Share

4. Tak Ingin Melepaskan

Penulis: Kerry Pu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 17:30:35

Vella yang melihat tatapan aneh dari Samuel menjadi sedikit tak enak hati. Kemudian menyumpit dinsum lagi, dan mengulurkan pada Samuel. "Mau?" tanyanya.

Seketika senyum Samuel mengembang. Dia segera membuka mulut untuk menyambut suapan dari Vella. Tapi mulutnya bagai menangkap angin, ketika Samudera dengan cepat memegang tangan Vella dan mengarahkan dinsum tersebut ke mulutnya.

"Kak, Sam. Itu milikku!" pekik Samuel kesal, karena dimsum tersebut sudah masuk ke mulut kakaknya.

Samudera hanya bergeming, dia sama sekali tak menanggapi kekesalan adiknya.

Sementara Vella semakin terbengong, tidak tahu apa yang harus dilakukan melihat tangannya dipegang Samudera.

Sedangkan Samuel saat ini mulai menggerutu dalam hati. 'Benar 'kan? Aku bilang juga apa? Kakakku itu sangat pelit, bagaimana dia bisa berbagi makanan dengan seorang gadis? Ini sangat mencurigakan!'

"Sejak kapan kalian berpacaran?" Tiba-tiba Samuel menyeletuk membuat Vella tersedak.

"Uhuk! Aku ... kami tidak ...."

"Memang belum, tapi besok siapa tahu." Samudera memotong ucapan Vella dengan datar, membuat gadis itu semakin tak tahu apa yang harus dilakukan.

Ini benar-benar suasana yang sangat canggung bagi Vella. Tidak ingin terjebak dengan percakapan kakak beradik ini, Vella segera berdiri dan pamit.

"Aku sudah kenyang, terima kasih sudah mentraktir aku dinsum. Lain kali aku akan membalas kebaikan kalian."

Vella segera berbalik dan pergi tanpa menoleh lagi. Sementara Samudera dan Samuel terus menatap punggung ramping Vella yang terus menjauh.

"Apa aku harus bilang pada mama, kalau aku sudah mempunyai calon kakak ipar?" goda Samuel tiba-tiba.

Samudera hanya tersenyum pelit, kemudian berkata, "Ide bagus."

Samuel langsung terkesiap mendengar jawaban dari kakaknya. "Kakak serius menyukainya? Katanya dia sudah punya tunangan lho."

Seketika raut wajah Samudera menggelap dan suram, kemudian berkata datar. "Begitu ya?"

Diam-diam Samudera terus memperhatikan Vella yang berangsur-angsur tak terlihat dari pandangan.

Vella kembali berjalan menuju ke kelasnya, tidak ada ekspresi yang bisa dia pamerkan pada orang yang melihatnya, selalu kaku dan dingin tanpa emosi.

Sampai suara seseorang terdengar menyapa dengan lembut. "Kakak ...."

Vella mengangkat pandangan, dan seketika raut wajahnya semakin suram.

Rino dan Andin sedang berjalan menuju ke arahnya, di samping mereka ada Feli yang menatapnya dengan jijik.

"Kakak dari mana? Dari tadi kami menunggumu di kantin tapi kamu tidak muncul."

Setelah apa yang dia lakukan di belakang Vella, Andin menyapa dengan lembut seakan dia adalah adik yang baik, Vella sungguh tak bisa menahan untuk memberi senyum ironi yang jelas mencemooh.

"Kamu dari mana?" Andin mengulangi pertanyaannya, masih dengan sikap lembut dan terlihat murah hati.

Vella bukan orang yang suka berbasa-basi, kepalsuan adiknya ini benar-benar membuatnya muak.

"Sampai kapan kamu akan mempertahankan sikap palsumu ini? Apakah itu menyenangkan?"

Pertanyaan sarkasme dari Vella mengubah binar wajah Andin menjadi sedih dan dan tidak berdaya, bahkan dia terlihat hampir menangis sekarang. "Kakak ...."

Rino dan Feli pun langsung bersimpati padanya yang sangat rapuh.

"Heh, Vella. Apa kamu tidak bisa berbicara dengan baik? Andin sudah baik hati menyapamu, tapi kamu malah memuakkan seperti ini!" Feli berseru dengan suara keras menghardik Vella.

Vella malah tersenyum remeh dan berkata, "Itu bukan urusanmu."

Feli semakin geram melihat sikap dingin Vella yang semakin menjadi. "Heh, kamu ini sangat keterlaluan! Seharusnya kamu sudah didepak dari sekolahan ini sejak seminggu yang lalu. Aku semakin kasihan pada paman Edgar, karena bersusah payah mempertahankanmu di sekolah ini. Tapi nyatanya kamu memang sangat memalukan!"

"Feli, jangan berkata begitu. Dia adalah kakakku." Suara Andin masih terdengar lembut, namun bukan untuk bersimpati pada Vella, tapi untuk menunjukan bahwa dia lebih baik dari Vella.

"Kamu terlalu baik, Andin. Seharusnya kamu tidak mempunyai kakak seperti dia," cerca Feli sembari menatap Vella dengan penuh kebencian.

"Sudah, sudah, jangan ribut. Vella, seharusnya kamu tidak seperti itu pada adikmu." Rino juga ikut bersuara, membuat Vella tersenyum mencibir.

Tidak ingin menutup-nutupi lagi Vella segera berkata. "Jika kamu sangat kasihan padanya. Kenapa kamu tidak memeluk dan menciumnya seperti yang kamu lakukan di belakangku? Sekalian kamu umumkan perselingkuhan kalian pada semua orang."

Deg.

Rino langsung terkesiap mendengar tuduhan Vella. 'Jadi dia sudah tahu?'

Melihat Rino yang terdiam, Vella kembali menyeringai sengit. Lantas berlenggang pergi tanpa menoleh lagi.

Sementara Andin semakin menunjukan sikap tidak berdaya. Membuat Feli semakin kasihan dan berteriak, "Hei, Vella! Jangan salahkan kak Rino, jika dia berpaling darimu. Kamu sendiri juga tidak setia. Bisa-bisanya kamu main kotor dengan juri kompetisi model. Tentu saja kak Rino berhak mendapatkan yang lebih baik darimu!"

"Feli, sudah. Jangan teriak-teriak seperti itu. Malu diliatin anak lain." Andin berkata dengan lembut mencegah Feli berbicara lagi.

"Dia jahat padamu, kenapa kamu masih membelanya sih?" Feli terlihat sangat geram.

"Dia adalah kakakku ...." Suara Andin terus terdengar tak berdaya, membuat Feli trenyuh, dan menghela napas kasar.

"Kamu terlalu baik, Andin," ucap Feli menurunkan intonasinya.

Andin sangat puas dengan respon Feli terhadap sikap Vella. Wajahnya terlihat memelas, tapi dalam hati dia bersorak gembira. 'Bagus, sebentar lagi kamu pasti akan tenggelam dengan sikap dinginmu sendiri, Vella.'

Kemudian dia beralih menatap Rino yang tampak terdiam setelah Vella melontarkan kebenaran yang terjadi di antara mereka. Dengan raut wajah sedih dia pun berkata, "Kak, maafkan aku ...."

Rino menatap Andin sekilas dan menghela napas kasar. Dia tidak menjawab, tapi anggukan samar terlihat. Lantas dia pergi mengikuti Vella tanpa berucap.

Sembari berjalan Rino sedikit melamun. Semburat rasa bersalah tercetak jelas di wajahnya.

Tapi dia juga tak bisa melepaskan Vella.

Selain cantik, tinggi, dan berprestasi. Vella selalu mempunyai aura yang kuat dan mendominasi.

Gestur tubuhnya menunjukkan gadis mulia yang tidak tertandingi, terlebih Vella juga akan mewarisi kekayaan mendiang mamanya.

Kemakmuran sudah pasti menyelimuti kehidupan Rino saat bersatu dengan Vella.

Teng! Teng! Teng!

Jam sekolah berakhir. Tak ingin menunggu lagi, Rino segera menyahut tangan Vella saat gadis itu berlenggang pergi keluar dari dalam kelas.

"Lepaskan aku!" tolak Vella dengan wajah gusar.

"Aku masih tunanganmu, Vel. Hari ini aku yang mengantarmu pulang."

Vella mendengkus samar, namun tak bisa menolak lantaran genggaman tangan Rino terlalu kuat.

Sepanjang perjalanan menuju ke pelataran sekolah, Rino tak sekalipun melepaskan tangan Vella. Mengundang para siswa siswi untuk saling memandang dan berbisik.

"Bukankah tadi pagi mereka sudah putus?"

"Dari siapa yang memegang tangan, sepertinya Rino yang tak ingin putus dengan Vella."

"Aduh, ganteng-ganteng kok bego sih? Udah dikhianati, masih saja tak mau diputusin."

Bebagai cuitan siswa siswi lain terdengar gemelisik menyapa indera pendengaran.

Namun, Rino sama sekali tak terlihat peduli, lagipula masa depannya bukan mereka yang menentukan.

Ternyata Andin juga sudah menunggu di samping mobil mewah yang menjemputnya.

Tapi saat melihat dua orang yang bergandengan tangan, 10 jarinya pun mengepal kuat.

Namun, wajahnya tetap menunjukkan keramahan, kemudian berkata, "Ayo, Kak."

"Hari ini Vella pulang bersamaku, kamu pulang sendiri saja." Rino segera menarik tangan Vella menuju ke mobilnya sendiri yang juga sudah menunggu.

Seorang sopir segera membukakan pintu. Vella dan Rino segera lenyap di balik pintu mobil tersebut, kemudian mobil segera melaju. Menimbulkan gurat kebencian di wajah imut yang sekarang memancarkan aura mengerikan.

Bab terkait

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    5. Ternyata Kamu

    Di dalam mobil Rino. Suasana terlihat kaku lantaran tak ada percakapan. Vella sama sekali tak menunjukan senyuman, dia juga tampak enggan menatap Rino. Rino sendiri sangat canggung, meski sejak kecil mereka tumbuh bersama, sampai orang tua mereka menjodohkan. Namun, tak ada hal lebih yang mereka lakukan selain bergandengan tangan. Vella juga terlihat sangat disiplin, hingga Rino tak berani bertindak sembarangan. "Maaf." Akhirnya Rino membuka percakapan. Tak ada tanggapan dari Vella, dia masih bersikap tenang tanpa menunjukkan emosi. "Maaf, aku memang salah, Vel. Tapi sungguh, dalam lubuk hatiku yang paling dalam hanya ada kamu di hatiku. Semua itu bukan keinginanku, itu murni inisiatif adikmu sendiri." Rino mencoba menjelaskan. "Kamu tidak menolak, apa kamu sangat menikmatinya?" Pertanyaan Vella seperti serpihan es tajam yang menusuk jantung hati Rino. Rino menatap Vella lekat, gadis tersebut masih enggan melihatnya, bahkan ekspresinya masih sama, tanpa emosi. Rino mengembuska

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    6. Halus dan Polos, tapi Menikam

    "Vella, kenapa kamu terdiam? Cepat telepon Edgar," sentak nenek Lola mengejutkan Vella. Kilat mata Vella menatap nenek Lola sekilas. Dengan tenang dia menurunkan gagang telepon dan meletakan pada tempatnya perlahan. Lantas menjawab, "Iya, Nek." Kemudian Vella mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Edgar sesuai titah nenek Lola. Kembali Vella berjalan dengan tenang untuk menaiki tangga, dan wajahnya mendongak ketika mendengar suara lembut Indina. "Vella, kamu sudah pulang, Nak?" Seketika mata Vella memicing tajam, sungguh memuakkan dua wajah yang berbeda ini. 'Menyedihkan sekali ternyata selama ini aku tertipu,' batin Vella kesal bercampur kemarahan, namun raut wajahnya masih terlihat tenang. Indina terlihat mendekat dan menyentuh pipi Vella dengan lembut. Senyumnya merekah indah dan terlihat sangat manis, sikap ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang apa Vella dengar di balik telepon sebelumnya. Kerutan di alis Vella memudar, wajahnya menjadi datar dan dingin, kala dia b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    7. Apa Papa Percaya?

    Tangis Andin menggema dengan sangat memilukan, diikuti Vella yang memiringkan wajah ke arah pintu. Vella tersenyum simpul. Kini dia tahu penyebab terjatuhnya Andin secara mendadak.Ternyata adiknya yang penuh muslihat sudah menangkap kedatangan papa mereka hingga gadis busuk itu bertindak rendahan untuk menjatuhkannya.Edgar mendekat ke arah Andin dan membantunya berdiri. "Apa yang terjadi? Seharusnya kamu tidak melakukan ini pada adikmu?"Dengan santainya Vella kembali duduk di tempat tidur, dan bertanya, "Memang apa yang aku lakukan?""Vella ...." Edgar sungguh tak mengerti dengan sikap dingin putri sulungnya ini."Lain kali papa harus memasang CCTV di setiap ruangan, agar papa tahu apa yang dilakukan adik kesayanganku ini," ucap Vella tenang, dia sangat yakin meskipun dia mengatakan yang sebenarnya, Edgar tidak akan percaya melihat Andin yang sangat teraniaya seperti itu.Adiknya ini benar-benar sangat hebat, menuntun orang untuk melindunginya meski sebenarnya dia bukan korban.Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    8. Aku Tidak Suka Orangnya

    Pagi kembali menyingsing. Dua gadis cantik berseragam SMA tengah menuruni tangga menuju ke ruang makan di mana kedua orang tua dan nenek mereka sudah duduk dengan tenang di sana."Pagi semuanya ...," sapa Andin dengan ceria seperti biasanya.Sementara Vella hanya menarik kursi dengan tenang dan duduk di sebelah nenek Lola."Bagaimana malammu?" tanya nenek Lola sembari menyentuh tangan Vella.Vella tersenyum tipis dan menjawab, "Indah."Nenek Lola tergelak ringan mendengar jawaban singkat dari cucu sulungnya yang selalu irit kata."Nenek, kamu tidak ingin menyapaku juga?" Andin terlihat merajuk dengan suara manjanya.Nenek Lola kembali tergelak. "Tentu saja nenek akan menyapa. Tapi melihat wajahmu yang ceria ini tentu saja nenek tahu tadi malam kamu mimpi indah.""Nenek benar," jawab Andin cepat dan tersenyum lebar sembari membalik piringnya.Indina juga tergelak ringan mendapati keceriaan pagi ini. Setelah menyajikan menu makanan di piring Andin, Indina berkata lembut sembari menyendo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    9. Kamu Ingin Tahu Bagaimana Rasanya Sakit?

    Kedatangan Vella dan Rino di sekolah kembali menuai sorotan. Setelah apa yang terjadi mereka malah jalan bergandengan di koridor sekolah. Memupus keinginan siswi yang ingin menarik perhatian Rino yang memang mempunyai wajah rupawan.Tidak lama kemudian Andin juga tiba di sekolah, dia berjalan di belakang menatap dua punggung dengan binar ketidaksenangan.Mendadak langkahnya terhenti, manakala melihat pasangan di depan juga berhenti. Sedikit matanya melirik papan pengumuman. Ada dua poster besar yang menarik perhatian Vella di sana.'Oh, kamu ingin mengikuti kompetisi panahan?' batin Andin mencibir.Lengkungan senyum merekah indah di bibir Rino kala tahu kemana arah pandang Vella, kemudian ia berkata, "Kamu harus mengikuti kompetisi itu. Kali ini aku yakin kamu pasti kembali menang."Vella juga menarik kedua sudut bibirnya ke samping, hingga membentuk senyum setipis tisu.Dia memang berencana mengikuti kompetisi tersebut, dua tahun terakhir Vella memenangkan kompetisi panahan secara be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    10. Iblis Kabut Suram

    "Aaargh!!!" Suara Andin melengking kesakitan, setelah Vella beranjak pergi sembari menginjak tangannya dengan acuh tak acuh.Makan siang Vella juga sudah mengguyur ke tubuh Andin sebelum dia melempar piring stainless itu ke sembarang arah.Seketika tak seorang pun berani menarik napas melihat ketegangan ini.Kebanyak mereka membekap mulut guna menutupi indera pengecap yang menganga akibat terkejut.Vella memang pendiam dan dingin, tapi tak pernah sekalipun terlihat menyakiti seseorang.Tapi kali ini, Vella bagaikan dewi kekejaman yang menghakimi adik tirinya tanpa belas kasih.Terlihat keren, tapi itu juga sangat mengerikan dan tak pantas untuk ditiru ataupun dipuji.Dengan tenang Vella terus berjalan menjauhi pusat perhatian.Namun, pendengarannya masih berfungsi dengan baik saat teriakan Feli menggema menghujatnya."Dasar iblis! Kamu iblis betina yang sangat kejam! Kamu tidak pantas untuk mendapat cinta kami! Sudah benar mamamu meninggal dengan begitu cepat, jika dia masih hidup, di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    11. Mau Jadi Pecundang atau Pemenang?

    Vella melonjak terkejut, refleks dia berdiri mendengar ujaran mendadak itu.Terlihat Samudera sedang berjalan mendekat ke arahnya dengan langkah ringan.Wajah tampan, keren, dan tenang itu membuat Vella malu dan segera menghapus air mata dengan punggung tangan. Dia tidak suka kesedihannya dilihat oleh orang lain.Tidak banyak ekspresi yang diperlihatkan Samudera setibanya di depan Vella."Jika kamu memainkannya seperti itu. Saat kamu berlari cinta tidak akan menemukanmu. Kamu memainkan nada berlari untuk ditinggalkan, bukan cinta untuk menemukanmu," ucap Samudera dengan suara rendahnya yang entah mengapa itu terasa hangat di hati vella.Vella diam sejenak dan menelan saliva secara perlahan. Kemudian berkata, "Aku tidak pernah berharap ada cinta tulus mendatangiku setelah hari ini."Samudera tersenyum hambar dan berkata, "Bodoh."Vella tak lagi menimpali, dia memang merasa bodoh sudah dipermainkan oleh ibu dan adik tirinya yang selama ini dia cintai segenap hati, dan Rino, Vella sunggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    12. Jangan Menjadi Jahat Karena Aku

    Kelas sudah kembali dimulai, Vella menatap guru yang sedang menerangkan pelajaran sosiologi dengan tatapan kosong.Pikirannya masih tertuju pada ucapan Samudera yang memotivasi untuk tidak menyerah.'Mau menjadi pemenang ataupun pecundang adalah pilihanmu. Mau mendapatkan cinta atau hinaan juga pilihanmu. Suaramu tidak buruk, jika kamu hanya menyia-nyiakan bakat emasmu untuk menangis, hanya ada kekecewaan yang datang padamu.'Kata itu terus terngiang di benak Vella, dia pikir itu benar. Diri kita sendirilah yang akan menentukan bagaimana orang lain akan memandang kita.Vella sudah gagal membuktikan diri di ajang kompetisi model, dan malah mendapatkan hinaan lantaran fitnah yang dia terima. Sekarang pintu lain terbuka, haruskah dia menyia-nyiakan kesempatan itu?'Sangat boboh!' gumam Vella dalam hati kala ingat dia hampir mengabaikan kesempatan yang ada di depan mata.'Kompetisi ajang menyanyi itu, aku tak akan melewatkannya.''Aku bukan kabut suram yang tidak mempunyai masa depan sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    132. Dia Bukan Adikmu

    Vella perlahan menatap Samudera lembut, senyumnya tertarik samar kemudian bertanya, "Kamu yang melakukan semua ini?"Samudera menatap Vella sejenak, memang iya, dia yang mengatur semua kesialan yang menimpa Andin saat ini. Sejak awal dia sudah curiga bahwa Andin akan berulah sebelum olimpiade panahan dimulai agar Vella didiskualifikasi seperti saat perlombaan fashion show dulu.Karena itu Samudera terus mengawasi Andin, dia juga yang menukar jus jeruk yang mengandung afrosidiak saat Andin terpesona dengan ketampanannya. Hingga jus jeruk yang dibumbui obat cinta itu Andin minum sendiri pada akhirnya.Samudera juga mengatur seseorang untuk memberikan mawar essens di kamar nomor 202 dan menukar nomor tersebut dengan 201. Barulah ketika laki-laki hidung belang itu masuk ke dalam kamar Andin. Nomor itu dikembalikan ke tempat semula.Setelah itu Samudera memanggil adik-adiknya untuk bermain poker di kamar Vella. Mengejutkan gadisnya yang baru saja tiba.

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    131. Akhir Kebusukan Andin

    "Mumu, kamu ini kenapa? Gintuan apa?" tanya Vella terkejut melihat kedatangan Samuel yang mendadak.Tapi Samudera, ia malah tersenyum. Melihat adiknya mimisan, ia sudah tahu apa yang terjadi. Dengan pelan Samudera memanggil, "Sini!"Samuel mendekat dengan patuh, lantas duduk di lantai sambil mendongakkan wajah.Segera Samudera meraih tisu kemudian mengelap hidung adiknya dengan lembut dan telaten seperti kakak yang baik.Vella tidak ingin mempedulikan tingkah kakak beradik yang kadang penuh penindasan, tapi kadang juga hangat dan lembut membuat hati orang meleleh seperti ini. Ia segera keluar memeriksa apa yang terjadi.Semua orang berjubel memenuhi kamar no. 202, Vella pun menelusup masuk di sela-sela kerumunan semua orang. Harum aroma mawar pekat segera memenuhi ruang hidung Vella.Keterkejutan tak bisa dielakkan manakala berhasil menerobos kerumunan orang banyak."Andin!!!" Itu hardikan seorang kakak yang kecewa terhadap kelakuan adiknya.Andin yang menangis terisak sambil menutupi

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    130. Disuruh Nonton Begituan

    "Tu-tuan muda kedua?" Kepala sekolah langsung gagap mendengar pertanyaan Samuel.Sementara semua orang masih tercengang melihat pemandangan ini. Di atas kasur ada Samuel, Zio, Zoya dan juga Sabrina yang sedang bermain poker.Sementara di sofa single ada Samudera yang duduk dengan tenang sembari memainkan ponsel.Tentu saja semua orang bertanya-tanya, bagaimana para tuan muda ini bisa di kamar Vella?Terutama Rino yang pernah mencurigai Samudera adalah kekasih tersembunyi Vella. Sekarang terkaan itu semakin kuat."Kalian ngapain ramai-ramai masuk ke sini? Ingin ikut bermain poker bersama kita?" Lagi Samuel bertanya ketus."Tuan muda kedua, sepertinya ini hanya salah paham. Tadinya kami mendapat laporan yang tidak pantas, jadi kami buru-buru datang ke sini." Kepala sekolah mulai menjelaskan."Laporan tidak pantas apa?" Samuel kembali bertanya ketus."Katanya Vella membawa laki-laki ke kamarnya, makanya kami ingin

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    129. Kamar No. 201

    Saat Andin duduk tenang bersama Vella nyatanya Rino juga tak bisa menahan diri untuk mendekat ke arahnya. Saat itu juga Vella mulai merasa tidak nyaman. Dia menghabiskan jus jeruk yang ia pegang kemudian beranjak berdiri."Vel, kamu mau kemana?" tanya Rino segera."Bukan urusanmu." Vella berlenggang pergi usai menyelesaikan kalimatnya.Senyum Andin semakin merekah ketika melihat gelas Vella kosong. Ia juga sudah tidak tertarik berdiam diri di tempat itu."Kak Rino, aku akan beristirahat. Besok aku akan berkompetisi, jadi aku harus mempersiapkan diri dengan baik. Aku pergi dulu ya." Tidak menunggu jawaban dari Rino, Andin segera berdiri dan menyusul Vella.Vella sadar itu, sesampainya di koridor wisma atlet, ia menghentikan langkah dan menatap Andin lekat."Kamu mau apa?" tanya Vella dingin."Aku … aku mau kembali ke kamarku, Kak. Kamu menginap di kamar nomor berapa? Aku di kamar nomor 202."Vella mendengkus ding

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    128. Jus Jeruk

    Vella tertegun sembari berbaring menyamping di tempat tidurnya tanpa merasakan kenyamanan.Pandangannya kosong, sesekali diwarnai dengan embusan napas kasar yang terasa hangat menyentuh ujung bibir.Sampai telinganya mendengar suara pintu terbuka, perlahan Vella segera memejamkan mata.Tempat tidur bergoyang ringan, aroma maskulin semakin mendekat diikuti pelukan hangat dari belakang."Kamu sudah tidur?" bisik Samudera di dekat telinga Vella.Vella bergeming, tak ingin merespon pertanyaan Samudera. Dia tidak ingin meledak, hanya mencoba meredam kekacauan hati seorang diri.Kecupan sayang Vella rasakan di atas telinganya. Berikut suara rendah yang menenangkan."Jangan takut, aku tidak akan pernah meninggalkanmu."Meski Vella tidak terisak, tapi Samudera tahu Vella baru saja menangis. Bantal yang basah sudah cukup mewakili perasaan Vella saat ini.Kecupan sayang itu kembali mendarat, pelukan Samudera juga

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    127. Aku Ingin Lebih Cepat!

    Suara serak di depan pintu yang masih tertutup juga menarik perhatian Edgar untuk menoleh. Sementara Vella langsung menatap Samudera seakan berkata, 'Lakukan sesuatu!'Kedatangan kakek Baswara secara mendadak di hadapan Edgar, tentu akan menimbulkan masalah lain.Sebaiknya hanya sedikit orang yang tahu tentang pernikahan Vella dengan Samudera, paling tidak sampai mereka lulus sekolah.Samudera pikir juga begitu, saat ini dia belum menemukan keberadaan Vita. Membiarkan Edgar dan kakek Baswara bertemu pasti akan membuat masalah lebih runyam.Samudera segera meraih ponsel dan mengirim pesan dengan cepat."Apa kamu datang bersama seseorang di sini?" tanya Edgar pelan.Tapi belum sempat Samudera menjawab, suara gaduh di luar kembali terdengar."Kakek salah tempat, acaranya bukan di sini. Ayo, Kek. Mama dan papa sudah menunggu!""Kakek jangan jauh-jauh dari kami, aku mau menagih oleh-oleh kenapa sudah hilang?""Atau jangan-jangan Kakek datang dengan tangan kosong ya hingga ingin menghindari

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    126. Kakek ….

    Di restoran Galaksi Samudera sudah duduk dengan tenang di mansion 8, ruangan eksklusif yang dia pesan setelah menerima telepon dari Vella bahwa Edgar ingin bertemu. Seperti biasa, Samudera selalu tenang sama sekali tidak menunjukkan kepanikan. Berbeda dengan Vella saat ini, ia mulai sedikit gugup sambil berjalan di sebelah Edgar menuju ke mansion 8. Ini pertama kalinya Edgar bertemu dengan Samudera, Vella takut Edgar akan memberi pertanyaan aneh dan juga menekan. Samudera memang seperti orang asing yang tiba-tiba muncul di kehidupan Vella. Jadi kemungkinan besar Edgar akan lebih protektif terhadap Vella. Sembari merengkuh lengan papanya, Vella mulai berbisik, "Pa, nanti Papa jangan memberi pertanyaan yang aneh-aneh ya? Jangan menakut-nakutinya." Permintaan Vella ini segera menciptakan senyum geli yang terlihat samar di bibir Edgar, ia pun menjawab santai, "Kalau takut ya putus saja." "Tch … mendadak aku menyesal mengajak papa bertemu dengannya," gerutu Vella lirih, tapi masih bi

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    125. Telepon Pacarmu Papa Ingin Bertemu

    Di sofa ruang bacanya Edgar tertegun sendirian menatap sebuah foto kebersamaannya dengan Vella dan Vita sebelum Andin dan Indina tiba. Dulu mereka sangat bahagia layaknya keluarga yang sempurna, tapi Edgar menghancurkan semuanya dengan sebuah penghianatan.Sekarang rasa bersalah itu seperti menumbuknya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Edgar sadar semua rentetan masalah ini berawal dari penghianatannya terhadap Vita, hingga Vella juga harus menanggung dampak dari perbuatannya.Sekarang dia tidak punya sanggahan jika Vella menilainya sebagai seorang ayah yang buruk. Edgar sendiri juga merasa dirinya bodoh dan hanya menciptakan kesedihan di hati anak dan istrinya.Setelah mengkhianati istri cantik yang setia, dia malah membuang dan menelantarkan Vella di luar sana. Kata 'bajingan' sepertinya tak cukup untuk menggambarkan dirinya saat ini. Edgar sadar itu.Edgar tidak menoleh ketika seseorang hadir di sebelahnya tanpa berkata, dia tahu itu Vella. Hanya saja dia tidak punya kata-k

  • Tuan Muda untuk Putri yang Tertindas    124. Kesalahpahaman yang Mulai Terurai

    Waktu terus bergulir, langit yang tadinya terang kini sudah menggelap. Notifikasi di ponsel Vella pun seakan tak berhenti bergetar mengingatkan Vella untuk segera kembali. Diam-diam nenek Lola memperhatikan Vella yang terus mengulum senyum sembari membalas chat. Sudah pasti itu Samudera yang mulai rewel karena ditinggal lama. Vella jadi merasa mempunyai bayi besar sekarang. "Namanya siapa?" Tiba-tiba nenek Lola bertanya dengan suara seraknya yang bernada lembut. Vella yang berbaring tengkurap di sebelah nenek Lola segera mendongak dan menaikan alis sembari tersenyum. "Perlihatkan pada nenek, seperti apa wajahnya?" Kedekatannya dengan nenek Lola membuat Vella tak ragu untuk menunjukkan foto Samudera kepadanya. "Pantas saja, mata cucu nenek memang tidak pernah salah. Sangat tampan," ucap nenek Lola memuji paras mulia seorang Samudera. Vella tersenyum girang lantas memeluk neneknya dan berkata, "Nenek, apakah Nenek baik-baik saja jika aku pergi? Sebenarnya malam ini aku ada janji

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status