Share

Bab 3: Lepaskan Segalanya

Hari itu merupakan hari paling melelahkan bagi Michelle. Emosi dan perasaannya dipermainkan secara brutal. Michelle juga harus mengosongkan meja kerjanya dan mengalihkan pekerjaan itu kepada pengganti yang ditunjuk. Beban pikiran semakin bertambah saat mengetahui Roland melakukan pengumuman pertunangan kepada pers dan media tanpa memberitahu pada Michelle.

Roland telah mencampakkan Michelle dengan keji. Itu artinya tidak ada lagi alasan bagi Michelle bertahan di lingkungan yang menyakitkan itu.

Dia menerima keadaan pahit itu dan tidak lagi ingin peduli mengenai apa pun yang bersangkutan dengan Roland. Semua memang kebodohan diri yang buta akibat terlalu mencintai Roland. Michelle mengaku terlalu percaya diri bahwa perhatian Roland bukan hanya sekadar untuk nafsu saja.

Tindakannya itu serupa dengan tindakan acuhnya terhadap orang-orang di perusahaan yang mulai mencibir sosoknya.

Michelle menjadi pembicaraan hangat atas kabar bahwa dirinya dipecat secara tak hormat. Mulut-mulut penggosip begitu kencang menceritakan bahwa pemecatan Michelle berkaitan dengan kabar pertunangan Roland.

Kabar buruk lainnya juga menyerang Michelle, bahwa dia bisa menanjak naik ke departemen sekretariat CEO dengan cara menjual tubuhnya. Mereka menuduh Michelle menggoda para petinggi demi karir. Bahwa Michelle merupakan “wanita yang bisa dipakai”.

Michelle memilih mengabaikan karena tuduhan itu tidak seutuhnya salah. Dia hanya diam saja saat sorot-sorot mata penuh penghinaan mengantarkan kepergian Michelle yang melintasi lobby. Michelle sudah kenyang mendapatkan penghinaan serupa dari Roland dan Ella.

Langkah kakinya berhenti di lantai teras depan perusahaan bonafit. Dia sejenak mengenang bagaimana dirinya dulu pertama kali menginjakkan kaki di perusahaan itu.

Masih jelas di memori ingatan tentang diri yang mengharapkan akan mengukir cerita indah di perusahaan itu. Namun sayangnya harus berakhir tragis penuh cerita pahit yang merusak harga diri.

Sebuah taksi yang dipesan telah berhenti di hadapannya. Michelle memilih tidak membuang waktu dan menyegerakan naik ke dalam taksi.

Tujuannya tak jelas. Sopir taksi diminta untuk memutar-mutar tanpa tujuan.

Michelle tidak ingin pulang. Apartemen yang ditinggali merupakan pemberian dari Roland. Setiap jengkal sudut di sana telah terukir momen-momen erotis. Tentang Roland yang selalu menyerang setiap kali baru tiba di sana. Mengenai Roland yang memaksa Michelle merintih manis, menangis sembari menahan rasa sakit dan kelelahan.

Michelle tidak akan sanggup berdiam diri di sana. Dia berniat mengembalikan segala pemberian Roland yang didapatkan tanpa pernah Michelle minta, tanpa terkecuali.

Apartemen, mobil, perhiasan sampai uang pun akan Michelle kembalikan. Sehingga mobil yang sering digunakan sengaja Michelle tinggalkan di parkiran kantor. Michelle tidak ingin terikat apa pun lagi dengan pria kejam itu.

Namun, ke mana Michelle harus pulang?

Hanya satu rumah yang Michelle miliki saat itu. Michelle telah menjadi piatu pada usia menginjak sepuluh tahun. Sejak bayi Michelle tak diasuh ayahnya karena terlahir dari hubungan terlarang yang tidak direstui. Sehingga dia diasuh oleh adik ibunya sejak usia sepuluh tahun.

Sepuluh tahun kemudian bibinya menikah. Bibinya memberitahukan mengenai dirinya harus mengikuti suaminya yang bekerja di Los Angeles.

Michelle menanggapi bijak kabar itu. Dia memilih tinggal di New York karena tidak ingin merepotkan bibinya lebih larut.

Haruskah Michelle pergi menemui bibinya?

Sungguh, Michelle tidak ingin menjadi beban. Namun, itu pilihan terbaik bagi Michelle yang tidak akan mampu bertahan menetap di New York.

Keputusan Michelle sudah bulat. Setibanya nanti di apartemen Michelle akan mengemasi barang-barang miliknya.

