Share

Diusir Suami

Hari itu, suasana dalam kamar tiba-tiba hening, seorang wanita duduk di sisi ranjang, tatapan matanya memelas, mencoba memberikan pengertian pada suaminya.

“Ayahmu selalu menyusahkan hidupku.”

“Mas, selama ini Papiku yang mendukungmu hingga bisa sampai seperti ini, dia tidak pernah meminta apa-apa darimu, justru dia yang selalu memberikan uang padamu,” ucap Vanesa memelas.

“Vanesa, ayo kita berpisah saja.”

Bagai petir disiang bolong mendengar perkataan sang suami Vanesa hanya bisa melonggo.

“Ke-kenapa tiba-tiba?” tanya wanita berpenampilan sederhana itu dengan ekpresi kaget.

“Ini bukan tiba-tiba Vanesa, Aku sudah lama ingin menceraikanmu. Lihat penampilanmu, udah lusuh, dekil bau lagi!”

“Mas, selama ini aku melakukan ini demi keluarga kita. Agar kamu bisa kuliah.”

Laki-laki itu mengeleng dengan malas ,” sekarang aku tidak kuliah lagi. Sekarang aku sudah manager pemasaran di kantor.”

“Itu semua karena aku Mas. Aku yang selama ini kerja pontang panting agar kamu bisa kuliah.”

“Jadi kamu perhitungan! Jadi selama kamu tidak iklas. Aku akan membayarnya semuanya.” Laki-laki kurang ajar itu  melemparkan sekepok uang ke wajah Vanesa. Bola mata bermanik coklat itu melotot kaget. Tidak pernah  terbesit dalam hatinya kalau ia akan mendapatkan perlakukan kasar seperti itu dari laki-laki yang amat ia cintai tersebut.

‘Apa ini? Apa dia berubah setelah mendapatkan jabatan  baru di kantornya?’ Vanesa masih  mematung.

“Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku?” tanya Vanesa dengan suara bergetar.

“Aku ingin berpisah. Aku juga ingin kamu meninggalkan rumah ini.”

“Kamu membuangku seperti sampah setelah kamu mendapatkan semua yang kamu inginkan?” tanya Vanesa dengan suara bergetar.

“Aku masih baik memberimu uang. Sekarang aku ingin berpisah Vanesa Danita . Sekarang pergilah tinggalkan rumah ini.”

Tidak lama kemudian ibu mertua dan ipar perempuanya datang dari dapur, menatap Vanesa dengan tatapan puas.

“Mampus lu,” ucap wanita itu dengan tatapan mengejek.

“Aku bekerja keras untuk keluarga ini selama ini, apa ini yang kalian lakukan padaku?” suara Vanesa bergetar . Sedih rasanya orang kita pikir bisa jadi tempat bersandar justru  mengusirnya seperti orang lain. Hidup Vanesa bagai habis manis sepah dibuang.

“Mas Damian sudah manager sekarang, hidup kami akan enak mulai sekarang,” ujar gadis berrambut panjang itu dengan angkuh.

“Aku tidak terima kalian memperlakukanku seperti ini. Rumah ini hasil kerja kerasku.”

Tidak lama kemudian ibu mertuanya maju ke depan memberi tamparan keras di wajahnya.

Pak!

“Dasar wanita tidak tahu malu. Kamu masih berani melawan! kamu tidak dibutuhkan di sini lagi,  tidak berguna sama sekali, pergilah kamu hanya membuat keluarga ini malu di mata tetangga ,” ucap wanita paruh baya itu dengan geram.

Dalam rumah mereka ada ibu mertua dan satu adik perempuan  yang tinggal bersama. Selama ini ibu dan adik iparnya sangat malas, mereka hanya bisa memerintah dan meminta saat butuh. Damian sangat memanjakan adik dan ibunya. Padahl segala kebutuhan rumah selama ini Vanesa yang menanggung semuanya.

Vanesa kaget saat di tampar ibu mertuanya, ia menatap Damian, ternyata laki-laki itu tidak mengatakan apa-apa. Dulu saat pertama kali datang ke rumah  sebagai menantu, setiap kali ibu mertuanya marah Damian akan membela dirinya setidaknya ia menasihati sang ibu supaya jangan memarahi Vanesa. Sekarang,  semua sudah berubah, laki-laki itu tidak perduli padanya walau dia dimaki dan tampar.

“Sudah pergi sana. Mas Damian sudah mengusirmu,” usir adik iparnya.

“Mas, apa aku layak menerima semua ini?”

Laki-laki itu membelakanginya sembari berkata, “pergilah sebelum keadaan bertambah buruk.”

Vanesa tidak terima, apa yang ada dalam rumah itu semua dia yang membeli dengan hasil keringat.

“Apa kurangnya aku,” bujuk Vanesa mengikuti Damian ke kamar.

