Tangis Andin menggema dengan sangat memilukan, diikuti Vella yang memiringkan wajah ke arah pintu.
Vella tersenyum simpul. Kini dia tahu penyebab terjatuhnya Andin secara mendadak. Ternyata adiknya yang penuh muslihat sudah menangkap kedatangan papa mereka hingga gadis busuk itu bertindak rendahan untuk menjatuhkannya. Edgar mendekat ke arah Andin dan membantunya berdiri. "Apa yang terjadi? Seharusnya kamu tidak melakukan ini pada adikmu?" Dengan santainya Vella kembali duduk di tempat tidur, dan bertanya, "Memang apa yang aku lakukan?" "Vella ...." Edgar sungguh tak mengerti dengan sikap dingin putri sulungnya ini. "Lain kali papa harus memasang CCTV di setiap ruangan, agar papa tahu apa yang dilakukan adik kesayanganku ini," ucap Vella tenang, dia sangat yakin meskipun dia mengatakan yang sebenarnya, Edgar tidak akan percaya melihat Andin yang sangat teraniaya seperti itu. Adiknya ini benar-benar sangat hebat, menuntun orang untuk melindunginya meski sebenarnya dia bukan korban. Sikap santai Vella membuat Andin was-was, dia mulai menarik perhatian Edgar dengan sok baik. "Pa, jangan marah pada kak Vella. Pasti dia mempunyai alasan tertentu hingga dia bersikap kasar padaku." "Cih ...," decak menghina keluar dari celah bibir Vella. "Vella, jaga sikapmu?! Tidak seharusnya kamu bersikap buruk pada adikmu!" Hardikan Edgar kembali menggema, namun tak mengubah sikap acuh tak acuh Vella. "Aku tidak melakukan apapun padanya. Tapi aku rasa jika itu benar, dia pantas mendapatkannya." Vella berucap santai dengan ketidakpedulian kental dari setiap kata yang dia ucapkan. Raut wajah Edgar semakin buruk mendapati perubahan sikap pada putri sulungnya. Selama ini Vella memang pendiam dan tegas. Namun, tak sekalipun dia berujar untuk mencela orang lain, termasuk adiknya yang memang lemah dan gampang menangis. Meskipun Andin merengek dan merebut apa yang dia miliki, Vella tak pernah bersikap jahat atau berucap kasar pada Andin. "Andin, kamu kembali ke kamarmu. Papa ingin bicara dengan kakakmu secara pribadi." Edgar mencoba memutus ketegangan ini. Andin belum puas menjatuhkan Vella, tapi Edgar sudah memerintah, dia tidak mungkin membantah. Dia mengangguk menunjukan seorang putri yang patuh. Saat Andin keluar, Vella menangkap sudut mata Andin yang kembali melirik pepper bag miliknya. Sepertinya gadis itu masih menginginkan benda pemberian Rino. Vella dibuat tersenyum mencela karenanya. Setelah Andin keluar dan menutup pintu. Terdengar Edgar menghela napas berat. Kemudian dia duduk perlahan di samping Vella yang terdiam. "Ada apa?" Edgar mengulangi pertanyaannya, tapi kali ini dia menggunakan nada pelan yang terdengar mengayomi. Edgar cukup tahu Vella tidak akan bertindak lebih jika tidak ada hal yang memicu. Vella juga menghela napas sejenak, dan bertanya, "Apakah Papa percaya jika aku mengatakan yang sebenarnya?" "Apa papa pernah meragukanmu? Bahkan saat orang lain menatapmu dengan rendah, aku adalah orang pertama yang menentang hal itu." Vella menelan saliva dengan kasar, memang benar Edgar masih memperjuangkan keadilan untuknya sejak kejadian seminggu yang lalu. Namun, apakah dia percaya jika dalang dari semua itu adalah istrinya yang lembut dan penuh perhatian palsu itu? "Papa belum menemukan pelaku itu 'kan?" tanya Vella pelan. "Kamu tenang saja, papa akan segera menemukannya." Edgar mencoba menenangkan Vella yang sebenarnya sangat sia-sia. "Dia berada di luar negeri sekarang." Segera mata Edgar memicing mendengar ujaran putri sulungnya. "Bagaimana kamu tahu?" "Mama Indina yang lebih tahu dengan semua ini. Aku hanya mendengarnya sebagian percakapan mereka." Vella begitu blak-blakkan tak ingin menutupi sedikitpun hal yang dia ketahui. Alis Edgar semakin berkerut. "Vella!" "Papa sudah mengatakan, bahwa tidak pernah meragukanku," tegas Vella tanpa menatap Edgar. Kemudian Edgar menghela napas untuk meredam amarahnya. "Apa yang kamu dengar?" "Mama Indina menyuruh penjahat itu agar tetap berada di luar negeri selama papa masih mencoba mengusut masalah ini." Edgar semakin terperanjat mendengar penjelasan putrinya, matanya berkilat tajam menunjukan ketidakpercayaan. "Vella, papa harap kamu tahu apa yang sedang kamu bicarakan? Indina adalah orang yang selalu merawatmu saat Vita sibuk dengan pekerjaannya." Vella langsung mendengkus kasar mengingat kenyataan dia pernah menerima Indina sebagai ibu yang baik dalam hidupnya, bahkan dia sangat menghormatinya, sangat layak jika dia menyesalinya sekarang. Dengan sangat putus asa Vella berkata, "Aku sudah tahu papa akan berkata seperti itu." Kemudian Vella melepas sepatunya dan meringkuk di tempat tidur dengan posisi miring membelakangi Edgar yang masih duduk memperhatikannya. Lagi-lagi Edgar menghela napas berat menatap putrinya. Dia tahu Vella masih terpukul dengan kepergian Vita. Dia juga sempat mendengar percakapan kedua putrinya sebelum mendapati Andin terjatuh. Edgar berpikir usia Vella yang masih sangat muda, mungkin saja memicu rasa iri saat adiknya masih mempunyai seorang mama, hingga anak sulungnya mulai bertindak di bawah kendali untuk memuaskan kekesalannya. Ada rasa prihatin melihat putri sulungnya seperti ini, Edgar pun menyentuh kepala Vella lembut dan berucap, "Papa tahu kamu lelah, lebih baik kamu istirahat. Jangan sampai kepuasan egomu menusuk orang yang salah. Dan ingatlah, kami semua sangat menyayangimu seperti Vita yang mengasihimu." Kecupan hangat dapat Vella rasakan di puncak kepalanya. Kemudian terdengar suara pintu yang terbuka kemudian tertutup pelan. Vella sudah tahu Edgar pasti tidak akan percaya padanya. Bahkan dia sadar, dari apa yang diucapkan papanya barusan, dia dapat merasakan bahwa Edgar malah mengira dia iri dengan apa yang dimiliki Andin. Sesungguhnya meskipun sejak awal dia tidak mempunyai ibu, dan dilahirkan dari celah batu sekalipun, dia sama sekali tak pernah mengidamkan mempunyai ibu seperti Indina. Wanita yang melempar anak tirinya, dan nyaris terjungkal ke lembah kegelapan, tentu saja tak pantas disebut sebagai seorang ibu. Vella sangat ingat bagaimana Indina terus menyibukkannya dan tak memberinya kesempatan untuk makan, ternyata tujuannya jelas, agar Vella tidak punya tenaga untuk melawan laki-laki yang sengaja dia umpankan untuknya. Vella harus mempunyai bukti yang kuat untuk membuka kedok Indina pada semua orang. Sayang sekali percakapan di telepon tadi tak menunjukan kemana pria itu melarikan diri. "Sejauh mana mama Indina menyembunyikanmu, aku pasti bisa menemukanmu," gumam Vella pelan dengan binar mata dingin dan tenang, namun menerawang. Lama terpekur dalam diam, memikirkan apa yang harus dilakukan untuk membuka kedok mama tirinya. Tercetus ide untuk melihat riwayat panggilan telepon di rumahnya. Segera Vella bangkit dari tempat tidur dan menyambangi meja belajar untuk membuka laptop. Dia segera mengakses halaman web layanan pengelola telepon rumah. Senyumnya melengkung samar kala menemukan nomor layanan pengelola telepon. Tak menunda lagi Vella segera menghubungi nomor tersebut melalui ponselnya. Menunggu cukup lama, akhirnya Vella mendapatkan data lengkap dari nomor yang dihubungi Indina. Senyum Vella pun melengkung sinis. "Jadi di situ mama Indina menyembunyikanmu?"Pagi kembali menyingsing. Dua gadis cantik berseragam SMA tengah menuruni tangga menuju ke ruang makan di mana kedua orang tua dan nenek mereka sudah duduk dengan tenang di sana."Pagi semuanya ...," sapa Andin dengan ceria seperti biasanya.Sementara Vella hanya menarik kursi dengan tenang dan duduk di sebelah nenek Lola."Bagaimana malammu?" tanya nenek Lola sembari menyentuh tangan Vella.Vella tersenyum tipis dan menjawab, "Indah."Nenek Lola tergelak ringan mendengar jawaban singkat dari cucu sulungnya yang selalu irit kata."Nenek, kamu tidak ingin menyapaku juga?" Andin terlihat merajuk dengan suara manjanya.Nenek Lola kembali tergelak. "Tentu saja nenek akan menyapa. Tapi melihat wajahmu yang ceria ini tentu saja nenek tahu tadi malam kamu mimpi indah.""Nenek benar," jawab Andin cepat dan tersenyum lebar sembari membalik piringnya.Indina juga tergelak ringan mendapati keceriaan pagi ini. Setelah menyajikan menu makanan di piring Andin, Indina berkata lembut sembari menyendo
Kedatangan Vella dan Rino di sekolah kembali menuai sorotan. Setelah apa yang terjadi mereka malah jalan bergandengan di koridor sekolah. Memupus keinginan siswi yang ingin menarik perhatian Rino yang memang mempunyai wajah rupawan.Tidak lama kemudian Andin juga tiba di sekolah, dia berjalan di belakang menatap dua punggung dengan binar ketidaksenangan.Mendadak langkahnya terhenti, manakala melihat pasangan di depan juga berhenti. Sedikit matanya melirik papan pengumuman. Ada dua poster besar yang menarik perhatian Vella di sana.'Oh, kamu ingin mengikuti kompetisi panahan?' batin Andin mencibir.Lengkungan senyum merekah indah di bibir Rino kala tahu kemana arah pandang Vella, kemudian ia berkata, "Kamu harus mengikuti kompetisi itu. Kali ini aku yakin kamu pasti kembali menang."Vella juga menarik kedua sudut bibirnya ke samping, hingga membentuk senyum setipis tisu.Dia memang berencana mengikuti kompetisi tersebut, dua tahun terakhir Vella memenangkan kompetisi panahan secara be
"Aaargh!!!" Suara Andin melengking kesakitan, setelah Vella beranjak pergi sembari menginjak tangannya dengan acuh tak acuh.Makan siang Vella juga sudah mengguyur ke tubuh Andin sebelum dia melempar piring stainless itu ke sembarang arah.Seketika tak seorang pun berani menarik napas melihat ketegangan ini.Kebanyak mereka membekap mulut guna menutupi indera pengecap yang menganga akibat terkejut.Vella memang pendiam dan dingin, tapi tak pernah sekalipun terlihat menyakiti seseorang.Tapi kali ini, Vella bagaikan dewi kekejaman yang menghakimi adik tirinya tanpa belas kasih.Terlihat keren, tapi itu juga sangat mengerikan dan tak pantas untuk ditiru ataupun dipuji.Dengan tenang Vella terus berjalan menjauhi pusat perhatian.Namun, pendengarannya masih berfungsi dengan baik saat teriakan Feli menggema menghujatnya."Dasar iblis! Kamu iblis betina yang sangat kejam! Kamu tidak pantas untuk mendapat cinta kami! Sudah benar mamamu meninggal dengan begitu cepat, jika dia masih hidup, di
Vella melonjak terkejut, refleks dia berdiri mendengar ujaran mendadak itu.Terlihat Samudera sedang berjalan mendekat ke arahnya dengan langkah ringan.Wajah tampan, keren, dan tenang itu membuat Vella malu dan segera menghapus air mata dengan punggung tangan. Dia tidak suka kesedihannya dilihat oleh orang lain.Tidak banyak ekspresi yang diperlihatkan Samudera setibanya di depan Vella."Jika kamu memainkannya seperti itu. Saat kamu berlari cinta tidak akan menemukanmu. Kamu memainkan nada berlari untuk ditinggalkan, bukan cinta untuk menemukanmu," ucap Samudera dengan suara rendahnya yang entah mengapa itu terasa hangat di hati vella.Vella diam sejenak dan menelan saliva secara perlahan. Kemudian berkata, "Aku tidak pernah berharap ada cinta tulus mendatangiku setelah hari ini."Samudera tersenyum hambar dan berkata, "Bodoh."Vella tak lagi menimpali, dia memang merasa bodoh sudah dipermainkan oleh ibu dan adik tirinya yang selama ini dia cintai segenap hati, dan Rino, Vella sunggu
Kelas sudah kembali dimulai, Vella menatap guru yang sedang menerangkan pelajaran sosiologi dengan tatapan kosong.Pikirannya masih tertuju pada ucapan Samudera yang memotivasi untuk tidak menyerah.'Mau menjadi pemenang ataupun pecundang adalah pilihanmu. Mau mendapatkan cinta atau hinaan juga pilihanmu. Suaramu tidak buruk, jika kamu hanya menyia-nyiakan bakat emasmu untuk menangis, hanya ada kekecewaan yang datang padamu.'Kata itu terus terngiang di benak Vella, dia pikir itu benar. Diri kita sendirilah yang akan menentukan bagaimana orang lain akan memandang kita.Vella sudah gagal membuktikan diri di ajang kompetisi model, dan malah mendapatkan hinaan lantaran fitnah yang dia terima. Sekarang pintu lain terbuka, haruskah dia menyia-nyiakan kesempatan itu?'Sangat boboh!' gumam Vella dalam hati kala ingat dia hampir mengabaikan kesempatan yang ada di depan mata.'Kompetisi ajang menyanyi itu, aku tak akan melewatkannya.''Aku bukan kabut suram yang tidak mempunyai masa depan sepe
Vella meninggalkan ruang musik dengan langkah santai untuk bergegas pulang. Dia berpikir harus mencari guru vokal lain, di mana tidak ada orang yang mengenalnya agar dia bisa belajar dengan nyaman.Sampai di pelataran sekolah, mata Vella memicing tajam begitu melihat wanita paruh baya sedang berdiri di samping mobil mewah keluarganya.'Untuk apa dia di sini? Apa dia ingin membuat perhitungan denganku setelah papa mengetahui kejahatannya?' batin Vella sembari menatap ibu tiri yang hadir di hadapannya."Vella, mama yang menjemputmu hari ini," ucap Indina dengan suara lembut yang khas.Vella tersenyum sengit, dan bertanya, "Kamu pikir aku mau?""Edgar ingin berbicara denganmu."Perlahan kelopak mata Vella terangkat, ada kejanggalan pada ucapan Indina barusan.'Kenapa wanita jahat ini masih berhubungan dengan papa? Seharusnya papa mengusirnya setelah mengetahui perselingkuhannya dengan laki-laki jahat yang ingin melecehkanku.'Vella mengangkat sedikit dagu dengan arogan kemudian berkata s
"Kamu mengenalku?" tanya Vella dingin."Sayangnya tidak. Tapi sejak pertama kali wanita itu membawamu ke sini aku menyukaimu." Mata pemuda itu tiba-tiba mengunci mata Vella dengan kilat tajam.Namun, Vella sama sekali tak terlihat gentar, membuat tatapan pemuda itu sedikit meredup, dan berkata, "Sepertinya kamu cukup berani.""Kalian tidak akan mendapatkan kesenangan apa pun dariku. Aku akan bunuh diri sebelum kalian mencoba mengambil keuntungan dariku."Binar wajah pemuda itu seketika menggelap, memancarkan emosi yang tidak biasa di wajah tampannya."Kamu pikir aku akan membiarkanmu melakukan itu? Saat ayahku mengatakan kamu akan dikirim pada milyader yang berlibur di kapal pesiar, rasanya aku hampir gila, dan langsung menghampirimu kemari, bagaimana bisa aku membiarkanmu menghabisi dirimu sendiri?"Alis Vella semakin berkerut memikirkan setiap perkataan pemuda itu. 'Apa yang barusan aku dengar?' batinnya.Tapi detik berikutnya kerutan di alis Vella memudar, juga ada sedikit napas ke
Kabut putih baru saja tersapu mentari pagi yang hangat, mengetarakan bangunan luas pada dataran tinggi nan hijau, namun juga dekat dengan perkotaan.SMA Pucak Langit, nama yang sombong untuk ukuran tempat mengenyam pendidikan. Begitu pula siswa siswi yang ada di dalamnya, sepertinya memang tak ada kalangan biasa yang bersekolah di sana.Dengan gaya elegan tanpa meninggalkan kesan imut khas anak remaja, mereka berjalan masuk menuju kelas masing-masing setelah mendengar suara lonceng berbunyi.Begitu juga dengan Rino, kini dia berjalan sendiri masuk ke dalam kelas, siap menyambut pelajaran pertama.Beberapa kali dia melirik bangku kosong di sebelahnya, hatinya sedikit tidak nyaman. Kemarin dia tidak menemukan Vella di kelas musik, sekarang dia malah tidak masuk sekolah.Sebenarnya Rino memang kesal, lantaran Vella meninggalkannya tanpa pesan.Dia bertekad tidak akan menghubungi Vella sampai gadis itu menghubunginya terlebih dulu.Tapi, ditungguin sejak tadi malam, tak ada satu pun pesan
Entah sejak kapan Samudera berada di situ dengan aura mengerikan seperti hendak melenyapkan seseorang.Bagaimana Vella tidak suci?Leon yang dia tangkap sudah mengakui jika tidak sempat melakukan apapun pada Vella.Selain itu Samudera sendiri juga sudah membuktikan saat malam pertamanya dengan Vella di Paris.Noda darah keperawanan di seprai putih itu masih Samudera ingat dengan jelas di benaknya.Kata-kata kotor Sandra benar-benar membuat Samudera kehilangan kesabaran."Orang yang mempunyai mulut busuk sepertimu seharusnya tidak hidup di dunia ini."Samudera nyaris menghantam Sandra, jika tidak ada tarikan yang menghentikannya."Jaga martabatmu, Tuan Muda Baswara," tegas Brian, sembari mencengkeram kuat tangan putranya.Lantas kerlipan mata membuat dua orang pengawal menyeret Sandra keluar dari dalam venue.Gadis itu meronta-ronta dan berteriak seperti orang gila."Samudera kamu akan
Bukan hanya tamu undangan yang terlihat terguncang, tapi tuan Kuswara juga berkali-kali lipat merasakannya.Ia terus menyangkal perkataan nyonya Baswara untuk membela anak dan istrinya.Dan itu hanya membuat nyonya Baswara mencibir sengit. "Aku turut prihatin, ternyata kamu juga korban penipuan."Nyonya Kuswara memilih untuk diam, semakin banyak bicara semakin akan menunjukkan celah untuk membongkar kebohongan.Tuan Kuswara sangat mempercayainya itu adalah kekuatan terbesar seorang istri.Tapi tidak dengan Sandra yang mulai panik kedoknya akan terbongkar, ia pun terus-menerus berdalih untuk menutupi rahasianya."Bibi, aku tidak tahu salah apa yang pernah aku lakukan padamu, hingga kamu sangat membenciku. Aku hanya ingin berbakti padamu sebagai seorang menantu, tapi kamu malah menuduhku dengan yang tidak-tidak. Sekarang apa yang harus aku lakukan?"Melihat raut wajah menyedihkan penuh derai air mata ini, orang akan mengir
Pertanyaan Vella membuat Sandra meraung dan kembali menggila ingin menyerang Vella.Tapi Virgon jelas tidak membiarkan itu terjadi, ia menarik Sandra menjauh untuk mengamankan Vella.Tak terkecuali tuan Kuswara yang juga memaki dengan sangat brutal di atas panggung.Alhasil dia pun diseret turun dan diperingatkan akan diseret keluar dari venue jika masih ingin membuat kegaduhan.Vella segera dipersilahkan menuju podium untuk memberi sedikit sambutan."Terima kasih atas kerjasama para investor yang sudah bergabung dengan proyek yang akan kami selenggarakan. Terutama pada Samudera dan Kakek Baswara yang sudah memberi dukungan yang sangat besar pada perusahaan kami, semoga kedepannya kita dapat meraih keuntungan bersama dan meraup pundi-pundi kemakmuran yang tidak terkira."Di bawah panggung suara tepuk tangan riuh tak terhingga mendengar penuturan Vella.Tapi tidak dengan kakek Baswara.Ia pun tercengang dan seper
Sandra langsung tertawa mencibir mendengar ujaran Vella yang semakin tak masuk akal.Perusahaan Kuswara adalah milik keluarga Kuswara, tapi mengatakan perusahaan akan tetap berdiri sementara keluarga Kuswara akan hancur.Bagaimana itu mungkin?Tapi Sandra memahami kenapa Vella berkata seperti itu.Tampaknya saingan cintanya ini masih terlalu percaya diri akan memiliki Samudera kedepannya."Aku tidak masalah jika Samudera ingin mengambil alih perusahaan ini, dia memang mempunyai saham terbesar di perusahaan kami. Tapi aku adalah tunangannya dan pada akhirnya kami akan menikah, milik Samudera juga akan menjadi milikku, seorang menantu keluarga Baswara."Ucapan Sandra diikuti tawa lembut yang sama sekali tak ramah.Sandra benar-benar sangat percaya diri ketika mengucapkan kata itu. Ia pun tersenyum mencela dan kembali mengejek."Vella, aku sudah mengatakan. Bermimpi terlalu tinggi itu adalah urusanmu, tapi jatuh it
Sandra mencibir sengit, dan berkata, "Memang apa yang bisa kamu lakukan? Kamu sudah lihat sendiri, meski kamu mencoba merobohkan Kuswara Group, kamu juga mengubah statusmu dari Cinderella menjadi seorang putri terhormat dari sebuah kerajaan. Tapi pada akhirnya pertunanganku dengan Samudera tetap dilaksanakan. Kamu hanya membuat dirimu sendiri menjadi gadis yang jahat di mata kakek Baswara, Vella." Vella sepertinya tidak terpengaruh dengan ucapan Sandra, ia masih terlihat tenang, lantas berucap, "Karena itu aku tidak akan melakukan apapun malam ini, karena kakek Baswara sendiri yang akan membatalkan pertunanganmu dengan Samudera." Sandra melihat rona wajah Vella yang kaku tak berekspresi, ia yakin saat ini Vella hanya menggertak untuk menutupi kegundahan di dalam hati. Orang seperti kakek Baswara tidak akan mudah luluh dengan iming-iming apapun jika terkait janji seorang pria. Kakek Baswara akan selalu menepati janji yang pernah ia ucapkan pada mendiang kakeknya. Memikirkan ini Sa
Setelah bangkit dari kematian, ini untuk pertama kalinya perusahaan Kuswara menggelar perjamuan guna penggalangan dana proyek yang akan mereka jalankan.Tentu saja tuan Kuswara sebagai pemimpin perusahaan tersebut kembali ingin menunjukkan pada dunia bahwa perusahaannya masih eksis dan siap kembali berbisnis.Karena itu tuan Kuswara mengundang begitu banyak kalangan pembisnis dengan tujuan mereka akan berinvestasi sebanyak-banyaknya di proyeknya kali ini.Biasanya Sandra tidak pernah ikut campur dalam urusan bisnis ayahnya, namun ia tahu malam ini Samudera pasti akan datang sebagai pemilik saham terbesar di Kuswara Group.Karena itu Sandra sudah berdandan sangat rapi dan tampak luar biasa saat keluar dari dalam mobil."Kamu cantik sekali, Samudera pasti akan menyesal menyimpan putri tak tahu malu itu," ucap nyonya Kuswara memuji putrinya yang memang tampak anggun dan sangat cantik.Sandra tersenyum. Ia benar-benar mematut diri dengan baik malam ini.Ia mengenakan one shoulder dress wa
'Belum menunjukkan kejutan? Sebenarnya apa yang sedang direncanakan gadis ini?' Kakeka Baswara menatap Vella yang sedang mengunyah apelnya dengan lahap. "Apapun yang kamu lakukan, aku tetap tidak akan pernah mengubah keputusanku, Vella," ucap kakek Baswara dingin. Tapi Vella hanya menanggapinya dengan santai. "Kita bicara sambil makan siang ya, Kek. Aku sangat lapar." Tidak ada keramahan sedikit pun di wajah kakek Baswara, tapi nyatanya orang tua itu tetap menyuruh pelayan untuk menyiapkan makan siang. Vella tersenyum. Menolak, tapi juga memberi pelayanan, sama saja dengan menunjukkan bahwa kakek sebenarnya ingin menerimanya, tapi terganjal suatu. Makan siang sudah dihidangkan di atas meja. Vella sama sekali tak sungkan memakannya. Kakek Baswara memperhatikan dengan seksama, dan mulai membatin, 'Apa seperti ini cucu menantuku sebenarnya?' Kakek Baswara sudah beberapa kali makan bersama Vella. Tapi belum pernah melihat nafsu makan Vella yang begitu besar. Perbedaan ini membuat
Negara W.Tentu saja banyak yang mempertanyakan, tanpa melakukan tes DNA kenapa ratu begitu mudah mengakui bahwa Vella adalah keturunan murni dari kerajaan W.Tes DNA sebenarnya juga rawan dilakukan di dalam istana.Pihak-pihak yang menginginkan kekuasaan pasti akan menghalalkan segala cara untuk memanipulasi data hasil tes DNA guna menyingkirkan Vella dari kerajaan.Tapi satu hal yang tidak bisa membohongi ratu.Gambar kerang mutiara terbuka yang ada di dada Vella itu bukan tato, melainkan tanda lahir yang diwariskan turun temurun dari leluhur."Nenek tidak tahu apa yang dilakukan leluhur kita pada zaman dulu. Tapi yang nenek tahu, setiap keturunan murni kerjaan W akan mewarisi tanda lahir seperti ini sejak lahir. Dan ini tidak bisa dihilangkan melalui operasi atau perawatan laser, Vella. Apa kamu masih ingin mengelak bahwa kamu bukan cucuku?"Itu perkataan ratu Velossa saat hanya berdua di dalam kamar membantu Vella be
28 tahun yang lalu, Siera sangat ingat ketika ia mendorong putri Valari masuk ke dalam jurang di negara Y, ia juga membuang batu giok mutiara bersamanya. Dari ketinggian seperti itu orang saja bisa mati, tidak mungkin batu giok tidak pecah? Tapi bagaimana batu giok mutiara sekarang masih utuh dan terlihat sangat terawat? Siera segera menatap ratu Velossa. "Ibu, sepertinya apa yang dikatakan putri Hilda benar. Gadis ini datang membawa tujuan. Bagaimana mungkin batu giok itu bisa sama persis seperti milik mendiang Putri Valari?" Ratu sendiri juga curiga, saat Siera menangis dengan keadaan terluka untuk melaporkan bahwa putri Valari dikejar anjing gila dan jatuh ke arah jurang, seseorang mengatakan jika memang ditemukan pecahan batu giok beserta bercak darah di dasar jurang. Namun, saat itu jasat putri Valari tidak ditemukan. Semua berasumsi jika binatang buas telah menyeretnya masuk ke dalam hutan dan memangsanya. Tapi sekarang batu giok mutiara itu utuh, hingga memberi harapan bar