Hal mengejutkan menyambut Michelle yang tiba di lantai unit apartemen yang ditinggali. Wanita cantik berambut cokelat indah itu dikejutkan oleh kehadiran pria-pria berbadan besar di pintu hunian apartemennya.

Tatapan mereka sangat berbahaya, begitu hebat menakut-nakuti Michelle. Michelle tidak merasa asing karena mereka adalah bodyguard-nya Roland. Dada Michelle semakin terasa nyeri saat melihat pengacara pribadi Roland keluar dari hunian itu.

“Tuan Roland memerintahkan saya untuk memberitahu Anda bahwa Anda harus angkat kaki dari apartemen ini.”

Michelle bergeming tenang tanpa ekspresi atas ucapan pengacara pria itu. Sebab, tak ada yang bisa dilakukan setelah dicampakkan, dihina dan dicurangi dengan keji.

“Anda juga harus menyerahkan mobil beserta—”

“Aku memang sudah berniat mengembalikan semuanya tanpa dia minta.” Michelle menginterupsi tanpa peduli.

Pengacara pria itu berdehem ringan. “Kalau begitu Anda paham, ‘kan? Bahwa Anda hanya boleh membawa barang-barang milik Anda sendiri.”

Ya, Tuhan! Padahal Michelle yang paling tersakiti, tapi Michelle yang dijadikan penjahat dan sosok serakah tak tahu diri.

Michelle mengangguk lemah. “Aku sangat tahu diri untuk tidak memiliki apa pun yang bukan milikku.”

Michelle melewati pengacara pria yang memberi ruang pada Michelle. Dari ruangan depan sudah terciuma aroma alkohol yang bercampur aroma tembakau yang terbakar.

Baru beberapa langkah menyelami hunian apartemen itu Michelle bisa melihat sosok Roland yang duduk di sofa ruang tamu—mengembuskan asap rokok.

Pria yang baru saja mengumumkan pertunangannya itu sudah berada di sana. Pakaiannya formalnya tak lagi rapi. Dasi yang terbiasa melingkar di leher sudah tertanggal entah ke mana. Dan Michelle sudah hapal, Roland sedang dalam keadaan emosi tak berkompromi jika sudah seperti itu.

“Kau baru pulang setelah mengosongkan mejamu?” seringai sinis ikut memprovokasi ejekan Roland pada Michelle yang baru pulang sore hari.

“Aku harus bertanggung jawab setelah memutuskan resign—”

Tawa mengejek Roland mencela nyata penjelasan Michelle. “Kau masih percaya diri setelah aku mencampakkanmu?”

Michelle mengepal kencang kedua tangannya. “Bukankah kau membenciku sehingga tidak ingin melihatku lagi?”

Roland tersenyum tenang, kemudian menikmati alkohol yang mendingin pada gelas—di genggaman tangan. “Kau sudah berani membuatku marah, jadi aku harus menyadarkan wanita tidak tahu diri sepertimu. Pengacaraku sudah menyampaikannya padamu?”

“Sebelum kau minta pun—”

“Lepaskan sekarang juga!” Roland menyela tajam. Dia juga beranjak dari duduknya yang nyaman, berjalan tenang menghampiri Michelle dengan sorot mata penuh penghinaan. “Pakaian yang melekat di tubuhmu, anting di telingamu dan apapun yang kau pakai sekarang ... lepaskan sekarang juga. Semua itu adalah barang-barang pemberianku!”

Wajah pucat Michelle semakin memucat. Dia tidak lagi mampu menerima segala penghinaan yang membabi buta menyerang.

Di sana tidak hanya ada mereka berdua. Pengacara pria beserta dua bodyguard turut hadir di ruangan itu. Michelle tidak mungkin menuruti permintaan konyol Roland.

Tapi dia adalah Roland Archer, pria kejam tanpa kompromi jika sudah marah.

“Aku tidak akan melakukannya.” Michelle lantang membantah.

“Aku akan memberimu dua pilihan. Lakukan sendiri atau kau mau mereka membantumu?”

Michelle tersenyum pahit, sementara bibirnya bergetar menahan gejolak rasa sakit hati. “Terima kasih, Roland. Terima kasih telah memberitahuku yang bodoh telah mencintai sosok kejam sepertimu. Tapi aku bersumpah, kau tidak akan menemukan kebahagiaan meskipun kau membelinya dengan uangmu yang banyak itu. Kau tidak akan menemukan kebahagiaan sebelum kau bersujud meminta maaf di kakiku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status