Share

5. Ternyata Kamu

Penulis: Kerry Pu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 18:19:08

Di dalam mobil Rino. Suasana terlihat kaku lantaran tak ada percakapan. Vella sama sekali tak menunjukan senyuman, dia juga tampak enggan menatap Rino.

Rino sendiri sangat canggung, meski sejak kecil mereka tumbuh bersama, sampai orang tua mereka menjodohkan.

Namun, tak ada hal lebih yang mereka lakukan selain bergandengan tangan.

Vella juga terlihat sangat disiplin, hingga Rino tak berani bertindak sembarangan.

"Maaf." Akhirnya Rino membuka percakapan.

Tak ada tanggapan dari Vella, dia masih bersikap tenang tanpa menunjukkan emosi.

"Maaf, aku memang salah, Vel. Tapi sungguh, dalam lubuk hatiku yang paling dalam hanya ada kamu di hatiku. Semua itu bukan keinginanku, itu murni inisiatif adikmu sendiri." Rino mencoba menjelaskan.

"Kamu tidak menolak, apa kamu sangat menikmatinya?" Pertanyaan Vella seperti serpihan es tajam yang menusuk jantung hati Rino.

Rino menatap Vella lekat, gadis tersebut masih enggan melihatnya, bahkan ekspresinya masih sama, tanpa emosi.

Rino mengembuskan napas perlahan dan berkata, "Jika itu adalah kesalahan, maka katakan, apa yang harus aku lakukan untuk menebusnya?"

Vella tak ingin menjawab, sesungguhnya dia sudah tak peduli dengan hubungannya dengan Rino. Bagaimanapun dia tidak ingin seperti mendiang mamanya yang mau diduakan.

"Vella ...." Rino kembali membuka suara untuk memancing respon Vella.

"Lepaskan aku." Nyatanya saat Vella bersuara pelan malah mengejutkan Rino.

"Itu tidak mungkin, Vella. Hubungan kita yang mengatur orang tua, aku tidak mungkin melawan mereka. Selain itu aku sangat mencintaimu, aku sama sekali tak ingin berpisah denganmu."

Vella terdiam dengan wajah suram layaknya lembah berkabut. Namun, tetap memancarkan pesona cantik luar biasa yang sangat mematikan, hingga menimbulkan getaran hebat di hati Rino. Hanya laki-laki bodoh yang melepaskan gadis sempurna seperti dia.

Perlahan Rino meraih jemari Vella tapi langsung mendapat tepisan kasar.

Rino kembali mengembuskan napas pelan. "Vella, aku salah, aku benar-benar minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku hanya mencintaimu, Vel. Aku tidak ingin berpisah denganmu. Yang terjadi antara aku dan Andin itu hanya kecelakaan dan tidak akan pernah terjadi lagi, aku janji."

Perlahan Vella memiringkan wajah menatap tunangannya lekat, hanya diam. Tidak banyak ekspresi yang dia tunjukan. Hanya tatapan tenang yang mengeluarkan aura dingin yang membekukan hati.

"Sudah ya, jangan marah lagi. Aku janji setelah ini aku tidak akan mengecewakanmu," imbuh Rino mencoba kembali merengkuh hati tunangannya.

Masih tidak ada jawaban dari Vella. Tapi ketika dia tidak menolak kala Rino menyelipkan anak rambutnya di daun telinga. Itu sudah cukup membuat Rino lega.

Rino tersenyum, dan itu membuat wajahnya semakin tampan. Kali ini dia benar-benar ingin menyenangkan Vella, meski gadis tersebut masih terlihat kaku layaknya kanebo kering.

"Kamu suka gaun yang indah 'kan? Aku akan membelikan untumu, saat pesta ulang tahun papa kamu harus mengenakannya," ucap Rino sembari tersenyum.

Vella meluruskan wajahnya, tiba-tiba senyum licik samar bersemi di bibir tipis merah muda, tanpa Rino sadari.

Menonton film, makan es krim di kedai favorit Vella, juga berbelanja membeli gaun mahal, sudah Rino lakukan demi menyenangkan Vella.

Selama Vella melunak dan tidak lagi mempermasalahkan perselingkuhannya dengan Andin, apapun akan Rino lakukan.

