Warisan Utang Mertua

Warisan Utang Mertua

last updateLast Updated : 2024-07-12
By:  Duo Sul EnjelikaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 ratings. 22 reviews
43Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Sinta adalah seorang kepala sekolah di usianya yang terbilang masih muda. di usia pernikahannya yang baru seumur jagung dirinya harus dihadapan oleh sikap mertua yang terlalu mengatur masalah keuangan rumah tangganya. Sebagai menantu baru dirinya juga tak mau durhaka pada mertua. Namun, lama kelamaan dirinya mulai menyadari jika selama ini dia dan suaminya hanya dijadikan sebagai bank berjalan oleh mertua dan iparnya. untuk mempertahankan rumah tangganya, Sinta harus berpura-pura menjadi seorang guru honorer agar tidak terus-terusan dinadika bank berjalan oleh mertua. Suatu hari status Sinta akhirnya ketahuan juga, dirinya mengira mertua dan ipar takkan berani memperlakukan dirinya seenaknya jika tahu status dirinya adalah kepala sekolah. Namun, dugaannya salah. Dirinya harus dihadapkan dengan utang Ibu mertuanya dan rumah tangganya diambang kehancuran

View More

Chapter 1

BAB 1

“Pesan dari siapa, Mas?” tanya Sinta pada lelaki yang belum lama berstatus menjadi suaminya itu.

“Pesan dari Adikku, dia minta kirimi uang lagi. Katanya, untuk biaya hidup mereka bulan ini belum aku berikan,” jawab Mas Arman sambil memainkan gawainya.

“Apakah suaminya tidak memberikan nafkah untuknya, sampai dia terus -terusan meminta kiriman biaya jatah bulanan dari kamu Mas?“

“Kamu tahu sendirikan aku yang dipercayakan mengelola usaha orang tuaku sayang. Jadi, kedua saudaraku punya hak untuk dinafkahi olehku,” jelas Mas Arman sambil mengelus pipi Sinta yang mulai kembung.

“Minggu lalu adik kamu juga minta dikirimi sepuluh juta Mas? Saya rasa, itu sudah lebih dari cukup untuknya sebulan jika ditambah dengan jatah bulanan dari suaminya.”

“Iya , tapi saat ini dia lagi membangun usaha kecil–kecilan di rumahnya. Jadi, dia butuh tambahan modal buat usahanya. Tidak apa – apa kan?” jelasnya Mas Arman.

“Bukannya uang suami juga uang istri Mas? Seharusnya Kesya mintanya bukan ke kamu tapi ke aku. Karena kamu sudah beristri Mas beda posisi kamu sebelum menikah dengan aku.” Sinta yang mulai kesal segera meninggalkan suaminya yang lagi duduk di sofa.

“Sin, dengarkan aku dulu!” Segera dibujuknya Sinta dengan memegang lengannya.

“Mau jelaskan apa lagi Mas? Aku capek susahnya kamu sama aku. Tapi, senangnya saudara kamu yang nikmati.”

“Sin, tolong dengarkan penjelasanku dulu! Aku janji, setelah ini aku tidak memberikan jatah bulanan lagi ke Kesya. Setidaknya, untuk tambahan modal buat usahanya sudah aku berikan. Jadi, setelah itu bisa kupastikan dia sudah berkurang meminta jatah bulanan. Karena, dia sudah punya penghasilan sendiri.”

“Terserah kamu Mas! Aku bisa apa? Toh, keuangan di rumah tangga kita masih selalu di Atur sama orang tua kamu.” Sinta melepas rangkulannya Arman dari lengannya kemudian pergi meninggalkan Mas Arman.

Sinta dan Mas Arman masih tergolong pengantin baru. Usia pernikahan mereka baru menginjak usia empat bulan. Di awal usia pernikahan semua terasa baik -baik saja. Namun memasuki Minggu kedua pernikahan mereka, Sinta bingung mengatur keuangan yang diberikan Mas Arman kepadanya.

