Share

BAB 8

Penulis: Chrystal Liu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-15 19:14:08

"Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!" Bila menepuk pundak Seila. Dia melihat bagaimana Angga tadi mengedipkan sebelah matanya ke arah Seila. Anak baru ini memang cantik. Tak heran Bila pasti mengira angga menyukai Seila. Sorot tatapan Angga saat melihat Seila sungguh berbeda.

Gadis ini malah sibuk memperhatikan Aksara yang tengah berhasil merebut bola dari Angga dan menggiringnya hingga ke depan ring. Pria itu walaupun dingin padanya tapi terlihat sangat keren. Seila sangat mengagumi Aksara semenjak mereka pertama bertemu. Jika Aksara tidak menolongnya. Mungkin kini Seila sudah kehilangan kesuciannya.

"Seila ih!" teriak Bila lagi hingga Seila menoleh. Dia tidak mau di abaikan oleh teman barunya ini.

"Apaan, sih, Bil? Manggil-manggil mulu. Gue lagi khusu nonton, nih!" ujar Seila yang menoleh walaupun hanya sebentar dan menonton pertandingannya lagi.

"Hoho … bagaikan menonton dua pangeran sedang bertanding, ya!" Bila seketika berpikir. Kedua pria tampan bak pangeran itu bertanding karena apa. Apa yang mereka perebutkan. Tidak mungkin bertanding tanpa adanya alasan. Meski mereka sudah lama bermusuhan. Pasti ada faktor penyebab. Bila melihat tatapan Seila yang memperhatikan Aksara. Dia berpikir sepertinya dua pria tampan itu tengah merebutkan Seila.

Bila kembali menepuk pundak Seila agar temannya kembali menoleh. "Eh ...Lo gak ada hubungan apa-apa, kan, sama Aksara atau Angga?" tanyanya untuk memastikan. Siapa tahu anak baru ini membawa sebuah kejutan besar. Misalnya pindah karena menjadi pacar Angga atau Aksara.

"Enggak, kenapa?" tanya Seila yang menoleh sebentar. Pertanyaan ini sungguh tidak penting baginya. Kenal mereka berdua saja baru, tidak sejak lama.

"Yah … gara-gara Lo. Gue gak lihat Aksara pas lempar bola. Tahu-tahu sudah cetak poin aja" Seila mengerucutkan bibirnya. Bila ini dari tadi mengganggu saja. Momen indah melihat Aksara begitu tampan meloncat, melempar bola dan bergelantung di ring sangat mempesona.

"Mereka kayanya rebutin Lo, deh!" 

Perkataan Bila membuat Seila kaget dan tidak percaya. Bila ini mengada-ngada saja. Orang Aksara bertindak tidak sopan dan ramah saat Seila pindah kesini. Apalagi angga, pria tidak jelas itu sellau usil padanya. "Hah, masa iya?"

Seila menggaruk tengkuknya. "Apaan gue, kagak pantes di ributin kali, Bil." Sanggahnya yang tidak percaya dengan asumsi Bila. Seila lebih tertarik untuk memperhatikan pertandingan ini.

"La buktinya tadi. Angga ngedipin mata lho ke Lo." Bila menunjuk kening Seila. Gadis ini jangan berpura-pura bodoh padanya. Bila ahlinya mengintrogasi. Dia bagaikan detektif dan mulutnya bisa saja menjadi pisau.

"Lo salah lihat kali. Orang gue aja gak lihat." Seila menggelengkan kepalanya. Saking seriusnya menonton Aksara. Memang dia tidak melihat Angga berkedip padanya sama sekali.

"Gimana jadi gak lihat. Orang pandangan Lo hanya tertuju pada Babang Aksara aja!" ejek Bila sambil terkekeh. Dia menunjuk Aksara yang tengah menggiring bola.

Seila mencebik gadis yang ada di sebelahnya ini. Ia kembali memperhatikan permainan lagi.

Embusan angin dan teriknya matahari membuat Angga dan Aksara berkeringat. Rambut mereka mengukuti arah angin, berkibar layaknya membuka sebuah pesona yang tertutup poni. Ketampanan keduanya begitu terpancar kala mereka sedang berlari dari ujung sudut lapangan ini. Hingga sudut paling terjauh. Rintik-rintik keringat yang membasahi seragam malah menambah kesan seksi.

Gadis-gadis semakin berteriak histeris menyemangati pertandingan ini.

Aksara yang merasa di perhatikan Seila bersemangat dan tidak mau kalah. Ia harus mengalahkan lawan terberatnya ini. Angga berjanji tidak mau mengganggu urusannya jika Aksara menang. Maka dari itu, biar bagaimanapun, Aksara berambisi untuk menang.