Uang bukan masalah untuk seorang ahli waris perusahaan manajemen artis seperti Rino.

Langit sudah menggelap kala Rino mengantar Vella kembali ke rumahnya.

Di lantai dua, tirai jendela kamar tengah terbuka, saat ini wajah imut yang terlihat suram sedang memperhatikan pemandangan yang ada di bawah dengan penuh kebencian.

"Aku pulang dulu ya. Kamu cepat istirahat." Rino berpamitan sembari memegang lembut pipi Vella.

Vella mengangguk samar, di mana wajahnya hanya terlihat biasa saja tak banyak ekspresi yang dia tunjukkan, bahkan tersenyum pun tidak.

Kemudian Rino masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan. Ketika mobil Rino kembali melaju, barulah Vella berbalik hendak memasuki rumah.

Namun, tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang berdiri angkuh di balik jendela kamar lantai dua.

Vella menyeringai sengit diikuti embusan napas kasar dari hidung mungilnya, kemudian dia masuk ke dalam rumah dengan langkah ringan.

"Vella, kamu sudah pulang?" Nenek Lola menyapa cucu bungsunya.

"Iya, Nek."

"Di mana Rino?"

"Sudah pulang, Nek. Ini sudah malam pasti dia lelah untuk mampir."

"Ah, kamu memang benar. Kamu sudah makan?"

"Sudah, Nek."

"Ya sudah, cepatlah istirahat."

Vella mengangguk dan berjalan menuju ke arah tangga. Namun, baru saja dia sampai di dekat kabinet di mana telepon rumah teronggok bisu di sana. Nenek Lola kembali memanggil.

"Vella ...."

Vella berhenti dan menoleh, kemudian bertanya, "Ya, Nek?"

"Tolong telepon papamu, suruh sekalian membelikan salep nyeri otot untuk nenek saat dia pulang," titah nenek Lola sembari meletakkan pantat dengan pelan di atas sofa.

"Memang papa belum pulang?" tanya Vella santai sembari melangkah semakin mendekat ke arah telepon rumah.

"Sudah, tapi dia pergi lagi. Katanya ingin bertemu pengacara," terang nenek Lola santai tanpa menoleh ke arah Vella.

Vella menghela napas kasar. Dia tahu papanya masih mengusut juri yang mencoba melecehkannya.

Tapi ini sudah seminggu, sungguh aneh dia tidak mendengar polisi sudah menangkap pria kotor tersebut?

Tak ingin bernostalgia dengan kenangan pahit yang membuatnya terpuruk. Vella perlahan mengulurkan tangan untuk meraih gagang telepon.

Dan seketika mata Vella melebar kala mendengar suara di balik gagang telepon yang menempel di telinga.

Ternyata ada yang sedang menggunakan telepon rumah secara bersamaan.

"Leon, aku sudah ngatakan. Jangan kembali ke tanah air sampai keadaan memungkinkan. Suamiku sedang mengusut tindakan asusilamu terhadap Vella."

"Indina, aku tidak akan melakukan itu jika kamu tidak menyuruhku. Kamu tahu sebenarnya aku hanya menginginkanmu."

"Iya, aku tahu, tapi demi masa depan kita kamu harus bersabar ya."

"Sampai kapan? Aku tidak bisa selamanya di luar negeri. Uang yang kamu berikan juga sudah menipis. Aku harus pulang ke tanah air."

"Jangan dulu. Tunggu sampai aku memberi kabar bahwa keadaan sudah membaik. Kamu jangan khawatir, aku akan mentransfer sejumlah uang kepadamu. Bersenang-senanglah di luar negeri dan jangan kembali ke tanah air sebelum aku menyuruhmu kembali."

Suara di ujung telepon tak terdengar lagi. Namun, segera membuat raut wajah Vella sedingin es dan mengerikan. Rahangnya mengerat tajam, menyadari kebusukan yang menimpanya ternyata berasal dari ibu tiri yang selama ini sangat dia hormati.

Tangan Vella meremas gagang telepon dengan kuat, seakan ingin menghancurkan benda berwarna hitam memanjang tersebut dalam genggaman.

