Share

Chapter 3

Suara menggelegar dari Cyra mampu membuat kedua orang yang sedang bercumbu terkejut. Mereka berdua menoleh secara bersamaan.

"C-Cyra..." Raut wajah Kaivan nampak pucat. Kedua pupil matanya bergetar, tetapi ia sama sekali tidak mau melepaskan gadis yang ada di pelukannya.

"Kalian! Bisa-bisanya melakukan ini padaku?" ucap Cyra dengan suara bergetar.

Dadanya sakit, ia merasa tubuhnya lemas, seolah semua tulangnya hilang dalam sekejap. Pemandangan di depan mata yang ia kira akan menjadi kejutan terindah justru membuat seluruh perasaannya hancur tak berbentuk lagi.

"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"

Pertanyaan konyol dari Kaivan semakin membuat Cyra meradang. Jelas sekali tidak ada penyesalan di wajah pria itu. Usianya yang sudah menginjak 28 tahun tidak membuatnya memiliki pemikiran yang dewasa.

"Apakah itu penting, Kai? Di saat seperti ini, kamu bahkan tidak memperdulikan perasaanku!" sahut Cyra, tak dapat membendung amarahnya.

Kedua mata gadis itu memerah, berusaha mati-matian menahan air mata yang ingin mendobrak keluar dari kelopak matanya yang indah.

Kaivan melepas gadis di pelukannya dan melangkah ke arah Cyra. Namun, sorot matanya begitu bengis, seolah ia menyimpan dendam kesumat pada gadis itu.

"Lantas, apa kamu peduli dengan perasaanku, Ra?" tanya balik Kaivan.

"Maksudmu?"

Kaivan menyisir rambutnya ke belakang dan tertawa sinis mendengar pertanyaan kekasihnya.

"Jangan pura-pura bodoh, Ra. Aku tahu kamu akan menikah minggu depan. Kamu yang lebih dulu mengkhianati perasaanku!"

Kaivan melihat tubuh Cyra dari atas hingga bawah. Pakaian kantor yang dikenakan gadis itu sangat pas, tetapi tidak ketat. Kaivan tak bisa munafik, tubuh Cyra memang menggoda, namun gadis itu sangat teguh menjaga keperawanannya.

"Kamu pasti senang sudah merayu laki-laki lain dengan tubuhmu ini, kan?" ejek Kaivan, meski dia tahu hal itu mustahil terjadi, tetapi ia enggan disalahkan dalam situasi ini.

Tanpa diduga, Cyra melayangkan tamparan ke wajah Kaivan, meninggalkan cap lima jari di pipi kanannya.

"Jaga bicaramu, Kai! Jangan main korban seperti bocah, dasar bajingan!" hardik Cyra.

Ia memiringkan kepalanya, menatap gadis di belakang Kaivan yang tampak syok melihat kejadian tersebut. Cyra mendorong tubuh Kaivan ke samping dan menghampiri gadis itu.

Kedua tangan Cyra mengepal erat, hingga buku-bukunya memutih. Urat di lehernya menonjol, menandakan bahwa ia benar-benar marah.

"Jadi ini alasanmu menolak dijodohkan, Ner? Kamu menginginkan milikku?" tanya Cyra, berusaha tetap tenang.

"A-aku... bukan itu maksudku, Kak. Aku mencintai Kaivan, begitu juga Kaivan yang menyukaiku. Aku hanya ingin mendapatkan apa yang membuatku bahagia."

"Ha...ha...sial! Aku tidak menyangka kamu akan setega ini, Ner. Apa selama ini aku kurang mengalah? Sampai kamu merebut semua yang aku miliki?"

Luka yang Cyra rasakan tersirat jelas dalam ucapannya, tetapi Nera sama sekali tak peduli dengan kondisi kakaknya.

Bukan kata maaf yang keluar dari mulut Nera, melainkan ia malah menyalahkan Cyra. Ia memaki kakaknya dan mengatakan bahwa Kaivan tidak pantas bersanding dengan wanita sepertinya yang gila kerja.