Beruntungnya Aksara ahli dalam hal basket. Dia tersenyum miring kala Angga melempar bola tapi tidak berhasil masuk ke dalam ring.

Aksara beraksi cool hingga dia mendapatkan teriakan sangat histeris dari para penonton.

Aksara berhasil mencetak angka beberapa kali. Kini skor menjadi empat berbanding satu. Aksara empat poin dan Angga satu poin. Peluit berbunyi menandakan pertandingan sudah selesai.

Tut, tut ….

Semua gadis yang duduk di tepi lapangan menjadi saksi kemenangan Aksara. Pria itu di bopong anak-anak pemain basket lain yang tadi menonton.

"Go Aksara, go Aksara, go!" teriak semua anak.

Angga yang merasa kesal karena kalah dalam pertandingan ini, melempar bola sekencang-kencangnya ke lantai lapangan. Bola memantul hingga terbang ke udara.

Semua mata tertuju padanya. Pria itu kini pergi entah ingin kemana. Salahnya mengajak master basket duel. Angga bukan lawan yang sebanding untuk Aksara.

Seila meloncat-loncat bersama Bila, dia merasa senang sekali idolanya bisa memenangkan pertandingan ini.

Bell berbunyi menandakan istirahat sudah selesai. Semua anak kembali kedalam kelas dan sebagian kelas sudah di masuki guru. Kelas Seila belum juga ada guru yang masuk. Penanggung jawab mata pelajaran siang ini pergi menghubungi guru yang seharusnya memberikan materi. Sorak sorai kegembiraan terdengar karena kabar guru yang mengisi pelajaran saat ini sedang sakit dan tidak bisa masuk. 

Seila tidak segembira siswa lain. Dia terus melihat bangku Aksara yang kosong. Kemana Aksara? Apa Aksara baik-baik saja setelah pertandingan? Apa luka di lututnya sudah di di obati? Pikiran-pikiran negatif mengudara di kepala Seila. Dia bergegas ke ruangan UKS untuk mencari Aksara. 

Tanpa di ketahui Bila. Seila pergi sendiri ke ruangan yang biasa siswa pakai untuk mengobati diri yang terluka atau sedang sakit ringan. Di ruangan itu hanya ada petugas perawat saja.

Tok, tok, tok!

Seila masuk dan menyapa perawat. “Permisi, Bu. Apa ibu melihat seorang siswa yang kesini dan mengobati kakinya yang terluka?” tanyanya sambil memperhatikan ruangan yang memiliki bau obat ini.

“Tidak ada, Dek. Dari pagi ruangan ini hanya ada saya dan tidak ada siswa yang sakit atau sekedar mengobati lukanya,” jawab perawat yang mengenakan pakaian serba putih.

“Kamu mencari siapa?” tanya sang perawat pada Seila yang berdiri mematung.

“Saya mencari teman saya, Bu. Boleh saya pinjam alat dan obat untuk mengobati luka?” Seila tertunduk malu. Dia takut Ibu ini tidak meminjamkan peralatan P3Knya. 

“Maaf, ya, Bu. Barangkali teman saya malu untuk kesini. Jadi mending saya bawa kotak P3Knya lalu mencari dia!” ujar Seila agar dia di pinjamkan kotak P3k.

Perawat itu ternyata tidak keberatan. Dia mengambil kotak dan mengisinya dengan obat-obatan untuk mengobati luka. “Ini. Silahkan! Gunakan rivanol atau NACL dulu untuk membersihkan luka. Oleskan betadine lalu tutup dengan perban agar lukanya tidak terkena debu, ya!” jelas sang perawat agar Seila bisa mengobati luka temannya. Padahal yang di maksud Seila itu adalah Aksara.

“Baik, Bu.” Dia mengerti semua yang di jelaskan perawat ini.

“Kembalikan jika sudah selesai, ya!” ujar wanita yang berkulit putih itu pada Seila.

“Terima kasih, Bu. Saya permisi!” Seila mengangguk sopan lalu bergegas pergi ke kantin. Seila membeli dua botol minuman dingin. Hari semakin panas dan membuat dia kehausan.

Semua koridor sepi, Seila tidak menemukan keberadaan Aksara. gadis itu menatap langit dan berpikir sejenak sembari masih menggenggam kotak P3K dan plastik yang berisi minuman. Dia melirik ke suatu tempat.

“Ah … iya. Kenapa aku tidak mencari kesana?” Seila tersenyum senang. Pasti Aksara ada disana. Dia menaiki anak tangga untuk menuju rooftop. 

Pandangannya tertuju pada seorang pria yang sedari tadi dia cari. Pria tampan yang sedang duduk dan bersandar ke tembok. Genteng dari atap lain membuat pria itu tidak kepanasan. Seila berjalan mendekatinya.

