragu untuk menunjukkan foto Samudera kepadanya. "Pantas saja, mata cucu nenek memang tidak pernah salah. Sangat tampan," ucap nenek Lola memuji paras mulia seorang Samudera. Vella tersenyum girang lantas memeluk neneknya dan berkata, "Nenek, apakah Nenek baik-baik saja jika aku pergi? Sebenarnya malam ini aku ada janji

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status