Kesya adik Mas Arman dan Bang Junet Kakaknya, selalu minta dikirimi jatah uang bulanan. Terlebih lagi semua jajan anak mereka bahkan pulsa bulanan Kesya dan Bang Junet semua diberikan oleh Mas Arman.

Sebagai istri Mas Arman, pastinya Dia kesal suaminya selalu mengirim uang untuk kedua saudaranya tanpa pedulikan perasaan Sinta sebagai istrinya.

Bahkan kedua orang tua Mas Arman harus mengetahui penghasilan Mas Arman setiap harinya.

Sinta ingin membeli bakso semangkok saja harus diketahui oleh kedua orang tua Mas Arman. Semua ini Mas Arman lakukan hanya untuk berbakti kepada keluarganya.

Karena Mas Arman yang dipercayakan mengelola usaha barang campuran milik orang tuanya sehingga kebutuhan saudaranya yang sudah menikah pun harus dipenuhinya.

Sebagai istri yang baru menikah dan masuk di keluarga Mas Arman dirinya tak bisa berbuat apa. Sinta hanya bisa bersabar dan diam agar menjadi menantu yang tidak durhaka dengan keluarga Mas Arman.

***

“Dik, bisakah aku pinjam uang kamu dua puluh juta? Mas janji dua hari ke depan akan Mas ganti.” Mas Arman yang pada saat itu bersiap - siap pergi ke tempat kerja.

“Uang untuk apa Mas? Bukannya kemarin kamu bilang keuntungan menjual di toko dalam seminggu naik mencapai tiga puluh juta?” tanyaku yang pada saat itu juga bersiap-siap pergi kerja.

“Iya sih dik! Tapi, uang keuntungan itu diambil Ibu katanya mau dibelikan emas,” jawabnya dengan sedikit malu.

“Loh! Kalau Ibu mengambilnya, modal untuk usaha kamu nanti apa Mas?” Aku yang saat ini makin kesal dengan sikap Mas Arman Karena terlalu menurut dengan keluarganya.

Ditambah lagi mereka selama ini menganggap aku hanya guru honorer dengan gaji di bawah lima ratus ribu sebulan.

“Dik, ini kan tanggal muda pasti kamu sudah gajian. Tunjangan sertifikasi kamu sudah cairkan? Pinjam ke Mas dulu ya.”

“Alhamdulillah sudah cair Mas. Aku bersedia bantu Mas tapi janji, Mas harus diganti.”

Selama ini keluarga Mas Arman hanya menganggap aku sebagai guru honorer.

Karena, diriku selalu titip jajanan anak – anak di kantin sekolah buat menambah penghasilan sampinganku sehingga keluarganya Mas Arman menganggap diriku selama ini hanya guru honorer.

Sebelum menikah dengan Mas Arman aku sudah menjadi seorang guru ASN dan berstatus guru yang sudah mempunyai sertifikat pendidik atau guru yang sudah sertifikasi.

Sebulan sebelum menikah dengan Mas Arman aku dilantik menjadi kepala sekolah. Tapi, sebelum menikah aku berpesan dengan Mas Arman agar identitasku sebagai kepala sekolah tak perlu diberitahukan kepada keluarganya.

Segera aku melangkah masuk ke kamar dan membuka lemari tempatku menyimpan uang. Kemudian aku keluar memberikan uang itu ke Mas Arman.

“Ini Mas! Kalau begitu aku berikan pinjaman ke kamu dua puluh juta. Tapi janji ya, harus di ganti karena ini uang pribadi hasil kerjaku.” Kuberikan padanya uang pecahan seratus ribu berjumlah dua puluh juta buat tambahan usaha Mas Arman.

“Terima kasih ya dik, insya Allah secepatnya Mas akan menggantinya.” Lelaki yang baru empat bulan menikah denganku itu segera mengambil uang yang kupinjamkan tak lupa seperti biasa dikecupnya kening ini sebelum berangkat ke tempat kerja.

“Eh, kalian berdua di sini rupanya! Arman, uang yang kemarin kamu berikan ke Ibu belum cukup. Bisakah ditambah lima juta lagi?” Ibu mertuaku yang pada saat itu muncul dari dalam.