Cyra terdiam, mendengarkan semua ocehan dari adiknya yang mengolok-olok dirinya dan fisiknya. Bukan karena ia tidak marah, tetapi ia tak tahu lagi harus berekspresi seperti apa dalam situasi ini.

Di belakang Cyra, Kaivan tampak sangat menikmati suasana tegang antara kakak beradik itu. Dia tidak berniat untuk melerai mereka.

"Kakak tahu, Kakak terlalu lurus. Bahkan Kakak tidak bisa membuat Kaivan puas!" ejek Nera.

Degh.

Seketika, perasaan Cyra yang sudah remuk menjadi semakin hancur. Ia tidak bisa membayangkan bahwa adik dan kekasihnya sudah sejauh itu dalam menjalin hubungan. Cyra menoleh ke belakang, dan di sana Kaivan berdiri sambil tersenyum remeh.

"Kenapa kamu begitu terkejut, Ra? Kamu ingin menyalahkan aku?" Kaivan mengikis jarak di antara dirinya dan Cyra.

Pria itu meraih dagu Cyra, mendekatkan wajahnya hingga jarak di antara mereka sangat tipis, bahkan bibir Kaivan hampir menyentuh bibir gadis itu.

"Sejak awal kamu yang menolak ajakanku, jadi jangan salahkan aku karena berpaling. Toh ucapan adikmu memang benar, kamu terlalu lurus—"

Plak.

Wajah Kaivan menoleh ke samping, sudut bibirnya robek dan pipinya berdenyut nyeri. Belum selesai keterkejutannya, tiba-tiba Cyra meraih kerah baju Kaivan dengan kasar, menatap marah pria tersebut.

"Brengsek! Aku menjaga kehormatan adikku dengan baik, tapi kenapa kamu melakukan hal gila ini, Kai? Di mana otakmu, hah!" bentak Cyra.

"Kak, cukup! Aku yang mau, jangan salahkan Kaivan." Nera menyentak, melepas paksa cekalan di kerah baju Kaivan.

Nera membenarkan baju pria itu. "Kai, kamu tidak apa-apa?"

Kaivan mengangguk, masih syok mendapat serangan seperti itu dari Cyra. Gadis yang tidak pernah menunjukkan emosinya selama mereka menjalin kasih selama dua tahun ini.

"Apa Mama dan Papa tahu kamu begini, Ner?"

Kali ini, Cyra berusaha meredam amarahnya. Meski ia kecewa dan hatinya sangat sakit, ia tidak ingin membuat suasana semakin runyam. Sayangnya, semua usahanya berakhir sia-sia ketika Nera menjawab pertanyaan tersebut.

"Ya, mereka sudah tahu dan sudah menyetujui hubungan kami. Aku dan Kaivan akan menikah bulan depan setelah pernikahan Kakak."

Jeder.

Bagaikan terkena sambaran petir, tubuh Cyra terhuyung ke samping. Untunglah ada tembok yang bisa ia jadikan pegangan.

"Pfftt, ternyata di sini aku yang bodoh." Cyra mendongak, tak kuasa menahan rasa sakit di dalam hatinya.

"Kalian berdua sama-sama bajingan, dan kamu, Kai." Cyra menunjuk wajah Kaivan. "Kamu laki-laki terbrengsek yang pernah aku kenal. Mulai detik ini, kita putus! Jangan pernah mengganggu hidupku lagi," tekan Cyra.

Ia membenarkan letak tasnya, lalu kembali bicara kepada Nera. "Aku kecewa denganmu, Ner. Adik yang aku sayangi ternyata menusukkan pisau dari belakang padaku. Nyatanya, semua yang aku lakukan untuk keluarga kita hanya sia-sia."

Setelah mengucapkan itu, Cyra keluar dari apartemen Kaivan. Begitu tiba di mobil, tangis gadis itu pecah; ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini.

"Kenapa Tuhan tidak adil padaku?" gumam Cyra di sela-sela tangisnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status