Mungkin saja dia akan mendapatkan perlakuan dingin lagi. Seila tidak takut jika Aksara bersikap dingin atau kasar. Dia kesini hanya ingin membantu mengobati luka pria itu.

Kini Seila di hadapan Aksara yang sedang memejamkan matanya. Dia melinting celana SMA Aksara yang bolong karena terjatuh saat bermain basket tadi.

Aksara kaget saat sesuatu tengah bergerak di kakinya. “Sedang apa kamu?” tanyanya yang melihat Seila tengah menggulung celana abu yang ia kenakan hingga ke bagian atas lutut. 

“Mau mengobati lukamu!” jawab Seila. Dia membuka kotak P3K yang ia bawa.

“Tidak usah!” jawab Aksara sangat ketus.

“Kenapa tidak pergi ke UKS?” tanya Seila sambil membasahi kain kasa dengan cairan NACL untuk membersihkan luka di kaki pria tampan ini.

“Tidak perlu. Nanti juga sembuh sendiri!” jawab Aksara. Dia tidak peduli luka ini, rasa perihnya tidak seberapa.

“Takut infeksi Aksara!” balas Seila dengan nada tinggi. Kini dialah yang terkesan galak dan pemaksa.

“Tidak, Seila!” Aksara menggeser kakinya agar tidak di obati gadis ini.  

“Diam, Aksara!” teriak Seila sangat ketus. Kali ini dia memberanikan diri untuk memperlakukan Aksara kasar. Barangkali pria ini akan diam dan mau di obati. Seila menarik kaki Aksara lagi lalu bersiap membersihkan luka pada bagian lututnya.

“Auuu ….” teriak Aksara yang kesakitan. Lukanya malah terasa perih karena Seila sedang membersihkanya.

“Jagoan masa segini doang sakit, sih!” Seila mengejek Aksara yang tengah kesakitan.

“Tidak, kok. Tidak sakit!” jawab Aksara dengan nada sombong. Dia menahan semua rasa sakit akibat lututnya yang tengah di obati. Menggigit bibir agar tidak kembali berteriak.

“Nah … gitu. Diem dong!” Seila yang sudah membersihkan bekuan darah kini mengambil betadine untuk di oleskan ke luka Aksara.”

“Au …. ini lebih perih, Sei!’

“Tahan!” teriak Seila agar Aksara diam.

Seila kemudian menutup luka Aksara dengan perban agar tidak terkena debu atau kotoran.  Dia merapikan kembali celana yang Aksara kenakan.

“Terima kasih!” ujar Aksara untuk Seila yang sudah mengobatinya.

“Sama-sama!” Seila ikut duduk dan bersandar ke tembok. Dia kemudian memberikan minuman dingin pada Aksara.

“Ini. Minumlah! Agar kamu tidak meleleh saat terik matahari seperti ini!” Seila menarik lengan Aksara. Botol berwarna biru itu Seila letakan di telapak tangan pria ini.

“Hah, meleleh?” Aksara melirik botol minuman di tangannya. Apa yang Seila maksud dengan kata meleleh?

“Iya. Pria dingin harus minum minuman dingin di siang hari agar tidak meleleh!” Seila terkekeh. Sikap aksara yang dingin bisa saja meleleh di akibatkan teriknya matahari yang membuat bumi memanas.

“Dasar!” Aksara meminum minuman yang Seila berikan tanpa malu-malu dan menolaknya.

“Kenapa kau tahu aku ada disini?” tanyanya yang penasaran. 

“Seila gitu, lho!” Seila menepuk-nepuk dadanya berulang kali.

Aksara mengangkat tangannya lalu mengusap puncak kepala Seila. Jantung gadis itu di buat berdebar menerima perlakuan manis ini.

Bab terkait

  • The Present Of Love   BAB 9

    Di atas sebuah rooftop, sepasang siswa sedang duduk menikmati embusan angin dan sejuknya cuaca siang ini. Rooftop ini seakan milik mereka berdua. Tidak akan ada siswa lain yang datang kemari untuk mengganggu mereka.Aksara mengangk

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • The Present Of Love   BAB 10

    Suara rintik-rintik hujan indah serta embusan angin yang menambah kesan dingin berhasil membuat momen semakin romantis. Langit yang semula cerah kini berubah menjadi mendung. Cahayanya sangat mendukung untuk dua insan yang saling bertatapan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-26
  • The Present Of Love   BAB 11