“Maaf Bu, bukannya Arman tidak mau beri kali ini aku juga butuh uang buat tambahan modal usaha kita”

“Tuh, duit yang kamu pegang kasih Ibu lima juta saja ya!” Segera ditariknya beberapa lembar uang seratus ribu tersebut dari tangan Mas Arman.

“Eh, Ibu jangan ini uang yang kupinjam dari Sinta! Buat, tambahan modal di toko nanti.” Diambilnya kembali beberapa lembar uang seratus ribu tersebut dari tangan Ibu mertuaku.

“Benar Bu, ini uang tabungan aku yang dipinjam Mas Arman.”

“Alah, guru honorer kaya kamu mana bisa punya uang sampai Dua Puluh Juta gaji kamu sebulan saja paling cuma sekitar lima ratusan,” jawabnya dengan nada yang menghina.

“Bu, sampai kapan Ibu meremehkan Sinta? Sinta ini menantu Ibu,” balas Mas Arman berusaha membelaku.

“Ingat ya Arman! Bapakmu itu mempercayakan kamu yang mengelola usahanya. Jadi, ibu berharap wanita ini jangan sampai ikut campur masalah keuangan yang ada di toko.

“Bu, Sinta ini istri aku. Dia berhak mengatur keuanganku karena dia adalah bendahara dalam rumah tangga Ku.”

“ Terserah kamulah, yang jelas Ibu mau tambahan uang lima juta lagi.” Sambil mengangkat tangannya untuk meminta uang ke Mas Arman.

“Tapi Bu, tambahan modal untuk di to...”

“ Ibu tak mau dengar alasan kamu, sini uangnya.” Ibu mertua yang sudah tidak sabar langsung mengambil paksa uang yang kuberikan pada Mas Arman.

“Bu, itu uang aku! Kembalikan ke Mas Arman.”

“ Guru honorer seperti kamu penghasilan sebulannya pasti tidak seberapa. Sudahlah, kamu tak usah membela diri supaya kami menganggap kamu banyak uang.” Mata Ibu mertuaku melotot ke arahku.

Aku yang melihat kejadian ini hanya bisa diam dan sabar menyaksikan uang yang kuberikan ke Mas Arman diambil oleh Ibu.

Segera kumasuk ke kamar dan ingin pulang ke rumah orang tuaku. Namun, lagi-lagi Mas Arman Menahan Ku.

“Mas, Sampai kapan aku Diam dan sabar seperti ini? Aku lelah Mas, aku capek dirimu diperalat oleh keluargamu. Sebagai istrimu tak bisa berbuat apa.” Aku yang mulai mengumpul baju dan menyimpannya dalam tas koperku.

“Sin, Mas mohon kali ini saja! Dengarkan permintaanku. Janji, kedepannya aku tidak akan memberikan uang pendapatanku secara bebas uang kepada keluargaku lagi,” bujuknya dengan memohon.

“Percuma Mas! Itu bukan hanya uang kamu yang diambil sama Ibu. Tapi, sudah uang pribadi dari hasil gajiku. Kamu sebagai suami juga tidak bisa membelaku.” Segera kumenuju ke rumah yang selama ini aku beli dengan hasil keringatku sendiri sebelum aku menikah dengan Mas Arman.

Rumah ini tepat berada dekat dengan sekolah tempat aku tugas. Tapi, keberadaan rumah ini Mas Arman dan keluarga menganggap ini hanya rumah sederhana milik Novita temanku.

Setelah selesai memasukkan baju di dalam tas koperku kemudian aku pamit ke Mas Arman.

“Mas, aku pergi kamu urus saja Ibu kamu sampai dia kembalikan uangku,” kataku sambil menahan amarah.

“Dik, apakah kamu tidak bisa memaafkan kelakuan Ibuku!”

“Aku bisa memaafkan Ibumu, tapi kembalikan dulu uangku!” jawabku dengan kesal.

Segera aku keluar dari rumah itu kemudian berjalan kaki menuju jalan raya untuk menunggu taksi yang lewat.