Damian menatap Vanesa dengan tajam, “banyak kekuranga kamu Vanesa. Sebenarnya selama ini aku sudah muak dengan sikapmu yang banyak mengatur, aku capek mendengar semua aturanmu di rumah ini.”

“Aku bisa memperbaiki diri Mas, tapi jangan berpisah,” bujuk Vanesa membelas.

“Aku ingin punya anak dan keluarga yang bahagia, punya istri yang cantik yang bisa merawat diri. Apa kamu tahu saat mengajak kamu keacara kemarin semua  orang melihatmu dengan aneh karena penampilanmu yang kumuh. Bosku sendiri bahkan bertanya padaku kenapa mau menikah dengan wanita sepertimu.”

Mendengar Bos besar ikut campur dengan rumah tangganya, bola mata Vanesa melotot,” dia tidak ada hubungannya dengan rumah tangga kita.”

“Dia hanya prihatin denganku, orang sekelas manager punya istri dekil kayak kamu.”ujar Damian .

Vanesa memohon supaya Damian jangan menceraikannya, berjanji akan memperbaiki diri asal jangan diminta berpisah, tapi sebesar apapun Vanesa memohon laki-laki itu tetap saja tidak perduli.

“Mas aku akan mengubah penampilanku lebih cantik lagi, beri aku kesempatan,” ujar Vanesa memelas.

“Aku tidak ingin melanjutkan pernikahan lagi, kita udahan sampai di sini.”

Damian tidak memberi kesempatan padanya. Wanita malang itu hanya bisa tertegun menatap kosong ke sekeliling kamar yang ia tempati, ia sudah melakukan segalanya untuk keluarga mereka, ternyata dia tidak dihargai bahkan diusir dari rumah yang ia bangun dengan keringatnya.

Ibu mertuanya  mengekor dari pintu, “Aku ingin punya cucu, selama ini kamu tidak mau memberiku cucu,” tuduh wanita itu lagi.

“Aku bukannya tidak ingi melahirkan anak Bu, Aku dan Mas Damian sepakat untuk menunda anak, itu sebabnyas saat itu aku minum pil KB Bu,” ujar Vanesa menahan air matanya agar tidak tumpah di depan ibu mertuanya.

Vanesa dikenal wanita yang sangat tangguh selama ini, tapi kali ini segala pertahanannya seakan runtuh dan hancur lembur setelah suaminya ingin menceraikannya.

“Alasan saja kamu, bilang saja kamu tidak mau punya anak,” tuduh wanita itu lagi.

“Saat itu aku tidak punya anak di awal pernikahan kita karena aku ingin kuliah. Tapi kenapa sekarang kamu tidak kunjung hamil?” tuduh Damian lagi.

“Mas, aku juga tidak tahu apa penyebabnya setelah minum pil KB selama bertahun –tahun kata dokter rahimku kering.”

Ibu mertuanya berjalan mendekat, “kamu tidak usah cari alasan Vanesa, ngaku saja kalau kamu wanita yang mandul.”

“Bu, saya sudah periksa ke dokter itu tidak benar, aku tidak mandul.”

Ibu mertuanya mencebikkan bibirnya, “Banyak alasan.”

Vanesa dituduh dan dihina sama Ibu mertuanya, bahkan direndahkan sama suaminua sendiri hanya karena dia berpakain lusuh saat di rumah. Padahal Vanesa hanya berpakain sederhana saat di rumah saja, kalau  ke undangan tetangga yang hajatan ia selalu berdandan walau hanya dandanan sederhana. Vanesa hanya ingin menyesuaikan diri dengan likungan tempat ia tinggal.

Terkadang niat baik yang kita lakukan belum tentu baik di dimata orang lain. Vanesa sudah bekerja keras siang malam demi keluarganya, ia ingin  punya keluarga yang utuh jadi tempat ia berbagi duka luka. Tidak berpisah seperti kedua orang tuanya. Namun, semua itu tidak  berjalan sesuai keinginannya.

Tangannya bergetar, ia menatap wajahnya di pantulan kaca,  baru menyadari kalau wajahnya tampak lebih tua dari usianya.

“Aku tidak layak  menerima semua ini Mas. Aku sudah melakukan semuanya untukmu selama empat tahun. Semua yang kamu miliki saat ini karena dukunganku,” ujar Vanesa dengan suara parau.

“Jangan mengaku-ngaku.  Anakku bisa seperti sekarang ini semua itu karena kerja kerasnya, pergilah dari rumah ini,” usir ibu mertuanya lagi.

Tanpa sungkan wanita gila itu bahkan  mengeluarkan semua pakaian dari lemari Vanesa, lalu memasukkannya ke dalam tas melemparkannya keluar.

“Dengar! Rumah ini putraku, semua ini milik putraku pergilah dari rumah ini sebelum aku lebih marah lagi, aku sudah muak melihatmu selama ini.”

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status