    Suara guru matematika sudah selesai menutup kelas. Siang ini kelas selesai lebih awal dan siswa boleh pulang sebelum bel berbunyi. Seila sudah mengirimkan pesan untuk sang ayah agar menjemputnya pulang dan dia sudah merapikan semua buku-bukunya ke dalam tas. Bila menawarkan tumpangan pulang agar mereka bisa satu kendaraan bersama, tapi Seila menolaknya. Gadis ini tidak mau ada yang tau rumahnya dimana. Dia ingin berteman tapi tidak untuk terlalu dekat sampai mengetahui latar belakang, alamat rumah serta kehidupan pribadi keluarganya. Untungnya penolakannya itu tidak membuat Bila marah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-26
  • The Present Of Love   BAB 12

    Keadaan di dalam mobil biasanya menyenangkan. Kini suasananya menjadi dingin dan menegangkan. Gadis cantik yang duduk di bangku depan mengerucutkan bibirnya melihat seorang pria yang yang duduk di bangku belakang mobil. Gadis itu tidak suka ada orang lain di antara dia dan ayahnya. Bisa-bisa sang ayah mengira pria itu adalah kekasihnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-30
  • The Present Of Love   BAB 13

    Seorang gadis yang sudah pulang kini berada di halaman rumahnya. Dia sangat kesal karena ayahnya menggodanya sepanjang perjalanan tadi. Perasaan menyenangkan yang biasa ia rasakan kini beralih karena ada satu orang pria yang ikut ke dalam mobilnya tadi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-05
  • The Present Of Love   BAB 14

    Seorang gadis tengah menggebrak-gebrak kasur di balik selimut dengan kedua kakinya, dia sangat kesal dengan kejadian sore ini. Pria yang menyebalkan merusak moodnya yang baik. Merusak momen yang tadinya indah dan cerah menjadi gelap gulita.Suara ketukan pintu terdengar dan Seila harus segera membuka pintu kamarnya.“Ada apa, Ayah?” tanya Seila saat menengok ke arah luar kamar ternyata yang datang adalah ayahnya.“Boleh ayah masuk?” tanya Surya sopan. Dia ingin meminta maaf untuk kejadian tadi. Seila bisa marah sangat lama kepadanya.“Boleh.” Seila membuka lebar pintu kamar agar ayahnya bisa masuk. Keduanya duduk di kasur sembari saling bertatapan.Surya menarik tangan Seila lalu meme

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • The Present Of Love   BAB 15

    Seorang gadis terbangun dari mimpi indahnya. Dia merasa mungkin karena semalam, terlalu memikirkan aksara, jadi terbawa ke dalam mimpi.Gadis cantik ini meregangkan tubuhnya agar lebih rileks. Dia menghela napas dalam-dalam. berharap hari ini akan ada pelangi untuk nya dan tidak ada badai lagi.Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Bagaimana dengan pagi ini, dia harus punya alasan logis jika tidak ingin diantar ke sekolah oleh ayahnya.Dia juga sudah mengirimkan alamat palsu pada Aksara, agar pria itu tidak menjemputnya langsung ke rumahnya, melainkan ke rumah orang lain. Jujur Seila malu jika Aksara mengetahui rumah, orang tua, dan pekerjaan orang tuanya juga.Rumah, klub malam, dan pekerjaan orang tua, akan Seila rahasiakan dari siapapun. Mau dia sahabat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • The Present Of Love   BAB 16

    Perlakuan manis nan romantis dari Aksara pada Seila pagi ini membuat hati Seila bagai terbang ke atas awang-awang. Pipi merona merah dan terasa hangat. Tangan yang kaku enggan untuk di gerakan.Aksara yang menarik tangan Seila tadi untuk melingkar di pinggangnya. Karena itu gadis ini berharap perjalanannya ke sekolah tidak terlalu lama. Bagaimana caranya dia menahan debaran jantung yang begitu bergemuruh ini sampai bertahan untuk tidak pingsan, belum lagi napas saja terasa susah. Baru kali ini dia merasakan segugup."Kok diem aja, Sei?" tanya Aksara sambil mengusap tangan Seila. Dia bisa merasakan kegugupan gadis yang duduk di belakangnya ini."A- a- apa, Kak?" jawab Seila gugup. Dia bingung harus mengobrolkan apa saat perjalanan ke sekolah."Kok diem?" tanya Aksar

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29

Bab terbaru

  • The Present Of Love   Baby Boy or Baby Girl?

    Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca

  • The Present Of Love   Ngidamnya Bumil

    “Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su

  • The Present Of Love   Membuat Keringat

    “Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k

  • The Present Of Love   Pelukan Hangat

    “Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan

  • The Present Of Love   Dapat juga!

    “Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku

  • The Present Of Love   Pasti Ketemu

    Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D

  • The Present Of Love   Menghindar Darinya

    "Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke

  • The Present Of Love   Melarikan Diri

    “Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be

  • The Present Of Love   Respon Negatif

    Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status