Aku berjalan kaki dari rumah Mas Arman ke jalan raya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Sengaja aku keluar dari rumah Mas Arman tidak membawa kendaraan mobil dan motor. Agar keluarga Mas Arman tidak mengetahui bahwa menantu yang mereka pandang sebelah mata ini adalah menantu idaman orang tua di luar sana.

Dalam perjalanan rasa capek berjalan di bawah terik sinar matahari mulai terasa. Baru aku sadari ternyata sudah jam sepuluh pagi. Aku baru ingat, bahwa belum memberi kabar pada teman – teman guru di sekolah bahwa aku tidak bisa hadir.

Kuambil gawaiku di kantong saku kemudian segera memberikan kabar di Wa grup sekolah. Saking asyiknya melihat ke arah gawai hingga tak ku perhatikan kendaraan yang lewat ke arahku.

Ahh...!” Sebuah mobil berwarna putih berada tepat di depanku

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(22)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
22 ratings · 22 reviews
Write a review
user avatar
Noviyadep
Bagussss karyanya, seru bangettt. Lanjut, Kak. Ditungguin bangettttt
2024-02-05 12:25:09
1
user avatar
Allyaalmahira
sabar ya Sinta.. yaampun bumer bumer haduuhh.. semangat up thor. kasih paham bumernya
2024-02-02 20:31:27
1
user avatar
Ardhya Rahma
Kasihan banget punya mertua seperti itu
2024-01-15 18:38:52
2
user avatar
Fatmah Azzahra
mertua g*la. bikin kesel!
2024-01-15 12:39:52
2
user avatar
Dinara Sofia
Kasian banget Sinta dijadikan bank berjalan, baca deh cerita ini, seru banget.
2024-01-15 12:07:15
1
user avatar
Auphi
Mertua toxic memang bikin hidup jadi neraka.
2024-01-15 10:45:11
0
user avatar
Tatya Miranthy
dikira bakal dihormati sebagai kepala sekolah, ternyata malah dimanfaatkan buat nanggung utang. seru, lanjut kak Thor...
2024-01-14 22:01:25
1
user avatar
Kina nak kuningan
Ceritanya seru! semangat buat kakanya
2024-01-14 21:23:38
1
user avatar
De Lilah
Selalu penasaran sama kisahnya.. lanjut thor!
2024-01-14 20:20:41
1
user avatar
Biru Gerimis
Bisa gak ya keluarga suami Sinta dihujat di sini??? Semangat Kak Author...
2024-01-14 16:11:26
1
user avatar
Phina1901
Mertuanya benar-benar nggak tahu diri! ayo lanjut Kak ceritanya seru
2024-01-14 13:09:22
1
user avatar
NACL
mertua toxic asli kasihan sinta (༎ຶ ෴ ༎ຶ)
2024-01-14 12:50:30
1
user avatar
Rich Mama
Duh kasihan banget Sinta. udah lah tinggalin aja tuh mertua dan ipar
2024-01-14 12:41:19
1
user avatar
MariaGG
ceritanya menarik, kak.
2024-01-14 12:00:42
1
user avatar
Sang_Dewi
Sinta minta suami untuk pindah rumah aja, jangan campur sama mertua dan iparnya
2024-01-14 11:53:09
1
  • 1
  • 2
43 Chapters
BAB 1
“Pesan dari siapa, Mas?” tanya Sinta pada lelaki yang belum lama berstatus menjadi suaminya itu. “Pesan dari Adikku, dia minta kirimi uang lagi. Katanya, untuk biaya hidup mereka bulan ini belum aku berikan,” jawab Mas Arman sambil memainkan gawainya. “Apakah suaminya tidak memberikan nafkah untuknya, sampai dia terus -terusan meminta kiriman biaya jatah bulanan dari kamu Mas?“ “Kamu tahu sendirikan aku yang dipercayakan mengelola usaha orang tuaku sayang. Jadi, kedua saudaraku punya hak untuk dinafkahi olehku,” jelas Mas Arman sambil mengelus pipi Sinta yang mulai kembung. “Minggu lalu adik kamu juga minta dikirimi sepuluh juta Mas? Saya rasa, itu sudah lebih dari cukup untuknya sebulan jika ditambah dengan jatah bulanan dari suaminya.” “Iya , tapi saat ini dia lagi membangun usaha kecil–kecilan di rumahnya. Jadi, dia butuh tambahan modal buat usahanya. Tidak apa – apa kan?” jelasnya Mas Arman. “Bukannya uang suami juga uang istri Mas? Seharusnya Kesya mintanya bukan
