Share

The Present Of Love
The Present Of Love
Author: Chrystal Liu

Hampir Saja

Author: Chrystal Liu
last update Last Updated: 2021-01-08 20:48:21

Gadis berambut cokelat tengah sibuk di antara botol minuman dan gelas kaca, dia sering lupa waktu jika sudah berada di klub milik ayahnya ini. Terlalu hanyut dalam dunianya sendiri, yaitu meracik minuman.

Minggu lalu Seila menyaksikan Steve Schneider, sang bartender idola membuat Gimlet di bar terpopuler Jakarta live lewat YouTube. Stave ini seorang bartender terkenal yang merupakan mantan marinir Amerika Serikat. Menyajikan pilihan signature drink Employees Only seperti EO Gimlet hasil perpaduan gin, jeruk nipis dan daun jeruk purut dengan cita rasa klasik koktail. Dia terpesona dan bertekad untuk membuatnya juga. Hanya dengan sekali lihat, cukup bagi Seila untuk tahu apa yang harus dia lakukan.

Koktail merupakan paduan dari berbagai bahan yang pembuatannya harus dengan teknik khusus, termasuk juga cara mengocoknya. Ini yang menjadi alasan koktail begitu digemari, khususnya anak-anak muda. Menurut Stave, koktail ibarat minuman yang di kostum, perpaduan antara pengetahuan dan seni. Karena itu Seila menjadi terinspirasi untuk memodifikasi bahan ini.

Semua bahan sudah dicampurkan ke dalam gelas stainless steel. Gadis itu tengah sibuk mengocoknya agar semua bahan tercampur sempurna, seperti yang dicontohkan sang idola.

"Gin dan jeruk nipis?" Surya mendekati putrinya yang tengah sibuk menakar cairan bening dari sebuah botol kaca ke dalam gelas jigger. Aroma buah seketika menguar. Karena aroma itulah Surya ingin mendekat dan menyaksikan kemahiran putrinya dalam meracik minuman.

"Ah, ada daun jeruk purut juga." Surya menjumput selembar daun lalu menghidu aromanya. "Coba Ayah tebak. Gimlet, ya?"

Seila tersenyum tanpa mengangkat wajah. Tangan lentiknya begitu cekatan saat menuangkan cairan bening di gelas jigger ke dalam gelas kocok, tak terlihat ragu-ragu sedikit pun. Dia sudah terbiasa melakukan hal ini.

"2.5 oz Gin." Seila melirik ayahnya yang serius menonton. Gadis itu kembali menuang cairan lain ke dalam gelas yang bentuknya lucu. "0.5 oz lime. And then, 0.5 simple syrup." Seila menyimpan kembali botol ke tempat masing-masing.

Sebagai penutup, tak lupa Seila menuang es batu lalu menutup gelas stainless steel itu. Tangan kanan Seila mulai mengocok. Gerakannya terlihat anggun, namun mantap dan yakin. Seolah-olah dia sudah sering melakukannya. Padahal dia baru sekali ini membuat Gimlet. Sedangkan membuat yang lain dia sudah mahir.

Gerakan tangan Seila berhenti. Lalu dia menuangkan cairan di dalam gelas kocok ke gelas koktail. Setelah memberi sentuhan akhir yaitu daun jeruk dan mint ke atas minuman, gadis yang masih SMA itu berseru riang, "Voila!"

Surya bertepuk tangan. "Steve Schneider bakalan pensiun nih gara-gara kamu," selorohnya. Dia senang anaknya terlihat bahagia.

Jam menunjukan waktu tengah malam. Seila harus segera pulang karena besok ia harus sekolah dan akan pulang sore.

Surya mendekat dan mengecup puncak kepala anak gadisnya. "Cepat pulang. Ini sudah malam, jangan sampai besok kesiangan ke sekolahnya, Nak."

Seila mengangguk lalu mencium punggung tangan Surya yang memiliki kulit berkerut mengeriput, tak menyembunyikan usia.

"Hati-hati dijalan, Nak." Surya melambaikan tangan melihat Seila yang semakin jauh.

