Seila yang tidak fokus karena di ajak bicara oleh Angga malah melupakan kegiatannya yang tengah membakar bahan di tabung kaca. Tangannya diam tidak bergerak, malah semakin mendekat ke api.
Karena suhu tinggi dan Seila tidak menjauhkan tabung itu dari api yang semakin memanas. Isian bahan di dalam tabung bergejolak dan mengeluarkan busa. Tabung pun meledak dan mengeluarkan banyak sekali asap hitam. Api pun seketika mati karena cipratan bahan. Wajah Seila di penuhi noda asap dan terlihat hitam-hitam.
"Hahaha!" Angga tertawa. Bukannya menolong Angga malah memperhatikan wajah Seila yang terlihat sangat lucu.
Aksara tengah serius melakukan kegiatan praktikum, merasa terganggu dengan suara ledakan dan suara tawa, dia menoleh pada Angga. Dia pun mengepalkan tangan melihat kebersamaan Angga dan Seila.
"Dasar ceroboh!" Angga mencebik Seila.
Wajah cantik gadis ini kotor. Belum lagi dia harus mengulang tugas yang diberikan oleh guru biologi.
Angga merogoh sapu tangan dan membersihkan wajah Seila yang kotor.
Aksara yang melihat pemandangan itu mengepalkan tangannya dan memanggil guru.
"Pak. Tabung kaca milik Seila meledak," ujar Aksara agar sang guru mendekat. Dia tidak tahan melihat tingkah Angga yang bermesraan dengan Seila.
"Ah iya. Maaf saya terlalu fokus dan tidak mendengar ada suara ledakan." Guru itu tadi sedang fokus membimbing murid lain. Rungan biologi ini luas sehingga suara ledakan kecil dari Seila yang berada di ujung ruangan ke ujung lain tidak terdengar begitu jelas.
Pria bertubuh subur mengenakan pakaian kemeja berwarna biru itu kini membimbing Seila. Karena Aksara memanggilkan guru. Angga kehilangan kesempatan untuk mendekati dan mengajari Seila hanya berdua.
Kini Angga dan Aksara saling bertatapan karena posisi mereka berseberangan.
Pelajaran selesai dan Aksara duduk di bangku kebesarannya. Mendengarkan musik sambil membaca buku. Ini kebiasaan yang membuat hati dia tenang. Padahal begitu banyak gadis yang memperhatikan. Tapi Aksara lebih memilih mendengarkan lagu daripada mendengar panggilan-panggilan dari para gadis. Dia juga akan melemparkan tatapan tajam jika ada gadis yang berani datang ke hadapannya lalu memberikan sebuah kado.
Suasana kelas yang tenang berubah menjadi mencekam kala Angga datang dan menggebrak meja Aksara. Membuat Aksara yang semula tenang menjadi kaget dan menoleh ke arah orang yang menggebrak mejanya.
"Ada urusan apa?" tanyanya sangat ketus. Angga dan Aksara tidak akur. Mereka dua orang pria tampan di kelas ini.
"Kamu yang mengganggu urusanku!" ujar Angga sambil menyilangkan tangan di depan dada. Dia tidak suka dengan perlakuan Aksara tadi. Mengganggu dia yang tengah mengambil kesempatan untuk dekat dengan Seila. Jangan-jangan pria ini juga menyukai gadis yang ia sukai.
"Kata siapa? Kapan?" Aksara berdiri dan mereka kini saling bertatapan.
Semua murid di kelas menoleh dan memperhatikan interaksi mereka berdua. Dua pria yang populer dan paling tampan. Bedanya Aksara tampan dan sangat pintar. Angga tampan dan sangat nakal. Keduanya punya keunikan dan ciri khas masing-masing.
"Kataku. Tadi saat di laboratorium!" Angga mencengkram kerah baju Aksara. Aksara tetap tenang dan malah memalingkan wajahnya. Hal ini sungguh ia anggap tidak penting untuk dibicarakan.
Aksara malah mencebik. Angga semakin kesal karena Aksara mendiamkannya. "Ayo kita bertanding basket!"
"Apa aku harus meladenimu?" Aksara menepis lengan Angga yang masih mencengkram kerah bajunya, lalu menaikkan sebelah sudut hidungnya sambil berjalan meninggalkan pria itu.
"Hei … pengecut!" Angga berusaha membuat Aksara emosi. Dia saat ini ingin bertanding dan membuat Aksara terluka.