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more
BAB 2
"Ah...!" Sebuah mobil berwarna putih barusan hampir saja menabrakku. Bersyukur yang kena hanya koperku yang berisi pakaian di dalamnya. Kini koperku tepat berada di tengah jalan. Dari dalam mobil itu terlihat seorang lelaki bertubuh tegap memakai baju seragam polisi menuju ke arahku dan mengambilkan koper milikku yang tergeletak di tengah jalan.“Apakah Ibu tidak apa-apa?” tanya lelaki berseragam polisi itu Padaku. "Ma-maaf ya, aku tidak sengaja," lanjutnya lagi. “ Ti -tidak apa Pak, hanya...kaki saya sedikit terkilir di aspal,” jawabku dengan memegang mata kakiku yang tergores aspal. “Kalau begitu, aku bawa ke puskesmas terdekat ya Bu, Kaki ibu lagi sakit." Pak Polisi tersebut berusaha menawarkan agar aku tetap baik – baik saja. Lama diperhatikannya diriku. Aku yang berusaha menahan sakit sehingga tak memperhatikan pandangan Pak Polisi tersebut kepadaku.“Ma-maaf, Ibu ini Sinta Dewi kan?" tanyanya sekedar untuk memastikan . “I – Iya, kenapa? Apa, Bapak kenal saya?" tanyaku sed
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more
BAB 3
“ Plak!" Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Malu rasanya ditampar langsung oleh Ibu mertuaku di hadapan Mas Heri. “Dasar wanita murahan, pergi dari rumah sebentar saja kamu sudah berani main hati dengan anakku ya,” dengan nada yang meninggi dimakinya diriku ini. Sehingga, membuat aku semakin malu di hadapan Mas Heri. Apalagi dia baru dekat denganku hari ini. “Ma-maaf Bu, saya dengan Sinta hanya sebatas teman. Lagi pula, kami baru bertemu hari ini.” Mas Heri yang berusaha membelaku. “ Berteman? Tapi, pergi berdua dalam mobil itu apa? Sinta, kamu masih istri Arman, dan kamu seorang polisi beraninya pergi dengan istri orang!” Ibu mertuaku yang makin menjadi – jadi. “ Ibu akan menyesal, jika menuduh menantu berbuat yang bukan-bukan." Mas Heri segera memasang badannya dan menyembunyikan aku di belakangnya. “Percuma kamu membela wanita miskin ini, dia Cuma guru honorer dengan gaji tidak seberapa . Polisi sepertimu sangat tidak cocok dengannya.” Hinaan Ibu mertuaku sudah terbiasa dite
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more
BAB 4
"Tidak! Aku tidak mau mendengar penjelasan kamu lagi. Semua sudah jelas, kamu selingkuh di belakangku.” Kini Mas Arman berulah lagi layaknya orang kesurupan“Mas, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, tolong dengarkan aku dulu Mas!" Aku yang berusaha menenangkannya lalu dihalangi oleh Ibu mertuaku. “Sudahlah! Tak ada gunanya kami mendengar penjelasan kamu lagi. Sekarang sudah jelas tujuan kamu, mau menikah dengan Arman hanya butuh harta kami kan?” lagi – lagi kalimat hinaan yang dilontarkan Ibu membuat aku sakit hati. “Ma-maaf ini tidak seperti yang kalian bayangkan! Kami... kami hanya berteman. Lagi pula, hari ini hari ulang tahun Sinta, seharusnya dirimu sebagai suamilah yang lebih dulu tahu.” Mas Heri yang berusaha membelaku kemudian melirik ke kue ulang tahun yang ada di atas meja kemudian menatap wajah Mas Arman.“Mas, jangan turuti emosi kamu tanpa mencari tahu lebih dulu! Seharusnya, sebagai suami Kamulah yang lebih peka,” Aku yang berusaha menenangkan Mas Arman. “Ha! Te
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more
BAB 5
Kesya, satu kata lagi kau berani menghina Sinta akan ku blokir semua ATM pemberianku.” Mas Arman tiba – tiba muncul dari belakangku. Segera diambilnya Handphone di tanganku kemudian dia yang melanjutkan pembicaraan dengan Kesya.“Kak, aku ini adikmu. Kenapa dirimu tega lebih membela dia yang baru beberapa bulan hidup denganmu dari pada adik kandungmu sendiri yang tumbuh bersama dari kecil. Salahkah, jika aku lebih membela Ibu,” jawab Kesya dari seberang sana. “Mengenai cincin yang kau berikan ke aku sebagai sumbanganmu di pernikahanku, akan kuganti. Aku tidak menyangka hal ini akan diungkit olehmu,” Mas Arman mulai emosi. “Saya ingin rumah tanggaku dan Sinta aman, mungkin dengan kami cari kontrakan Ibu perlahan – lahan membuka hati untuk Sinta," lanjut Mas Arman. “Kak, tapi aku lebih percaya Ibu dibanding Sinta yang baru menjadi bagian dari keluarga kami. Jadi, tak perlu mendengar langsung darimu lagi. Semua sudah kudengar dari Ibu.” “Terserah apa tanggapanmu, lagi pula, aku te
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more
BAB 6
Kata orang aku cantik. Kulit yang berwarna kuning langsat, dan mempunyai bodi yang tinggi semampai membuat orang-orang betah memandang. Gigi yang tersusun rapi dan mempunyai lesung di kedua pipi menambah daya tarik senyumanku. Tapi, entah kenapa diriku lebih suka berpenampilan sederhana dibanding dengan tampil gaya yang berlebihan. Dari kecil aku sudah bisa mencari penghasilan sendiri. Keahlian dalam membuat jajanan kue bisa membantu mencari jajan tambahan. Ibu sangat bangga padaku di usia belia anak seusiaku sudah bisa membeli perlengkapan sekolah dari hasil keringat sendiri. Teman-teman sebayaku sebagian besar sudah menggunakan ponsel android sementara saat duduk di bangku SMP diriku masih menggunakan ponsel adul komuniketer alias Handphone yang bisa komunikasi dan senter. Tapi, aku tak mau membebani ibu untuk segera punya ponsel android, entah ide dari mana yang muncul di benakku tiba-tiba ingin membuat kacang goreng balado kemudian aku titip di warung-warung. Awalnya ti
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more
BAB 7
“Apa, Mas Arman hanya anak angkat?” Rasanya bagai disambar petir di siang bolong. Entah aku kaget ingin menangis atau gembira, dia yang menjadi suamiku saat ini bukanlah anak kandung dari mertua yang membenciku selama ini. “ Mas, tidak bercanda kan?” tanyaku dengan penuh serius. “Ma-maaf Sin, selama ini Mas belum bisa jujur. Mas takut, kamu tidak menerima keadaanku yang sebenarnya." Sekali lagi di hapus nya air matanya kemudian melanjutkan pembicaraannya. “Mas takut kamu tidak menerima lamaran Mas dulunya, Jika kamu mengetahui yang sebenarnya. Sehingga dalam waktu sebulan mengenalmu aku berusaha cepat melamar mu Sin,” lanjutnya. “ Kenapa Mas Arman tidak jujur dari dulu. Aku tetap menerima diri Mas Arman , meskipun aku tahu yang sebenarnya,” aku tetap berusaha menyemangatinya agar tidak kecewa. “Terima kasih Sin! seharusnya status aku kamu ketahui dari sebelum kita menikah. Sekarang untuk membalas budi kepada mereka, aku tetap membantu usaha milik Ayah dan juga harus memberikan K
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more
BAB 8
*POV IBU*“Sinta!" Wanita itu menoleh ke arah kami.“ Iya, kalian memanggil saya?” Didekatinya kami. “Kamu Sintakah? Kamu menantu Ibu kan?” Ku pegang seragamnya. “Tumben, Ibu mau mengakui kalau aku ini menantu. Ada perlu apa Bu kemari?”“I-ibu tadi kebetulan lewat kompleks sini jadi Ibu mampir di sekolah tempat menantu Ibu menjabat sebagai kepala sekolah.” Aku yang menahan kikuk. Semudah inikah aku mengakui bahwa dia menantuku. Penampilan Sinta hari ini, dengan riasan tipis di wajahnya membuat penampilannya terlihat lebih elegan tidak seperti biasanya.“Kepala sekolah? Mungkin Ibu salah informasi, aku hanya guru honorer di sekolah ini Bu. Tapi, mohon aminkan saja Bu, semoga suatu hari nanti jadi kenyataan menantu Ibu jadi kepala sekolah.”“ Ta-tapi, Bapak tadi mengatakan bahwa kamu adalah seorang kepala sekolah.” Kutunjuk Pak Satpam yang lagi berjaga di depan pintu gerbang sekolah. “Oh itu, dia belum lama menjadi satpam di sini. Jadi, dia belum banyak tahu tentang sekolah ini.”
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more
BAB 9
Aku kaget melihat seseorang menuju anak tangga. Akhirnya aku kembali sembunyi di belakang kardus yang berada dekat situ. Syukurlah dia tidak menyadari keberadaan ku di sini. Wanita itu melangkah ke dalam dilihatnya dua orang lelaki itu tumbang karena ulahku. “Hei, apa yang terjadi dengan kalian?" seru wanita itu. “Ada seorang wanita yang berani mengambil gambar kami waktu bertransaksi Bu.” “Si-siapa dia. Apakah dia adalah orang yang kalian kenal?”“I- iya Bu. Sepertinya dia adalah menantu Ibu.” Lelaki bertubuh jangkung berdiri kemudian menggosok-gosok matanya yang sebelumnya dilempar dengan pasir. “Apa... Maksud kalian Sinta. Kenapa bisa dia ada di sini?” Ibu heran ketika nama Sinta disebut. “I-iya Bu, dia menantu Ibu selama ini terlihat lemah tapi sebenarnya dia kuat.” Pria bertubuh kekar itu mencoba meyakinkan Ibu. “Alah! Ngomong apa kalian. Menantuku itu tidak bisa berbuat apa. Dia itu hanya wanita lemah."Aku menyaksikan mereka berbicara dengan Ibu yang keluar dari tem
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more
BAB 10
Melihat kondisi Ibu kepalanya bercucuran darah diriku panik. Pak Satpam Sekolah mengangkat Ibu untuk di bawa ke rumah sakit sesuai perintahku.“Bu Kepala Sekolah, semuanya sudah siap.” “I-iya Pak, ayo kita berangkat!” Ibu tertidur dalam pangkuanku. Rasa bersalah selalu menghantui. Pikiran tak karuan selama di perjalanan entah apa alasanku nanti jika Mas Arman mengetahui. “ Hati-hati di jalan Bu Kepala Sekolah. Semoga Ibu mertuanya segera sadar.” Bu Anik guru kelas satu mengingatkanku. “I-Iya Bu, terima kasih. Mohon kerja samanya dengan rekan Guru yang lain untuk memantau jaga keamanan sekolah ya Bu.” Mobil Rushku melaju ke rumah sakit. Suara Ibu terus memanggil namaku meskipun kepalanya dalam keadaan terluka.“Sinta, maafkan Ibu ya! Selama ini sering menyakiti kamu. Ibu belum mau mati, takut masuk neraka.” Semoga dia berubah menjadi lebih baik dan menerima Ku apa adanya karena selama ini sudah Capek jadi menantu yang sering sakit hati.“Sinta...dari dulu sudah maafkan Ibu! D
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status