'Ternyata kamu yang membuatku menjadi kabut suram? Lihat saja bagaimana aku akan menghancurkanmu! Kamu harus membayar apa yang telah kamu lakukan padaku!'

Bab terkait

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    6. Halus dan Polos, tapi Menikam

    "Vella, kenapa kamu terdiam? Cepat telepon Edgar," sentak nenek Lola mengejutkan Vella. Kilat mata Vella menatap nenek Lola sekilas. Dengan tenang dia menurunkan gagang telepon dan meletakan pada tempatnya perlahan. Lantas menjawab, "Iya, Nek." Kemudian Vella mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Edgar sesuai titah nenek Lola. Kembali Vella berjalan dengan tenang untuk menaiki tangga, dan wajahnya mendongak ketika mendengar suara lembut Indina. "Vella, kamu sudah pulang, Nak?" Seketika mata Vella memicing tajam, sungguh memuakkan dua wajah yang berbeda ini. 'Menyedihkan sekali ternyata selama ini aku tertipu,' batin Vella kesal bercampur kemarahan, namun raut wajahnya masih terlihat tenang. Indina terlihat mendekat dan menyentuh pipi Vella dengan lembut. Senyumnya merekah indah dan terlihat sangat manis, sikap ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang apa Vella dengar di balik telepon sebelumnya. Kerutan di alis Vella memudar, wajahnya menjadi datar dan dingin, kala dia b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    7. Apa Papa Percaya?

    Tangis Andin menggema dengan sangat memilukan, diikuti Vella yang memiringkan wajah ke arah pintu. Vella tersenyum simpul. Kini dia tahu penyebab terjatuhnya Andin secara mendadak.Ternyata adiknya yang penuh muslihat sudah menangkap kedatangan papa mereka hingga gadis busuk itu bertindak rendahan untuk menjatuhkannya.Edgar mendekat ke arah Andin dan membantunya berdiri. "Apa yang terjadi? Seharusnya kamu tidak melakukan ini pada adikmu?"Dengan santainya Vella kembali duduk di tempat tidur, dan bertanya, "Memang apa yang aku lakukan?""Vella ...." Edgar sungguh tak mengerti dengan sikap dingin putri sulungnya ini."Lain kali papa harus memasang CCTV di setiap ruangan, agar papa tahu apa yang dilakukan adik kesayanganku ini," ucap Vella tenang, dia sangat yakin meskipun dia mengatakan yang sebenarnya, Edgar tidak akan percaya melihat Andin yang sangat teraniaya seperti itu.Adiknya ini benar-benar sangat hebat, menuntun orang untuk melindunginya meski sebenarnya dia bukan korban.Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    8. Aku Tidak Suka Orangnya

    Pagi kembali menyingsing. Dua gadis cantik berseragam SMA tengah menuruni tangga menuju ke ruang makan di mana kedua orang tua dan nenek mereka sudah duduk dengan tenang di sana."Pagi semuanya ...," sapa Andin dengan ceria seperti biasanya.Sementara Vella hanya menarik kursi dengan tenang dan duduk di sebelah nenek Lola."Bagaimana malammu?" tanya nenek Lola sembari menyentuh tangan Vella.Vella tersenyum tipis dan menjawab, "Indah."Nenek Lola tergelak ringan mendengar jawaban singkat dari cucu sulungnya yang selalu irit kata."Nenek, kamu tidak ingin menyapaku juga?" Andin terlihat merajuk dengan suara manjanya.Nenek Lola kembali tergelak. "Tentu saja nenek akan menyapa. Tapi melihat wajahmu yang ceria ini tentu saja nenek tahu tadi malam kamu mimpi indah.""Nenek benar," jawab Andin cepat dan tersenyum lebar sembari membalik piringnya.Indina juga tergelak ringan mendapati keceriaan pagi ini. Setelah menyajikan menu makanan di piring Andin, Indina berkata lembut sembari menyendo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    9. Kamu Ingin Tahu Bagaimana Rasanya Sakit?