Suruh siapa mengganggu momen kebersamaannya dengan Seila. Apa jangan-jangan Aksara juga menyukai Seila?
Sungguh ingin sekali angga melempar bola basket sangat kencang ke wajah Aksara.
Angga menepuk pundak Aksara agak kencang dari belakang karena pria ini tidak menoleh sama sekali saat dibilang seorang pengecut.
"Kau punya kuping tidak?" tanya Angga agar Aksara menoleh. Dia tetap tidak mendapatkan jawaban.
Aksara melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke rooftop.
Angga mengikuti langkah kaki Aksara. Dia sangat geram karena di diamkan seperti ini.
Ada anak-anak lain tengah asyik bermain basket di lapangan depan kelas mereka. Bola menggelinding ke depan Angga. Pria ini meraih bol berwarna merah bata yang memiliki garis-garis hitam.
Angga menatapnya bola yang kini ia genggam. Melemparkannya pada pria yang sedang asyik berjalan dan tidak menjawab semua omongannya tadi.
Bola basket itu terbng ke udara dan mendarat di punggung Aksara lumayan kencang. Aksara sampai sedikit tersungkur.
"Sial … dia malah tidak berhenti!" gumam Aksara sambil berusaha berdiri dan berjalan lagi. Seseorang seperti Angga tidak perlu di ladeni.
"Dasar pengecut! Kutu buku, pria kasar!" Angga terus mengumpat.
Aksara akhirnya menoleh dan meraih bola. Dia kemudian berjalan ke lapangan.
Mereka berdua membuat para murid yang sedang bermain basket itu kaget dan menyingkir dari lapangan.
Kini lapangan yang luas ini hanya untuk Aksara dan Angga.
"Ayo kita bertanding. Jika aku yang menang. Kamu jangan mengganggu urusanku lagi. Jika kamu yang menang, kamu bebas melakukan hal sesukamu!" Angga menantang Aksara.
Aksara tersenyum miring dan memanggil murid lain untuk menjadi wasit.
Para gadis duduk di depan kelas. Mereka bersiap menonton dua pria tampan yang akan bertanding. Suara mereka kini riuh menyemangati masing-masing idola mereka.
"Sei, Sei!" panggil Bila sambil menepuk-nepuk pundak Seila. Temannya ini sedang sibuk menyedot jus alpukat yang dibelinya tadi di kantin sekolah.
"Apaan, sih, Bil?" tanya Seila laku menoleh pada Bila.
"Liat, noh, liat!" Bila menunjuk ke arah lapangan basket.
"Hah … itu Angga sama Aksara. Mereka mau ngapain?" tanya Seila yang penasaran lalu ikut duduk dengan gadis lain di tepi lapangan.
"Tanding, lah, Sei!" Bila ikut duduk di sebelah Seila.
"Mereka tanding dalam rangka apa, ya?" tanya Bila yang heran dengan kedua pria ini. Mereka padahal jika menjadi sahabat sangat cocok. Wajah sama-sama rupawan, kepopuleran juga sama. Kenapa tidak akur saja.
Peluit berbunyi dan bola di lemparkan ke udara. Aksara menepis bola lalu menggiringnya hingga ke dekat ring. Baru awalan saja Aksara mencetak pion.
Angga geram dan tidak mau kalah. Dengan cara apapun dia harus menang. Angga mendempet tubuh Aksara saat lawan mainnya itu kembali berhasil menggiring bola. Dia merebut bola dan membuat Aksara terjatuh.
Sialnya lutut Aksara terluka sampai mengeluarkan darah. Angga menjadi bisa untuk mencetak poin. Skor mereka seimbang.
Permainan di lanjutkan meski lutut Aksara terasa perih dan sakit. Dia tidak mau lemah. Kini dia harus menang. Apapun yang terjadi.
Aksara berhasil merebut bola susah payah. Dia kini melempar bola ke ring meski jaraknya cukup jauh. Aksara berhasil lagi mencetak poin.
Gadis-gadis fans Aksara berteriak sangat histeris. Mereka memberikan dukungan pada sang idolanya yang bertarung meski mempunyai luka di bagian lutut.
"Aksara, Aksara, Aksara." Teriakan untuk menyemangati terus saja terdengar.
Seila dan Bila geran. Dua pria ini sedang memperebutkan apa.
