Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu

Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu

last updateLast Updated : 2024-06-13
By:  Lee Lizbet 88  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
10 ratings. 10 reviews
204Chapters
4.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ratih tidak menyangka jika dirinya akan dikhianati oleh suami dan adik tirinya bahkan, dibunuh oleh seseorang yang tidak pernah dia tahu pelakunya. Hingga sebuah pusaka peninggalan bundanya membuat Ratih kembali ke masa lampau saat ajal hendak menjemputnya. Untuk menyelamatkan seluruh keluarganya dan merubah masa depannya, Ratih harus menikah dengan pria pilihan kedua orang tuanya. Atmadeva Haidar Rahardjo, tapi saat Ratih mengatakan kepada Deva bahwa dirinya menyetujui pernikahan yang selama ini ditentangnya, Deva justru curiga kepada Ratih. Ratih berusaha meyakinkan Deva, hingga Deva memberikan kontrak pernikahan beserta syaratnya. Apakah mereka akan jatuh cinta pada akhirnya? Lalu, apa konsekuensi Ratih saat menggunakan kekuatan pusaka keluarganya berupa liontin giok yang melingkar di lehernya?

View More

Latest chapter

Free Preview

BAB 1. Cahaya Kuning Keemasan Liontin Bunda.

“Ah! Iyah Mas, gitu … iya … aku suka, Mas!” Ratih terbangun, mendengar suara adik tirinya merintih keenakkan di kamar sebelah. Tubuhnya terlalu lemah untuk sekedar bangun dari tempat tidur dan duduk. Apalagi sampai berjalan ke luar dari kamar tidurnya. Masih lengkap dengan pakaian serba hitam, ia kembali menyeka air matanya. “Ayah …,” lirihnya mengingat jika tadi siang dirinya dan seluruh keluarga baru saja mengubur ayahnya. Lamunannya buyar, saat suara lelaki yang tidak asing kembali terdengar bersahutan dengan desahan adik tirinya. “Kamu suka, Nia?! Oh! Nia, kamu sangat agresif!” “Mas Rangga?!” batin Ratih sambil menggeleng tidak percaya. Dengan sisa tenaganya, ia berjalan memegangi tembok kamarnya dan membuka lebar pintu kamar yang memang tidak tertutup rapat. Persis di sebelah kamar itu, kamar Nia, saudara tirinya terbuka lebar. Seolah memang sengaja, Nia menatap Ratih sambil tersenyum sinis menikmati tiap hentakan brutal penuh nafsu dari Rangga, suami Ratih. “Apa yang kalian

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
vitafajar
penasaran banget sama ceritanya! semangat up ya kakkk
2024-04-15 00:07:06
0
user avatar
Princess Angel
adik apaan suami kakaknya sendiri di embat juga
2024-02-19 16:23:57
1
user avatar
Chubby Misso
Kakaaakkk! Tulisannya bagus deh! Ceritanya juga seru! Semangat selalu ya Kak! ...️
2024-01-27 12:06:09
1
user avatar
ismomos
Bagus ceritanya, Kak. Semangat terus, yaa!!
2024-01-14 02:08:44
2
user avatar
Mom Aish
Bab satunya udah seru, selalu menanti update mu .........
2023-12-18 16:42:45
2
user avatar
santi milan
Dapet rekomen dari Allina, bagus ternyata ceritanya, gak kaleng2
2023-12-16 21:16:00
2
user avatar
Sulistiani
keren, bab 1 aja dah seru dan nagih. lanjut Thor
2023-12-12 14:53:37
2
user avatar
Lizbeth Lee
update terus kak
2023-12-07 08:13:31
0
user avatar
Nasreen
Semangat Thor
2023-12-01 21:07:44
3
user avatar
Allina
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya
2023-12-01 20:53:21
2
204 Chapters

BAB 1. Cahaya Kuning Keemasan Liontin Bunda.

“Ah! Iyah Mas, gitu … iya … aku suka, Mas!” Ratih terbangun, mendengar suara adik tirinya merintih keenakkan di kamar sebelah. Tubuhnya terlalu lemah untuk sekedar bangun dari tempat tidur dan duduk. Apalagi sampai berjalan ke luar dari kamar tidurnya. Masih lengkap dengan pakaian serba hitam, ia kembali menyeka air matanya. “Ayah …,” lirihnya mengingat jika tadi siang dirinya dan seluruh keluarga baru saja mengubur ayahnya. Lamunannya buyar, saat suara lelaki yang tidak asing kembali terdengar bersahutan dengan desahan adik tirinya. “Kamu suka, Nia?! Oh! Nia, kamu sangat agresif!” “Mas Rangga?!” batin Ratih sambil menggeleng tidak percaya. Dengan sisa tenaganya, ia berjalan memegangi tembok kamarnya dan membuka lebar pintu kamar yang memang tidak tertutup rapat. Persis di sebelah kamar itu, kamar Nia, saudara tirinya terbuka lebar. Seolah memang sengaja, Nia menatap Ratih sambil tersenyum sinis menikmati tiap hentakan brutal penuh nafsu dari Rangga, suami Ratih. “Apa yang kalian
Read more

BAB 2. Déjà vu

“Ratih, ada apa lagi? Ayo turun,” titah Darman masih tidak dihiraukan oleh Ratih, hingga membuat Darman menarik tangan Ratih. Ratih lantas beranjak dari tempat tidur dan berjalan melewati lemari kacanya. Langkahnya terhenti, ia menoleh melihat lemari kamarnya. Ratih semakin bingung. “Ayah ini bukan lemariku dan Rangga, Ini kan lemari yang dulu pernah Ratih pakai semasa muda. Kok ada di sini?” Ratih menyadari sesuatu kejanggalan yang aneh. PLETAK! Darman menjentikkan jarinya ke kening Ratih hingga membuat Ratih mengaduh. “Aduh, Ayah!” pekik Ratih sambil mengelus kepalanya yang sedikit perih. “Kamu ini?! Ck! Ish! Sudahlah Ayah tunggu di bawah!” Sangking kesalnya Darman sampai tidak bisa berkata-kata, ia lalu keluar meninggalkan Ratih begitu saja di kamarnya. Ratih lalu menatap pantulan bayangnya. “Rambut ini?!” pekik Ratih tidak percaya, rambutnya kenapa hanya sebahu? Seharusnya rambutnya saat ini sudah sepinggang. “Ini Aneh! Ada apa denganku?! Kenapa semuanya berubah begitu cepat?
Read more

BAB 3. Pria Pilihan Orang Tua.

“Bunda, Ratih! Kita berangkat sekarang yah, ayah sudah membuat janji di rumah sakit. Dokternya praktek satu jam lagi.” Tiba-tiba Darman masuk menginterupsi percakapan serius ibu dan anak ini. “Ba-baiklah, Ayah,” sahut Ratih lalu memapah Lusi keluar dari kamarnya. Keduanya memilih bungkam dan bermain dengan pikirannya sendiri selama perjalanan menuju ke Rumah Sakit. Benar saja, sampai di rumah sakit setelah melewati berbagai pemeriksaan, hasil rontgen pun keluar. Ternyata terdapat keretakan pada tulang ekor. Pencegahan awal sudah dilakukan, Ratih bernafas lega. “Satu cikal bakal sebuah masalah telah terlewati,” batin Ratih lalu kembali ke rumah megahnya. “Ayah, Ratih mau belajar mengandarai mobil dan sepeda motor, bisakah Ayah mengajarkannya?” tanya Ratih, sambil melirik Lusi yang memilih untuk menatap Ratih dalam diam. Sambil menundukkan kepalanya, Ratih masih ingat betul bagaimana berulang kali dia sadar jika dirinya sering sekali dibohongi oleh suami dan adik tirinya. Mereka bi
Read more

BAB 4. Penawaran Deva atas Ratih.

Bukan untuk melawan yang kesekian kalinya lagi, tapi Ratih hanya ingin memastikan jika langkah yang akan diambilnya adalah langkah yang benar. Ratih juga tidak tau, apakah dia bisa kembali ke masa lalu lebih dari sekali atau tidak? “Karena itu adalah amanat dari bundanya Deva, sebenarnya Eyang Buyut bundamu dengan Eyang Buyutnya memiliki sebuah perjanjian, Nduk.” Sebuah rahasia baru kembali terungkap. “Apa, perjanjiannya Ayah? Apa, Ayah tau?” Ratih menjadi penasaran. “Entahlah, yang pernah Ayah dengar, turunan mereka harus ada yang menikah. Tapi, lebih tepatnya kamu bisa tanyakan kepada bundamu. Yang jelas, terlepas dari perjanjian itu, Deva adalah anak yang baik. Tidak ada pilihan yang paling sempurna di tempat ini selain Atmadeva, Nduk.” Ratih tidak menyangka perkataan ini akan terucap saat ini. Seharusnya ayahnya mengatakan ini sepulang persta ulang tahunnya. Ayah juga akan mengatakannya sambil menahan amarahnya, tapi saat ini Ayah justru menjelaskannya dengan santai. Sama, se
Read more

BAB 5. Ada Syaratnya.

Bingung, harus dari mana Ratih menjelaskan semuanya, hingga akhirnya dia mencoba untuk menggenggam Kembali liontin pada kalungnya sambil menutup mata. Ia ingin menunjukkan sinar kuning keemasan yang keluar dari liontin itu. Ratih Kembali merasakan, sensasi panas di dadanya setiap kali ia mengingat jika dirinya ditenggelamkan dengan sengaja. Nafasnya Kembali tersengal, keringat dingin juga mulai membasahi dahinya. “RATIH! RATIH! Kamu kenapa sih?! Kok malah kayak gini? Jangan buat aku takut dong!” Suara Deva sontak membuat Ratih membuka matanya dan kembali memegang dadanya yang tersara panas. Dirinya sampai mengambil air minum Deva yang disediakan di meja kantornya, Ratih masih tidak bisa menjawab Deva selain menelan tiap teguk air pada gelas itu hingga tandas. “Okay! Sekarang kamu habisin air minumku,” keluh Deva. “Tadi, kamu lihat nggak? Ada cahaya nggak dari liontin giok yang aku genggam?” tanya Ratih penuh harap. Deva semakin kesal mendengar pertanyaan Ratih, dirinya merasa ke
Read more

BAB 6. Tentukan Saja Tanggal Pernikahan Kita.

“Ratih, sini Nduk. Deva sudah menunggu kamu sejak tadi,” panggil Darman saat melihat Ratih baru saja datang mendekat kepadanya. Deva menatap Ratih tanpa berkedip, wajah cantik Ratih membuatnya kagum, tetapi melihat penampilan calon tunangannya Deva heran. Di acara peresmian pabriknya, kenapa Ratih malah datang dengan kaos oblong dan celana jeans belel. Akhirnya Deva memberikan sebuah kotak kado yang disiapkan untuk Ratih, karena kebetulan besok adalah hari ulang tahun Ratih yang ke dua puluh satu. “Ratih, mungkin kamu bisa ganti baju dulu, ini kado buat kamu besok. Tapi, kamu bisa pakai gaun pemberianku hari ini, sebentar lagi pertunangan kita akan diumumkan. Kamu ganti yah.” Deva lalu menyodorkan sekotak kado berisikan gaun saat dirinya mendekati Ratih yang berdiri dekat Darman dengan raut wajah tak ramah. Wajah Deva menunjukkan seulas senyum bahagia saat Ratih mengambil kotak kado tersebut, begitu juga dengan Darman dan anggota keluarga keduanya. Tapi, tiba-tiba saja Ratih melemp
Read more

BAB 7. Rangga Terusir Dari Pesta.

BAB 7. Rangga Terusir Dari Pesta. Entah kenapa Deva selalu melontarkan kata demi kata yang bertujuan untuk meruntuhkan dan menggoyahkan tekad bulatnya Ratih. Walau Ratih tampak berpikir sejenak tapi dirinya tetap berkomitmen untuk memenuhi semua syarat yang diberikan oleh Deva. Mungkin inilah perjuangan awal Ratih, untuk mendapatkan kepercayaan Deva. “Deva, jangan ragukan diriku jika aku sudah berjanji kepadamu. Harusnya kamu bisa menilai bagaimana keras kepalanya aku saat aku memperjuangkan sesuatu yang ku anggap penting. Memperjuangkan keluargaku adalah prioritas utamaku.” Ratih menatap tajam Deva dan segera turun dari mobil. “Ratih?! Kok kamu turun dari mobilnya Deva?” Rangga terbelalak kaget melihat Ratih. Tak lama kemudian terdengar suara pintu mobil tertutup, Deva turun dan memberikan kunci mobil pada petugas valet. Lalu Deva mensejajarkan dirinya di samping Ratih sambil memasukan tangannya di dalam saku celana. “Rangga, kita putus! Aku, akan menikah dengan Deva. Kamu bisa m
Read more

BAB 8. Tanggal Delapan Bulan Delapan.

“Mau seribu kali kamu bertanya kepadaku, jawabanku tidak akan berubah!” tegas Ratih lalu berjalan meninggalkan Deva menuju ke toilet. “Dasar, keras kepala,” gumam Deva sembari menggelengkan kepalanya. Deva lalu berjalan menuju ke meja tempat Abizar dan Darman sedang berbincang. “Om Darman, Tante Lusi mana?” tanya Deva tidak melihat calon ibu mertuanya. “Tante lagi menyusul Ratih ke toilet,” sahut Darman sambil memberikan segelas sirup untuk Deva. “Pa, Om, ada yang mau saya bicarakan malam ini. Apa kita perlu mencari tempat yang agak tenang untuk membahasnya?” tanya Deva sambil mengedarkan pandangan melihat suasana pesta yang sebenarnya sudah mulai lengang. Banyak para tamu yang sudah berpamitan satu per satu, dari sejak tadi saat dirinya berbincang dengan Ratih di sudut ruangan. Hanya tersisa beberapa yang masih terlihat asik dengan obrolan mereka sendiri. “Disini saja, masih ada beberapa tamu yang belum pulang. Apa yang mau kamu sampaikan, Deva?” saran Abizar sekaligus bertanya
Read more

BAB 9. Penyatuan Kedua Liontin.

Jantung Ratih kini sudah tidak lagi bersabat dengannya, sengatan kecil juga merasuk di atas permukaan kulitnya. “Deva?” panggil Ratih sambil menahan nafasnya sejenak tanpa berani menoleh.“Hem? Acara pernikahan kita akan dilaksanakan minggu depan,” sahut Deva lalu menarik kursi di samping Ratih untuk bergabung dengan calon mertua dan papanya.Ratih tidak lagi mempertanyakan segala hal yang bersangkutan dengan urusan pernikahan mereka. Ia hanya mengulas senyum tipis saat mendengar Abizar dan Darman saling berkelakar dan juga menceritakan kisah masa kecil kedua anaknya.Begitu juga dengan Lusi yang sesekali ikut menimpali percakapan kedua bapak-bapak ini, lalu sesekali ikut tertawa bersama. Ratih sangat menikmati pemandangan ini, sampai Deva kembali berbisik kepadanya.“Aku pinjam ponsel kamu.” Merasakan kembali hembusan nafas Deva, Ratih mendengus dan membuka tas pesta yang dibawanya.“Kenapa sih, suka banget bisik-bisik? Bicara normal kan juga bisa,” omel Ratih sambil memberikan ponse
Read more

BAB 10. Mimpi Buruk.

“Ratih, berjanji akan belajar menerima pernikahan ini dan membuka hati Ratih untuk Deva. Tetapi Ratih tidak yakin Deva bisa membuka hatinya, rasa dendam dan kekecewaannya selama ini sepertinya akan menjadi tembok penghalang dalam pernikahan kami,” lirih Ratih.Menanggapi keputus asaan Ratih akan sikap Deva, Lusi hanya mengulas senyum saja. “Semua harus dimulai dari diri kita dulu. Jika, hatimu memang tulus kepadanya, Bunda yakin suatu saat hati Deva pasti akan tersentuh. Sekarang tidurlah, jangan lagi kamu berprasangka buruk. Tuhan sudah memberikanmu kesempatan untuk kembali menata hidupmu, bersyukurlah dan berprasangka baiklah,” tutur Lusi memang selalu dapat menyejuk jiwa Ratih yang rapuh.“Terima kasih, Bunda … karena selalu mau menerima Ratih walau selama tiga tahun ini Ratih selalu menyakiti hati Bunda dan Ayah. Sungguh, Ratih merasa tidak layak,” sesal Ratih lalu membaringkan tubuhnya dan mengecup punggung tangan Lusi yang setia mengusap lembut surai rambut anaknya.Lusi lalu me
Read more
DMCA.com Protection Status