Sekolah sudah terlihat sangat sepi saat dia baru selesai mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Indonesia. Tak sengaja dia pulang terakhir karena tadi siang ada desas-desus tak mengenakan. Namun, hal itu sungguh kembali menjatuhkan mental Seila. "Apa aku harus pindah sekolah lagi? Tapi, mau sampai kapan? Aku lelah harus terus berpindah sekolah dan kembali beradaptasi," gumamnya dengan semburat kesedihan yang tak dapat lagi ditutupi. Sampai tanpa terasa, bulir air mata pun menggenang dan meluncur menuruni pipi, tetapi segera ditepis jari tangan dengan cepat. Rumor beredar mengungkapkan identitas aslinya.

Teman sekolah menjudge Seila wanita nakal, karena lahir dari keluarga yang tidak baik. Entah siapa yang awalnya mengetahui rahasia ini. 

Seila berjalan lemas meninggalkan pelataran sekolah sembari memikirkan gunjingan para teman-teman akan keadaan keluarganya. Sungguh umpatan mereka sangat tajam dan membuat hati terasa sakit. Tidak ada satupun sifat dan sikap yang mereka tuduhkan tentang Seila itu benar. Ia selalu berusaha bersikap baik kepada siapapun dan tak pernah mencoba mencari masalah.

Seila bahkan belum pernah memiliki pacar. Berciuman? Jangan tanya lagi, dia belum merasakan bagaimana ciuman pertama yang kata kebanyakan gadis rasanya lebih manis dari madu. 

Mereka menghardik Seila sangat kejam hanya karena melihat latar belakang keluarga, sungguh ini semua tak adil baginya. Gadis itu menghela napas kesal seraya menendang setiap kerikil yang menghadang di depan jalan.

*

Sore sudah beranjak petang.  Semua teman sekolah sudah pulang, tetapi sialnya Seila masih harus menunggu angkot. Ponselnya sudah kehabisan daya untuk memesan ojek online.  Gadis itu menengadah memandang langit yang semakin jingga. Angin yang berembus membuatnya menggigil. "Gawat, nih. Bisa jadi turun hujan. Musti cepet pulang," gumamnya pada diri sendiri.

"Dingin banget.” Ia memeluk erat tubuh dengan kedua tangan sembari terus berjalan. Seseorang menarik lengannya hingga tubuh seketika berbalik ke arah pusat tarikan.

Tatapan seketika nanar kala melihat siapa yang bersikap begitu kasar. "Je-Jefry?" Jantung berdegup kencang seolah akan melompat keluar hingga membuat dada terasa sedikit nyeri. Jefry terkenal nakal dan dicap playboy di sekolah.

“Mau pulang, Cantik?” tanyanya sambil menyeringai miring dengan mata menatap tajam ke arah mata hazel milik Seila.

"I- iya." Bergidik ngeri saat melihat raut wajahnya yang tampak tak bersahabat. Lalu berusaha melepaskan tangan yang mencengkram kuat pergelangan tangannya. "Ma-maaf, Jef. Le-lepaskan tanganku,” pinta Seila memasang raut wajah cemas.

"Mau kuantar?" tawarnya.

"Ti-tidak usah, a-aku bisa sendiri. Tolong lepaskan tanganku." Seila berusaha melepaskan tangan yang mengunci di pergelangan tangannya dengan kepala tertunduk. Tak berani menatap mata lelaki yang ada di hadapan. Tatapannya menyeramkan, seperti seekor serigala yang kelaparan.

"Aku antar kau pulang," ucapnya dengan lembut.

"Terima kasih, tapi sungguh itu tidak perlu." Ia menolak dengan lembut dan tak boleh gegabah, insting alami memperingatkan tubuh Seila untuk waspada. Ia juga merasakan ada firasat buruk.

"Kalo kubilang akan kuantar, ya kau harus mau!" bentaknya seraya menarik tangan Seila.

"Aww." Seila hanya bisa merintih kesakitan dengan raut wajah meringis. Tangan Jefry begitu kasar dan kuat menggenggam tangan Seila yang mungil.