    Kedatangan Vella dan Rino di sekolah kembali menuai sorotan. Setelah apa yang terjadi mereka malah jalan bergandengan di koridor sekolah. Memupus keinginan siswi yang ingin menarik perhatian Rino yang memang mempunyai wajah rupawan.Tidak lama kemudian Andin juga tiba di sekolah, dia berjalan di belakang menatap dua punggung dengan binar ketidaksenangan.Mendadak langkahnya terhenti, manakala melihat pasangan di depan juga berhenti. Sedikit matanya melirik papan pengumuman. Ada dua poster besar yang menarik perhatian Vella di sana.'Oh, kamu ingin mengikuti kompetisi panahan?' batin Andin mencibir.Lengkungan senyum merekah indah di bibir Rino kala tahu kemana arah pandang Vella, kemudian ia berkata, "Kamu harus mengikuti kompetisi itu. Kali ini aku yakin kamu pasti kembali menang."Vella juga menarik kedua sudut bibirnya ke samping, hingga membentuk senyum setipis tisu.Dia memang berencana mengikuti kompetisi tersebut, dua tahun terakhir Vella memenangkan kompetisi panahan secara be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    10. Iblis Kabut Suram

    "Aaargh!!!" Suara Andin melengking kesakitan, setelah Vella beranjak pergi sembari menginjak tangannya dengan acuh tak acuh.Makan siang Vella juga sudah mengguyur ke tubuh Andin sebelum dia melempar piring stainless itu ke sembarang arah.Seketika tak seorang pun berani menarik napas melihat ketegangan ini.Kebanyak mereka membekap mulut guna menutupi indera pengecap yang menganga akibat terkejut.Vella memang pendiam dan dingin, tapi tak pernah sekalipun terlihat menyakiti seseorang.Tapi kali ini, Vella bagaikan dewi kekejaman yang menghakimi adik tirinya tanpa belas kasih.Terlihat keren, tapi itu juga sangat mengerikan dan tak pantas untuk ditiru ataupun dipuji.Dengan tenang Vella terus berjalan menjauhi pusat perhatian.Namun, pendengarannya masih berfungsi dengan baik saat teriakan Feli menggema menghujatnya."Dasar iblis! Kamu iblis betina yang sangat kejam! Kamu tidak pantas untuk mendapat cinta kami! Sudah benar mamamu meninggal dengan begitu cepat, jika dia masih hidup, di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    11. Mau Jadi Pecundang atau Pemenang?

    Vella melonjak terkejut, refleks dia berdiri mendengar ujaran mendadak itu.Terlihat Samudera sedang berjalan mendekat ke arahnya dengan langkah ringan.Wajah tampan, keren, dan tenang itu membuat Vella malu dan segera menghapus air mata dengan punggung tangan. Dia tidak suka kesedihannya dilihat oleh orang lain.Tidak banyak ekspresi yang diperlihatkan Samudera setibanya di depan Vella."Jika kamu memainkannya seperti itu. Saat kamu berlari cinta tidak akan menemukanmu. Kamu memainkan nada berlari untuk ditinggalkan, bukan cinta untuk menemukanmu," ucap Samudera dengan suara rendahnya yang entah mengapa itu terasa hangat di hati vella.Vella diam sejenak dan menelan saliva secara perlahan. Kemudian berkata, "Aku tidak pernah berharap ada cinta tulus mendatangiku setelah hari ini."Samudera tersenyum hambar dan berkata, "Bodoh."Vella tak lagi menimpali, dia memang merasa bodoh sudah dipermainkan oleh ibu dan adik tirinya yang selama ini dia cintai segenap hati, dan Rino, Vella sunggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    12. Jangan Menjadi Jahat Karena Aku

    Kelas sudah kembali dimulai, Vella menatap guru yang sedang menerangkan pelajaran sosiologi dengan tatapan kosong.Pikirannya masih tertuju pada ucapan Samudera yang memotivasi untuk tidak menyerah.'Mau menjadi pemenang ataupun pecundang adalah pilihanmu. Mau mendapatkan cinta atau hinaan juga pilihanmu. Suaramu tidak buruk, jika kamu hanya menyia-nyiakan bakat emasmu untuk menangis, hanya ada kekecewaan yang datang padamu.'Kata itu terus terngiang di benak Vella, dia pikir itu benar. Diri kita sendirilah yang akan menentukan bagaimana orang lain akan memandang kita.Vella sudah gagal membuktikan diri di ajang kompetisi model, dan malah mendapatkan hinaan lantaran fitnah yang dia terima. Sekarang pintu lain terbuka, haruskah dia menyia-nyiakan kesempatan itu?'Sangat boboh!' gumam Vella dalam hati kala ingat dia hampir mengabaikan kesempatan yang ada di depan mata.'Kompetisi ajang menyanyi itu, aku tak akan melewatkannya.''Aku bukan kabut suram yang tidak mempunyai masa depan sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    13. Mama Menjualku?

    Vella meninggalkan ruang musik dengan langkah santai untuk bergegas pulang. Dia berpikir harus mencari guru vokal lain, di mana tidak ada orang yang mengenalnya agar dia bisa belajar dengan nyaman.Sampai di pelataran sekolah, mata Vella memicing tajam begitu melihat wanita paruh baya sedang berdiri di samping mobil mewah keluarganya.'Untuk apa dia di sini? Apa dia ingin membuat perhitungan denganku setelah papa mengetahui kejahatannya?' batin Vella sembari menatap ibu tiri yang hadir di hadapannya."Vella, mama yang menjemputmu hari ini," ucap Indina dengan suara lembut yang khas.Vella tersenyum sengit, dan bertanya, "Kamu pikir aku mau?""Edgar ingin berbicara denganmu."Perlahan kelopak mata Vella terangkat, ada kejanggalan pada ucapan Indina barusan.'Kenapa wanita jahat ini masih berhubungan dengan papa? Seharusnya papa mengusirnya setelah mengetahui perselingkuhannya dengan laki-laki jahat yang ingin melecehkanku.'Vella mengangkat sedikit dagu dengan arogan kemudian berkata s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    68. Ada Anjing Lapar?

    "Tetaplah tenang dan jangan menoleh ke belakang."Seketika Samudera menaikan alisnya setelah mendengar ucapan Vella.Tidak jauh dari mereka berdiri, Andin dan Feli tengah menatap Vella dengan penuh selidik.Saat ini mereka sedang membeli jajanan street food di seberang jalan."Iblis Kabut Suram sedang bersama siapa?" Feli bertanya.Posisi Samudera yang membelakangi mereka tentu saja sangat sulit untuk dikenali oleh dua gadis tersebut."Entahlah, mungkin pacar kak Vella yang baru." Andin juga memperhatikan postur tubuh tinggi yang kelihatan keren dari belakang."Aneh, katanya dia simpanan om-om berperut gendut, masih ada saja yang mau sama dia." Feli mencela sekaligus iri dengan Vella."Mungkin cowok itu tidak tahu tabiat kak Vella sebenarnya.""Kalau begitu, ayo kita beri tahu." Feli langsung menarik tangan Andin begitu saja.Sebenarnya ini sangat canggung, tapi Andin juga penasaran siapa cowok

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    67. Apa yang Aku Berikan Kurang?

    Kompetisi menyanyi kian menuju ke arah final. Sudah banyak peserta yang tereliminasi.Namun, Vella masih bertahan begitu juga dengan Andin.Andin cukup geram dengan pertempuran ini. Dari waktu ke waktu Vella terus mengalami peningkatan, pendukungnya juga semakin banyak, dan kepopulerannya makin tersebar ke tanah air.Meskipun penilaian kompetisi sepenuhnya berada di tangan juri, tapi Andin cukup was-was, takut dikalahkan Vella dalam kompetisi menyanyi ini.Terlebih keinginan tak terpuji yang selalu menguasai benak Andin. Vella menjadi terkenal, itu sudah seperti tusukan duri bagi ketenangannya.Bagaimanapun caranya Andin berusaha mematahkan semangat Vella.Andin cukup tahu meski pendukungnya banyak, tapi sebenarnya dia sendirian. Tak ada orang terdekat yang menyertainya acap kali dia melakukan kompetisi.Sementara Andin, selalu ditemani Edgar, Indina, Rino, dan Feli yang selalu bersorak dan mengangkat papan namannya ting

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    66. Tidak Ada yang Bisa Mengaturku Termasuk Kakek

    Berjam-jam mansion 7 hanya membuat semua orang dongkol, tapi tak ada satupun berani menggertak.Sampai semuanya berakhir, Sandra baru mendekati Samuel."Mumu, apa hubungan mereka sungguhan?"Samuel menatap Sandra dengan acuh tak acuh dan berkata, "Menurutmu? Apa kamu pikir ada yang bisa mencegah keinginan kak Sam?"Sandra menelan saliva, dia sangat tahu bagaimana tabiat Samudera sejak kecil, tak ada yang berani melawannya.Saat umur 12 tahun dia merobek mulut anjing kesangannya hidup-hidup hanya demi mengambil liontin giok pemberian dari mamanya yang ditelan anjing tersebut.Pada umur 15 tahun Samudera juga menabrak 4 geng motor masuk ke dalam jurang gara-gara mengejek Samuel di depannya.Samudera tidak pandang bulu untuk memuaskan keinginanannya, apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan, entah itu jalur kekerasan ataupun jalan damai.Samudera sangat mengerikan, tapi juga sangat memesona, kejahatannya tak membu

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    65. Pasangan Kejam

    Langkah Vella gontai saat berjalan kembali ke mansion 7. Ingatan mengerikan yang dia alami saat laki-laki merobek pakaiannya dengan paksa, terbersit dan menggoyahkan langkah saat ini.Keringat halus muncul di keningnya melalui pori-pori, Vella bersandar pada dinding sejenak, guna mengembalikan tenaganya yang sempat mengikis.Sayang sekali, hari ini bajingan itu lolos dari pandangan, Indina juga tak sedikitpun memberi informasi yang membantu meski Vella sudah berusaha menekan.Malah Vella sendiri yang nyaris diseret keluar oleh keamanan yang tengah berjaga lantaran telah mengakibatkan kegaduhan.Jika tidak ada Virgon yang membelanya, mungkin dia tak akan bisa kembali ke mansion 7, meski sesungguhnya dia sudah tak ada minat untuk kembali bersenang-senang dengan anak-anak para konglomerat.Jika tidak ingat Samudera telah menitipkannya pada Samuel, mungkin Vella sudah kabur dari tempat tersebut, dia hanya tak ingin memberi masalah pada anak i

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    64. Dari Cara Memanggil, Sudah Jelas Siapa yang Harus Tahu Diri

    Sampai di mansion 7 seseorang membukakan pintu suara berisik dari hinggar binggar musik segera menyakiti pendengaran Vella.Tapi begitu salah satu dari mereka melihat kedatangan Samudera, segera musik pun dimatikan."Kak Sam, akhirnya dia datang membawa kakak ipar." Zio berseru dengan gembira, membuat Vella terkejut.'Apa aku sepopuler itu hingga mereka semua tahu hubunganku dengan Samudera?' gumam Vella dalam hati.Vella hanya tahu dia anak kelas sebelas, tapi sebelumnya dia belum pernah bertegur sapa dengannya."Selamat datang, Kakak ipar." Samuel menyapa dengan wajah imutnya, kali ini Vella tidak bisa menyembunyikan senyum manis. Wajah adik kandung Samudera itu memang terlihat menyenangkan.Sementara Zoya yang tadinya duduk dengan anak laki-laki yang sebelumnya tidak pernah Vella lihat segera berlari menghampiri dengan ceria."Kakak ipar, aku Zoya adik kelasmu, kamu tahu 'kan?"Pertanyaan Zoya hanya membuat V

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    63. Biarkan Saja, Asal Dia Senang

    Di saat ibu dan adik tirinya sedang gundah gulana, Vella malah terlihat lebih santai sekarang.Meski di sekolah Andin sering membully melalui mulut Feli. Nyatanya itu tak begitu mengganggu hari-hari Vella. Sementara Andin terus berakting teraniaya setiap bertemu dengannya.Selalu ada saja akal busuk untuk menyudutkan Vella, agar dia dipandang kejam oleh semua orang."Vella, apa kamu kecanduan menjadi seorang penjahat? Bisa-bisanya kamu memaksa Andin meminum kopi panas, dimana otakmu?" pekik Feli sambil menenangkan Andin yang terisak pilu.Vella hanya mencibir sengit, jelas sebelumnya Andin ingin menumpahkan kopi itu di seragamnya, tapi dengan sigap dia bisa menebak pergerakan Andin. Dan tanpa ampun dia merebut kopi dari tangan adiknya, lantas menuangkan di mulut gadis penuh kepalsuan itu dengan paksa.Jiwa penindasnya memang berkembang dengan baik sejak dia keluar dari rumah.Anak-anak sampai bergidik ngeri kala melihatnya. Mereka hanya berb

