Extraordinary Captain

Extraordinary Captain

last updateLast Updated : 2021-10-18
By:  Jahikunie  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
31 ratings. 31 reviews
19Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Synopsis

Murid

Langit kelabu, sesekali menampakkan kilatan di jauh sana, setelah gelegar bunyinya masuk ke pendengaran. Walaupun hujan akan turun, tapi tidak meredam bunyu pantulan basket di tengah lapangan. Bola yang dipantulkan, tetapi hati yang terpacu. Dari sinilah semua dimulai.

View More

Latest chapter

Free Preview

01 Resiko

Langit kelabu, sesekali menampakkan kilatan di jauh sana, setelahnya bunyi gelagar akan mengepung pendengaran. Walaupun hujan akan turun, tapi tidak meredam bunyi pantulan bola basket dan decitan sepatu yang dibawa kabur sana-sini di lapangan sekolah, larut bersama sorakan dari para pemain. Bau itu datang lagi, bau yang hadir di beberapa hari terakhir. Karena cuaca penghujan, bau selokan di samping bangku tunggu menguar ke seluruh penjuru.Berjam-jam gadis itu menunggu jemputan, tapi tak kunjung datang, penyebabnya karena ia lupa tak membawa handphone. Converse-nya terus menari-nari, kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri, tapi tetap tak ada tanda-tanda seseorang menghampiri.Benar saja, tak lama hujan turun. Para pemain basket ikut memenuhi bangku tunggu, gadis itu sedikit bergeser, memberi ruang untuk mereka. "Kok belum pulang, Dek?" Tanya salah satu cowok di sampingnya. Astaga, dia yang merupakan salah satu cowok yang masuk list

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Cadburry♥
Ih seru bngt :" Lanjut kak semangat!
2021-09-25 14:45:55
1
user avatar
Ryuzy_hdr
penasaran :" ayo kak lanjutt semangat!!
2021-09-23 15:40:31
1
user avatar
elhrln
ayo lanjuttt
2021-09-21 07:09:24
1
user avatar
Andi Sasa
Amazing. Good luck ya.
2021-09-20 22:49:50
1
user avatar
Zhi
Bikin penasaran
2021-09-20 13:26:00
1
user avatar
I'm okay
Semangat kak!
2021-09-20 11:54:54
1
user avatar
Nicholas Underwood
A very good book.
2021-09-20 10:39:21
1
user avatar
Sung Rae Ri
Bikin penasaran ceritanya, lanjut Kak!!
2021-09-20 09:00:47
1
user avatar
Evhae Naffae
Keren, lanjuut dan semangatt ya kak .........
2021-09-20 08:15:10
1
user avatar
Senja99
Seru dan menarik
2021-09-20 05:35:21
1
user avatar
Penulis Lepas
Keren kak lanjutkan lagi ya
2021-09-20 04:42:17
1
user avatar
Rafaiir
Karya pertama, semangat, Kak
2021-09-19 21:34:20
1
user avatar
Biru Tosca
Bagus... semangat ya ...
2021-09-19 21:21:50
1
user avatar
Intan lestari
Lanjutkan thor ...
2021-09-19 21:07:13
1
user avatar
CahyaGumilar79
Keren ceritanya bagus dan menarik enak dibaca ......️ ...️......
2021-09-12 14:35:24
1
  • 1
  • 2
  • 3
19 Chapters

01 Resiko

Langit kelabu, sesekali menampakkan kilatan di jauh sana, setelahnya bunyi gelagar akan mengepung pendengaran. Walaupun hujan akan turun, tapi tidak meredam bunyi pantulan bola basket dan decitan sepatu yang dibawa kabur sana-sini di lapangan sekolah, larut bersama sorakan dari para pemain. Bau itu datang lagi, bau yang hadir di beberapa hari terakhir. Karena cuaca penghujan, bau selokan di samping bangku tunggu menguar ke seluruh penjuru.Berjam-jam gadis itu menunggu jemputan, tapi tak kunjung datang, penyebabnya karena ia lupa tak membawa handphone. Converse-nya terus menari-nari, kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri, tapi tetap tak ada tanda-tanda seseorang menghampiri.Benar saja, tak lama hujan turun. Para pemain basket ikut memenuhi bangku tunggu, gadis itu sedikit bergeser, memberi ruang untuk mereka. "Kok belum pulang, Dek?" Tanya salah satu cowok di sampingnya. Astaga, dia yang merupakan salah satu cowok yang masuk list
Read more

02 Diketuk

"Revan pulang!" Suara Revan menggema ke seluruh sudut rumahnya. Ia menengok beberapa ruangan tapi tidak menemukan siapapun."Maaf, mas. Bapak sama ibu lagi keluar." Muncullah Mbak Hesti, orang yang membantu ibu Revan membersihkan rumah."Kemana, Mbak?""Saya nggak tahu, tapi tadi buru-buru." Jawab wanita berambut hitam legam itu.Revan mengangguk."Ya udah, Mas. Saya pulang dulu," pamit Mbak Hesti. Ia memang tidak tidur di rumah orang tua Revan, karena jarak rumahnya yang dekat dan anaknya masih kecil. Ibu Revan juga memberi kebebasan, jika pekerjaannya sudah selesai, ia boleh pulang.Revan berjalan menuju kamarnya, hendak melepas jersey tapi,Plak!Biji rambutan berhasil lolos menerobos jendela, ia menengok ke luar jendela. "Papa nganter mama ke Jogja," ucap seseorang yang nangkring manis di dahan pohon ramputan yang letaknya tep
Read more