Jefry memaksa Seila untuk masuk ke mobil memasangkan sabuk pengaman, mengunci pintu lalu dia berlari mengitari kap mobil dan duduk di kursi kemudi. Lelaki itu mulai memutar kunci mobil untuk menyalakan mesin dan seketika mobil melaju kala sudah menyala.

Dia hanya bisa diam tertunduk tak berani menoleh ke arah pria yang sibuk menguasai kendali mobil, seraya meremas ujung rok abu-abu dengan gugup. Panas dingin terasa berdesir merambat ke sekujur tubuh. Takut, benar-benar takut. Ia sama sekali tak mengenal Jefry dengan baik. 'Tuhan, lindungi aku, aku mohon,' batin Seila berdo'a kepada Tuhan yang maha kuasa.

Tak terasa waktu sudah sepuluh menit berlalu, tak terucap sepatah kata pun di antara mereka. Hingga membuat hati Seila sedikit lega karena Defry sama sekali tak melakukan hal buruk. Mungkin Seila yang terlalu paranoid karena belum pernah berduaan dengan seorang pria. Namun, pada saat perasaan melega, tiba-tiba saja Jefry menepikan mobil tepat di atas jembatan.

Seila spontan menoleh ke arah Jefry, menatap pria itu bingung dan penuh tanda tanya. "Je-Jef, kok kita berhenti di sini?" tanyanya ragu.

"Aku sudah mengetahui semuanya." Dia tersenyum meremehkan seraya menatap langsung.

"Ma-maksudmu apa? Aku tidak paham?"

"Jangan berpura-pura polos lagi. Sudah biasa aku menghadapi gadis berwajah polos sepertimu tetapi, garang saat di atas ranjang. Jadi, berapa aku harus membayarmu agar kau mau menghabiskan malam denganku?"

Mata Seila seketika membulat kala mendengar kalimat yang merendahkan dari mulut lelaki di sampingnya. Rasa panas seketika menyuruk-nyuruk ke sekujur tubuh hingga membuat wajah memerah dan daun telinga rasa terbakar. "Jaga mulutmu! Aku bukan gadis seperti itu!"

"Cih! Bersikap seolah terhina dan merasa direndahkan, padahal kerendahanmu sudah tak diragukan lagi," cemooh Jefry yang segera membuat Seila tak tahan lagi menahan segala amarah dalam diri. Hingga entah mendapatkan keberanian dari mana, tangan refleks menampar wajah pria kurang ajar dengan keras hingga membuat wajah Jefry memerah bekas telapak tangan. Tangan Seila terasa panas dan sakit setelah menampar pria yang ia anggap kurang ajar, mungkin karena tamparan itu begitu kuat.

"Sekali lagi, jaga ucapanmu! Jangan sembarangan menuduh orang tanpa bukti!"

Jefry yang tengah memegangi pipinya pun seketika memukul setir mobil karena geram. "Berengsek!" pekiknya dengan raut wajah memerah. Dia kemudian menyambar tubuh Seila, menghimpit di antara kursi dan pintu mobil yang masih setia terkunci. "Beraninya kau menamparku pel*cur sialan!"

Rasa takut semakin berkecamuk dan panik kala melihat amarah Jefry. Ia memalingkan wajah karena tak kuasa melihat wajah murka Jefry yang tampak menakutkan.

Embusan kasar nafas Jefry mengenai pipi Seila. Sungguh terpojok dan terjebak. Tak ada celah untuk ia lari. 'Bagaimana ini?' batin Seila begitu gelisah.

"Aku akan memberimu pelajaran!" Jefry meraih tangan Seila lalu mengikat keduanya di atas kepala menggunakan sabuk pengaman.

"Jangan, Jef. Maafkan aku, tolong lepaskan aku," pinta Seila yang semakin ketakutan.

"Tidak! Gadis kurang ajar sepertimu tak bisa ku maafkan. Kau harus menerima akibatnya karena sudah berani menamparku!"

"Tidak, Jef. Tolong ampuni aku, aku mohon, aku menyesal," rengek Seila. Raut wajahnya menegang dan airmata yang tak terbendung sudah membasahi kedua pipi. Ia sungguh sangat ketakutan.

Setelah Jefry selesai membuat ikatan di kedua pergelangan tangan Seila, ia tersenyum puas sambil menatap wajah cantik Seila yang kini berantakan. "Ini baru benar."

"Tidak, Jef. Tolong lepaskan aku." Seila memasang raut wajah memelas untuk meminta belas kasihan lelaki itu agar mau melepaskannya. Namun, usaha itu sia-sia. Hati Jefry sama sekali tak terenyuh. Dia sama sekali tidak menunjukan belas kasih.

Jefry mulai membuka satu persatu kancing baju seragam SMA Seila. Hal itu membuat Seila semakin panik dan ketakutan. "A-apa yang kau lakukan? Hentikan! Jangan! Tolong jangan lakukan ini! Jangan! Aku mohon! Aku mohon hentikan ini, Jef!"

Jefry hanya terus mengulas senyum sambil terus fokus melucuti satu-persatu kancing. "Tolong! Tolong! Siapapun tolong aku! Tolong! Aku mohon tolong aku!" teriak Seila yang melemah karena isak yang begitu menyesakan dada. Napas tersendat-sendat hingga membuat laring tak kuasa berteriak lebih keras lagi.

"Silakan saja berteriak, di sini sepi, takkan ada yang bisa mendengar suaramu meski kau berteriak hingga tenggorokan itu putus sekalipun." Jefry tertawa bak iblis. Dia terlihat sangat bahagia saat melihat penderitaan Seila.

"Jef, aku mohon, lepaskan aku. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, uang, mobil baru dan rumah. Ayah dan ibuku pasti akan mengabulkan semua keinginanmu asalkan kau mau melepaskanku. Aku bersumpah atas nama Tuhan, aku tidak akan berbohong." Dia tak mau menyerah, berusaha membujuk Jefry dengan segenap kemampuan. Seila tak peduli berapa banyak uang yang akan dikeluarkan. Semua itu tak masalah jika menyangkut keselamatan diri.

Jefry tersenyum miring. "Kau pikir kau siapa? Punya uang hasil ngangkang saja bangga. Sombong! Kau pikir aku membutuhkan semua itu? Uangku lebih banyak dari nominal uang di rekening Ayahmu. Bahkan aku bisa membeli rumah dan club malammu jika kumau."

"Lalu apa yang harus kulakukan agar kau mau melepaskanku?" pekik Seila dengan segenap tenaga yang tersisa. Ia terlalu lelah menangis dan meronta.

"Puaskan aku, dan kau boleh pulang!”

"Tidak!" Berteriak sambil diiringi tangis pilu yang menyesakkan dada seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Tolong jangan, aku mohon," rengeknya kembali memelas.

"Suaramu benar-benar merdu, tubuhku semakin tegang dan memanas. Aku sungguh ingin segera merasakannya. Semoga saja rasa tubuhmu tak mengecewakanku karena terlalu banyak dijamah tangan-tangan para pria kotor sebelumnya."

"Tidak, Jef. Aku bukan gadis seperti itu. Aku bukan gadis seperti yang kau pikirkan," ucap Seila melemah.

"Well, kita buktikan nanti." Jefry mulai menyingkapkan baju seragam dengan tak sabar lalu menatap tubuh yang hanya terlihat bra dan rok yang masih setia terpasang. Dia mulai mendekatkan wajahnya dan merapatkan tubuh. Seketika tangis kembali pecah. Suara raungan tangis memenuhi seisi mobil. 

Bibir Jefry menyentuh pipi dan leher Seila bergantian. Tangannya mulai meraba-raba setiap jengkal tubuh mulus berkulit putih dengan semangat. Seila hanya bisa terus menangis dengan raut wajah mengerut pedih. "Jangan, aku mohon hentikan," ucapnya lemah disertai tangisan yang menyakitkan.

Seila belum pernah merasakan sepedih ini. Rasa terhina dan direndahkan yang tiada bandingannya. Ini tidak adil. Jefry tidak berhak melakukan ini terhadap Seila. Ia tak pernah mencari masalah atau mengganggu siapapun. Perlakuan ini sungguh tak pantas didapatkan. 