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    62. Vella Tidak Akan Menjadi Apa-apa

    Deru mobil bertenaga monster yang mengundang perhatian para siswa siswi sesampainya di sekolah.Decak kagum bersahut-sahutan mengumandangkan siapa pemiliknya.Saat mobil tersebut berhenti sempurna di tempat parkir sekolah yang luas, semua mata terpaku menunggu siapa yang keluar dari dalamnya.Alam seakan ikut andil menyemarakkan suasana pagi.Tepat saat pintu mobil terbuka, angin berembus menyibak lembut gadis cantik dengan temperamen dingin yang baru saja keluar dari dalam mobil.Rambut Vella yang tergerai panjang berayun mengikuti arah mata angin yang membelai.Cantik elegan tanpa dibuat-buat.Gadis berpostur tinggi berjalan santai mengabaikan mata yang menatap kagum dengan rona wajah acuh tak acuh.Andin yang baru saja tiba berdiri di samping Rino yang menatap Vella dengan binar ketertarikan lekat.Hatinya mulai memanas, tapi tak bisa berkata-kata, jika menyangkal pesona Vella jelas dia tampak buruk.Dia hanya

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    61. Siapa Pendukung Tersembunyi Vella?

    Samudera menaikan alisnya sekilas dan berucap, "Tidak boleh lebih dari 3 rule."Vella mengembuskan napas perlahan, ingin keluar dari dekapan Samudera, tapi cengkeraman di pinggangnya malah semakin erat."Begini aku lebih bisa mendengarkan dengan baik," ucap Samudera datar.Lagi Vella mengembuskan napas perlahan. "Oke. Peraturan pertama, tidak ada yang boleh mengetahui hubungan kita sampai aku membersihkan nama baikku."Wajah Samudera terlihat jelas keberatan, dia tahu Vella berusaha melindunginya, meski sebenarnya itu tidak perlu, karena dia pikir itu adalah tugasnya. Tapi kerena tidak ingin Vella terbebani, dia mengangguk saja."Kedua, kamu harus membeli semua perhiasanku."Kali ini Samudera menaikan alis setinggi mungkin. 'Dia merampok tokoku, sekarang aku juga yang harus membelinya, konsep jual beli macam apa ini?'"Setuju tidak?" tanya Vella setelah melihat ekspresi aneh Samudera.Samudera menurunkan alisnya dan dekapannya

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    60. Penjahat Busuk, Puas Kamu Mengendalikanku?

    Aroma harum menu makan malam sudah menyebar menggugah selera. Sabrina juga baru saja diantar oleh sopir kembali ke asrama. Beberapa kali Vella menilik jam melalui ponselnya. Saat ini sudah pukul sembilan malam. Samudera belum juga pulang. Tentu saja, bukankah tadi pagi dia sudah mengatakan bahwa akan pulang terlambat? Tapi usahanya untuk belajar memasak selama berjam-jam pasti akan sia-sia jika Samudera tidak segera pulang. Ingin mengirim pesan pada Samudera, tapi kenapa rasanya begitu berat. Vella tidak terbiasa menjadi penjilat. Bahkan saat ini dia juga belum bisa menerima seutuhnya jika Samudera adalah kekasihnya. Mengirim pesan dan menanyakan kapan dia akan pulang, kenapa malah seperti istri yang mendamba suami? Vella langsung sakit kepala ketika berpikir, 'Apa itu pantas?' 'Sial! Sepertinya aku akan mempermalukan diriku sendiri malam ini.' Vella mengembuskan napas kesal. Tapi dengan cepat dia mulai menelpon Samudera, dia tidak mau menyia-nyiakan jerih payahnya. Setelah b

DMCA.com Protection Status