03 Leader

"Duduk dulu, nak. Tante ambilin minum," wanita dengan daster itu berbalik menuju dapur untuk mengambil minum."Jadi, kamu pacarnya Vanes?" Tanya ayah Vanessa mengintimidasi, maniknya menyorot lensa Revan tegas. Vanessa yang disebut-sebut, menggelengkan kepalanya kuat."Bukan, Om. Cuma teman aja. Ini dari papa," Revan menyerahkan rantang yang tadi ia bawa ke hadapan Hardi, ayah Vanessa. Lelaki itu segera membuka dan tersenyum melihat isinya."Jadi kamu Revan, anaknya Arief?"Revan tersenyum canggung. "Iya, Om."Vanessa membatin, apa-apaan sih ini?"Ini adik kamu, siapa? Kerei?""Kirei, Om. Kalau susah panggil aja Rere." Jawab sang pemilik nama sambil mendengus. Revan menyenggol lengan adiknya dengan siku."Apaan, sih?" Geramnya setengah berbisik."Ini diminum, ya. Seadanya," ibu Vanessa mengalihkan sorot sengit kedua saudar
Read more

04 Umpan

"Selamat ya, Van. Atas jabatan barunya." Ucap Mila di sela mereka menikmati batagor. Vanessa tersenyum, lalu menyedot es jeruknya untuk membantu jalan batagor itu melewati tenggorokannya. "Tapi gue masih ragu, La. Secara gue bukan anak basket di sini.""Sekarang emang enggak, tapi dulu lo pernah."Vanessa berjalan buru-buru menuju ruang kesiswaan, setelah namanya terpanggil melalui speaker yang berada di setiap kelas. Ia membuka pintu perlahan. "Kamu yang namanya Vanessa?" Tanya Pak Budi, guru kesiswaan. "Iya, Pak. Ada apa, ya, saya dipanggil?" "Kamu tahu 'kan, sekarang sedang pencarian ketua tim basket putri?" Vanessa mengangguk. "Jadi, kepala sekolah di sekolah kamu sebelumnya merekomendasikan kamu untuk menggantikan posisi Yuna. Kebetulan beliau kakak ipar saya, tidak sengaja saya cerita-cerita dan ternyata beliau tahu kamu. Kenapa kamu tidak lanjutkan
Read more

05 Welcome to the game

Bukan Vanessa namanya kalau tidak menepati janji, walau tadi jantungnya hampir turun ke perut gara-gara sentuhan dan bisikan Revan, ia tetap mencoba biasa saja. Di lapangan sudah ada Revan dan teman-temannya, Vanessa segera menghampiri mereka. "Hebat juga lo, berani ngajak Yuki ribut." Ucap Revan mengawali percakapan."Gue nggak ngajak ribut. Dia duluan,""Gue mau ngomong sesuatu." Ucap Revan serius."Nggak mau ada mereka." Vanessa memandang teman-teman Revan."Buset, kita diusir? Kemaren, nih, pertama ketemu malu-malu kucing, lembut. Sekarang sangar gini, cuy." Ucap Reyhan sambil menepuk bahu Eshar. Sedangkan Wisnu, ia tak tahu apa-apa."Karena kemaren kebelet pipis," jawab Vanessa. Berdekatan dengan mereka terlalu sering, rasanya biasa saja. Lebih seru dulu, saat dia mengagumi mereka dari jauh.Revan mengibaskan tangannya, mengusir mereka."Siapa, sih?"
Read more

06 Kenangan usang

06 Kenangan usangSemilir angin pohon alpen yang bergoyang-goyang diterpa angin berhawa jingga. Paling syahdu memang menikmati senja menuju peradaban, di teras rumah. Memandang wajah-wajah kusam dan tawa riang bocah-bocah yang bajunya momot karena kelamaan berenang di kali. Mobil yang mengangkut Revan dan keluarganya baru saja memasuki pekarangan rumah joglo yang penuh pajangan barang antik. "Assalamuaikum, ibuk, bapak?" ucap ayah Revan mengetuk pintu yang tertutup sebelah. Tak lama datang seorang pria yang jalan terbungkuk-bungkuk sambil menyincing sarung, membuat ketukan berirama yang dihasilkan tongkat reyot. "Tari! Suamimu sama cucuku dateng ini," lantas ketiganya segera menyalami tangan keriput nan gemetar itu."Ayo masuk-masuk, mamamu masih nyuapin mbah puteri." "Udah besar putu lanang ini, ganteng tenan." Ucap kakek sambil menepuk-nepuk bahu Revan. Revan tersenyum lalu merangkul pundak kakeknya. "Kakung jangan tua dulu, bia
Read more

07 Merayakan kehaluan

 "Jadi aku ditantang main basket sama kakak kelas yang nyebelin tapi ganteng itu.""Menurut kamu gimana, Jan?" "Enggak apa-apa, sih, aku tenang bisa curhat." Beberapa pesan Vanessa kirim pada akun instagram dengan username; hujan sore-sore. Itu hanya sebagian pesan, di atas masih banyak lagi. Walaupun pemilik akun tidak pernah membalas, tapi ia selalu membaca setiap pesan Vanessa. Pemilik akun tersebut merupakan penulis yang hampir seluruh karyanya Vanessa punya. Karyanya selalu masuk jajaran best seller, tapi ia tidak pernah menampakkan diri.Seorang gadis dengan rambut yang digerai indah lengkap dengan kacamata minusnya baru saja sampai menggunakan sepeda. Vanessa membuka jendela, melihat siapa yang datang, sudah bisa ditebak kalau itu Mila. Ia segera melambaikan tangannya, mengizinkan Mila untuk segera masuk. Sudah biasa Mila keluar masuk rumah Vanessa, karena gadis itu sudah akrab dengan orang tua Vanessa. Berbeda dengan Vanes
Read more

08 Dua Kata

 Vanessa bangun dari tidurnya yang kurang nyenyak. Mereka, Vanessa dan Mila, baru tidur jam dua dini hari, tahulah apa yang mereka lakukan. Vanessa terbangun karena posisi tidur Mila yang tidak karuan, sehingga ia hanya memiliki sedikit ruang untuk tubuhnya. Rencananya sih, mau lari keliling taman, lihat-lihat cogan calon kopral, habis itu sarapan bubur ayam langganan. Tapi semuanya, bullshit! Malah ketukan pintu tak sabaran yang ia dapat. "Permisi, Mbak. Apa non Mila sudah sarapan?" Tanya seorang wanita yang sama seperti kemarin sore. "Ini ada sarapan, tolong diberikan ya, Mbak." Lanjutnya. Menyerahkan rantang berlapis emas, entah murni atau hanya cat, tapi berkesan mewah. "Iya, makasih." Setelah menerimanya, Vanessa segera menutup pintu, sedikit dibanting. "Non, ini sarapannya. Bibi siapin di atas meja, ya?" Ujar Vanessa menggoda Mila."Iya. Taruh situ aja." Mila belum tersadar, masih terbawa hawa-hawa rumahnya. Setelahnya
Read more

09 First day

 Dua cup boba menjadi saksi bisu panasnya persaingan antara Revan dan Vanessa, keduanya adu kebolehan dalam menembak bola. Beberapa kali gerakan Revan merebut bola dari Vanessa dengan posisi seperti memeluk dari belakang membuat Vanessa gagal fokus. Bisep Revan yang licin merengkuhnya, seirama dengan berontakan jantung yang ugal-ugalan ngajak tawuran. Licik juga. Dengan Wisnu sebagai wasit, membuat Vanessa tidak tenang, bisa saja Wisnu melebih-lebihkan poin Revan, tidak ada salahnya curiga, secara Wisnu sobat sepergerombolan. Prittt"Istirahat kedua." Intrupsi Wisnu membuat Revan membuang bola kecewa. Baru mau masuk ke daerah lawan, sudah istirahat lagi. "Ini 'kan tandingnya pake jam pasir, nggak perlu istirahat berulang-ulang." Revan mengomel, setelahnya ia meraih asal minumnya. Kok red velvet? "Ya gue pake aturan yang biasa kita main aja," jawab Wisnu memelas.Revan tersentak. "Eh, ini ketuker?!" Ia meraih boba dari
Read more

10 Luka bahagia

 Hari-hari terus berlalu, tidak ada hari tanpa pantulan bola basket. Hari ini di Pelita Malam mengadakan basketball cup yang diikuti beberapa sekolah lainnya. Kebetulan dari hasil undian, SMA Pelita Malam mendapat giliran dengan SMA sebelah yang merupakan musuh bebuyutan sejak generasi terdahulu. Entah karena apa masalahnya. Revan dan teman-temannya duduk di barisan paling depan kursi penonton karena mereka sudah tidak main, biar para junior yang menggantikan. Tabuhan drum band dari para suporter tak gentar dengan sorak-sorai yel-yel menyemangati mereka yang di lapangan. Revan duduk anteng sambil menikmati permainan, berbeda dengan Reyhan, yang ikut menyanyikan yel-yel dengan suara sumbangnya. Sedangkan Vanessa, cewek itu berdiri di depan pagar sekolah, menunggu jemputan. Ia tidak tertarik untuk menonton, jadi memilih pulang, lagi pula sekolah membebaskan untuk pulang atau menetap. Vanessa mengobrol dengan teman sekelasnya yang merupakan anggot
Read more
DMCA.com Protection Status