Seila tidak mau hidupnya berakhir sampai di sini. Ia mengerahkan tenaga dengan kuat memukul kepala Jefry menggunakan sikut dan melepaskan ikatan di tangannya. Mendorong tubuh Jefry dan memencet tombol agar pintu bisa terbuka.

Seila berhasil keluar. Ia berlari sekuat tenaga dan berteriak meminta tolong. Jefry berusaha menyusul Seila.

Suara motor terdengar mendekat ke arah mereka. Seorang pria mengendarai motor besar berwarna biru dengan jaket hitam memberhentikan motor, membuka helm dan melemparkannya ke arah Jefry.

“Sialan. Jangan ganggu urusanku!” Jefry menatapnya dengan tajam.

Brug …

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Present Of Love   Hampir Kehilangan Kesucian

    Dunia seakan runtuh seketika saat bibir seorang pria menjelajah ke kulit mulus nan putih milik seorang gadis yang belum di jamah oleh siapapun. Hati gadis berambut coklat itu teriris sakit. Merasakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan paksa pada bagian tubuhnya.

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   Penyelamatku

    Suasana yang menghangat kini terasa kembali mencekam. Pria itu ia lihat lagi. Pria yang tadi hampir merenggut kesuciannya kini tengah berada di tempat yang sama. Jantung berdebar sea

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   BAB 4

    Seorang anak laki-laki mengepalkan tangan dan menendang tong sampah. Salah apa tong sampah itu hingga tertendang sampai membentur tiang bangunan sekolah.Temannya pun kaget melihat keadaannya saat ini. Penampilan yang semrawut, waj

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   BAB 5

    Seorang gadis tengah tersenyum senang melihat arloji di tangannya. Sebentar lagi dia akan sampai di sekolah baru yang sangat ia idam-idamkan. Memang sudah ke sekian kalinya ia berpindah sekolah. Sekolah ini harus menjadi tempat terakhir dia sampai lulus dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan.

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   BAB 6

    Wajah seorang gadis terlihat sangat malu setelah mendapat perlakuan yang tidak mengenakan. Dia di perhatikan oleh seluruh siswa yang ada kelasnya. Sementara pria yang dia ajak bicara tadi menuju rooftop mungkin untuk menenangkan diri dari keramaian.

    Last Updated : 2021-01-11
  • The Present Of Love   BAB 7

    Seila yang tidak fokus karena di ajak bicara oleh Angga malah melupakan kegiatannya yang tengah membakar bahan di tabung kaca. Tangannya diam tidak bergerak, malah semakin mendekat ke api.Karena suhu tinggi dan Seila tidak menjauhkan ta

    Last Updated : 2021-01-15
  • The Present Of Love   BAB 8

    "Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!" Bila menepuk pundak Seila. Dia melihat bagaimana Angga tadi mengedipkan sebelah matanya ke arah Seila. Anak baru ini memang cantik. Tak heran Bila pasti mengira angga menyukai Seila. Sorot tatapan Angga saat melihat Seila sungguh berbeda.

    Last Updated : 2021-01-15
  • The Present Of Love   BAB 9

    Di atas sebuah rooftop, sepasang siswa sedang duduk menikmati embusan angin dan sejuknya cuaca siang ini. Rooftop ini seakan milik mereka berdua. Tidak akan ada siswa lain yang datang kemari untuk mengganggu mereka.Aksara mengangk

    Last Updated : 2021-01-20

Latest chapter

  • The Present Of Love   Baby Boy or Baby Girl?

    Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca

  • The Present Of Love   Ngidamnya Bumil

    “Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su

  • The Present Of Love   Membuat Keringat

    “Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k

  • The Present Of Love   Pelukan Hangat

    “Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan

  • The Present Of Love   Dapat juga!

    “Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku

  • The Present Of Love   Pasti Ketemu

    Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D

  • The Present Of Love   Menghindar Darinya

    "Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke

  • The Present Of Love   Melarikan Diri

    “Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be

  • The Present Of Love   Respon Negatif

    Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status