Share

Chapter 7

Beberapa saat telah berlalu, kini Cyra serta suaminya sudah berada di dalam kamar. Selepas ijab kabul, mereka tidak mengadakan resepsi. Semua sudah di atur sedemikian rupa oleh kedua orang tua Cyra, mereka enggan mengeluarkan uang lebih banyak untuk biaya pernikahan putri sulungnya.

Cyra sedang sibuk melepas satu persatu kancing di kebaya miliknya, hingga kesibukan gadis itu terhenti saat ia mendengar suara panggilan dari Nevalion.

"Cyra." Suara berat mendayu di telinga gadis itu.

Cyra menoleh, "Ada apa, Mas?"

"Kamu tahu, kan ini hanya pernikahan atas dasar balas budi?" cetus Nevalion.

"Ya, aku tahu. Memangnya kenapa?"

Cyra bertanya seperti itu karena ia memang tak paham maksud Nevalion, pemuda itu tidak secara langsung mengutarakan keinginannya.

"Kamu jangan mengharapkan apa pun dariku, apa lagi menginginkan cinta di dalam pernikahan kita. Hal itu tidak mungkin terjadi," Nevalion menghela nafas berat, ia kembali melanjutkan perkataannya.

"Satu lagi, jangan mengasihani ku yang saat ini tidak bisa berjalan. Aku tidak butuh belas kasih darimu!" imbuh Nevalion.

Cyra mengangguk patuh, "Baiklah, aku akan mengingatnya. Terima kasih sudah memberitahukan hal ini padaku, Mas."

Nevalion tercengang mendengar jawaban santai, dari gadis yang baru saja menyandang status menjadi istrinya. Entah mengapa Nevalion tidak merasakan aura permusuhan dari Cyra, nada bicara dan tatapan gadis itu nampak biasa-biasa saja.

Ia terlalu fokus pada pemikirannya sendiri, hingga Cyra menyentuh lengan Nevalion dan membuat pemuda itu terkejut.

"Astaga." Ucap Nevalion sembari mengelus dadanya.

Cyra merasa tak enak, ia menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Maaf, aku membuatmu terkejut, Mas. Tapi aku ingin minta tolong lepaskan ikatan di bagian belakang korsetku." Pinta Cyra kikuk.

"Berbalik lah, aku akan membantumu." Sahut pemuda itu.

Cyra menurut, ia berbalik dan membiarkan Nevalion melepas tali korset di punggungnya. Cyra merasakan tindakan Nevalion cukup kasar, seolah ia sedang melepas tali pada benda keras.

Setelah semua talinya lepas, Cyra mengucapkan terima kasih. Ia memegang bagian depan korsetnya dan berlalu menuju kamar mandi, tubuhnya sangat tidak nyaman setelah berkeringat seharian.

Kepergian Cyra di perhatikan oleh sang suami tanpa gadis itu sadari, terbesit di benak Nevalion sebuah pertanyaan mengapa gadis itu tidak menunjukan rasa jengkel atau pun sedih atas pernikahan paksa ini.

Seolah gadis itu sudah pasrah, ia heran meski kondisinya lumpuh. Tapi Cyra tidak memperlihatkan jarak di antara mereka berdua, ia tak pernah menduga bahwa Cyra adalah pengganti Nera. Gadis yang bulan lalu di nyatakan akan menikah dengannya.

"Mungkinkah, dia mencoba menyembunyikan perasaan tidak sukanya dariku?" gumam Nevalion curiga.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Cyra baru saja membasuh wajahnya. Make up yang tadi bertengger di wajah gadis itu sudah hilang, Cyra menatap pantulan dirinya di cermin.

"Sekarang semua baru di mulai, apa aku bisa berperan sebagai istri yang baik?" ujarnya pada diri sendiri.

Tetesan air keran masih membasahi wajah gadis tersebut, sesaat Cyra termenung ia mengingat kembali rangkaian situasi yang membuatnya berada di posisi sekarang.

"Lucu, aku sempat berharap papah dan mamah akan menggandengku menuju pelaminan haha. Ternyata itu hanya impian kosong, harusnya aku tidak perlu merasa sedih seperti sekarang, kan?"

Ia menyeka kedua matanya yang basah, Cyra mendongak ke atas, ia menarik nafas panjang lalu kembali membasuh wajahnya.

Setelah itu ia bergegas mandi, sebab malam semakin larut. Dan besok ia harus pindah ke rumah sang suami, rumah yang akan ia tinggali selama menjadi istri dari Nevalion Azegara.

Beberapa saat kemudian, Cyra keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan piyama berwarna biru. Rambut hitam gadis itu masih terlilit handuk.

"Mas, kamu mau mandi sekarang?" tanya Cyra sopan.

Nevalion mengangguk, ia melepas kemeja yang sejak tadi melekat di tubuhnya. Sontak pemuda itu tercengang ketika mendapati sang istri tengah menatap lekat, pada tubuhnya.

"Kenapa kamu menatapku sampai seperti itu, Ra?"

"Ah, maaf kalo kamu tidak nyaman. Soalnya aku baru pertama kali melihat otot di perutmu. Ternyata jauh berbeda dengan yang aku lihat di vidio tok tok." Sahut Cyra polos.

Nevalion menggeleng pelan, "Kamu mesum juga rupanya."

"Bukan mesum, hanya saja sayang kalau aku melewatkan kesempatan seperti ini, kan." Jawab gadis itu pede.

Jawaban Cyra, membuat pemuda itu tersenyum simpul. Ia mendorong kursi roda menuju pintu kamar mandi, saat ia hendak masuk ia kesulitan mengangkat kursi rodanya.

Melihat hal itu, Cyra segera membantunya. Ia mendorong kursi roda tersebut hingga masuk ke dalam kamar mandi itu.

"Mau aku bantu mandi sekalian, Mas?" tawar Cyra.

Sontak Nevalion langsung menggeleng, "Aku bisa sendiri, tapi tolong ambilkan aku kursi."

"Baiklah, jika butuh sesuatu yang lain panggil saja. Aku ada di luar." Ujar Cyra, ia membawakan kursi plastik lalu membantu Nevalion duduk di sana. Setelahnya ia bergegas pergi tak lupa menutup pintu.

"Bisa-bisanya dia menawarkan hal seperti itu, dia sangat tidak waspada." Gumam Nevalion tak habis pikir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status