Angga melihat Seila yang duduk di tepi lapangan. Pria itu mengedipkan sebelah matanya. Membuat para gadis menoleh. Siapa gadis yang tengah Angga goda.
"Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!"
"Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!" Bila menepuk pundak Seila. Dia melihat bagaimana Angga tadi mengedipkan sebelah matanya ke arah Seila. Anak baru ini memang cantik. Tak heran Bila pasti mengira angga menyukai Seila. Sorot tatapan Angga saat melihat Seila sungguh berbeda.
Di atas sebuah rooftop, sepasang siswa sedang duduk menikmati embusan angin dan sejuknya cuaca siang ini. Rooftop ini seakan milik mereka berdua. Tidak akan ada siswa lain yang datang kemari untuk mengganggu mereka.Aksara mengangk
Suara rintik-rintik hujan indah serta embusan angin yang menambah kesan dingin berhasil membuat momen semakin romantis. Langit yang semula cerah kini berubah menjadi mendung. Cahayanya sangat mendukung untuk dua insan yang saling bertatapan.
Suara guru matematika sudah selesai menutup kelas. Siang ini kelas selesai lebih awal dan siswa boleh pulang sebelum bel berbunyi. Seila sudah mengirimkan pesan untuk sang ayah agar menjemputnya pulang dan dia sudah merapikan semua buku-bukunya ke dalam tas. Bila menawarkan tumpangan pulang agar mereka bisa satu kendaraan bersama, tapi Seila menolaknya. Gadis ini tidak mau ada yang tau rumahnya dimana. Dia ingin berteman tapi tidak untuk terlalu dekat sampai mengetahui latar belakang, alamat rumah serta kehidupan pribadi keluarganya. Untungnya penolakannya itu tidak membuat Bila marah.
Keadaan di dalam mobil biasanya menyenangkan. Kini suasananya menjadi dingin dan menegangkan. Gadis cantik yang duduk di bangku depan mengerucutkan bibirnya melihat seorang pria yang yang duduk di bangku belakang mobil. Gadis itu tidak suka ada orang lain di antara dia dan ayahnya. Bisa-bisa sang ayah mengira pria itu adalah kekasihnya.
Seorang gadis yang sudah pulang kini berada di halaman rumahnya. Dia sangat kesal karena ayahnya menggodanya sepanjang perjalanan tadi. Perasaan menyenangkan yang biasa ia rasakan kini beralih karena ada satu orang pria yang ikut ke dalam mobilnya tadi.
Seorang gadis tengah menggebrak-gebrak kasur di balik selimut dengan kedua kakinya, dia sangat kesal dengan kejadian sore ini. Pria yang menyebalkan merusak moodnya yang baik. Merusak momen yang tadinya indah dan cerah menjadi gelap gulita.Suara ketukan pintu terdengar dan Seila harus segera membuka pintu kamarnya.“Ada apa, Ayah?” tanya Seila saat menengok ke arah luar kamar ternyata yang datang adalah ayahnya.“Boleh ayah masuk?” tanya Surya sopan. Dia ingin meminta maaf untuk kejadian tadi. Seila bisa marah sangat lama kepadanya.“Boleh.” Seila membuka lebar pintu kamar agar ayahnya bisa masuk. Keduanya duduk di kasur sembari saling bertatapan.Surya menarik tangan Seila lalu meme
Seorang gadis terbangun dari mimpi indahnya. Dia merasa mungkin karena semalam, terlalu memikirkan aksara, jadi terbawa ke dalam mimpi.Gadis cantik ini meregangkan tubuhnya agar lebih rileks. Dia menghela napas dalam-dalam. berharap hari ini akan ada pelangi untuk nya dan tidak ada badai lagi.Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Bagaimana dengan pagi ini, dia harus punya alasan logis jika tidak ingin diantar ke sekolah oleh ayahnya.Dia juga sudah mengirimkan alamat palsu pada Aksara, agar pria itu tidak menjemputnya langsung ke rumahnya, melainkan ke rumah orang lain. Jujur Seila malu jika Aksara mengetahui rumah, orang tua, dan pekerjaan orang tuanya juga.Rumah, klub malam, dan pekerjaan orang tua, akan Seila rahasiakan dari siapapun. Mau dia sahabat
Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca
“Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su
“Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k
“Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan
“Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku
Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D
"Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke
“Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be
Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba