Home / Romansa / The Present Of Love / Hampir Kehilangan Kesucian

Share

Hampir Kehilangan Kesucian

Author: Chrystal Liu
last update Last Updated: 2021-01-08 20:49:38

Dunia seakan runtuh seketika saat bibir seorang pria menjelajah ke kulit mulus nan putih milik seorang gadis yang belum di jamah oleh siapapun. Hati gadis berambut coklat itu teriris sakit. Merasakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan paksa pada bagian tubuhnya.

Dinginnya pendingin mobil menusuk kedalam pori-pori kulit. Cairan kental dari mulut seorang pria membasahi permukaan berwarna putih nan mulus. Memberi beberapa tanda bercak merah pada beberapa titik.

Bulir-bulir likuid berjatuhan membasahi pipinya. Mata yang memiliki iris hazel memerah. Menatap jalanan yang terlihat sepi.

Gadis itu tidak mau hidupnya berakhir sampai di sini. Sudah cukup penderitaan ini ia rasakan. Dia tidak boleh menyera, jalan hidupnya masih panjang. 

'Tuhan, tolong bantu aku kali ini saja!' batinnya seraya mengambil nafas panjang dan menjernihkan pikiran. Ia mengerahkan seluruh tenaga yang masih tersisa lalu dengan kuat memukul kepala Jefry menggunakan sikut. Mendorong dengan sekuat tenaga. Kini pria itu meringis kesakitan.

Kesempatan untuk melarikan diri datang. Gadis yang pakaiannya tidak karuan itu segera membuka ikatan di tangannya. Lalu ia bergegas membuka pintu. Tenaganya masih tersisa untuk ia berlari menyelamatkan diri.

Jalanan terlihat sangat sepi. Dia tidak tau ini dimana, yang jelas lumayan jauh dari perumahan warga. 

Pandangan gadis berpakaian putih abu-abu ini lurus ke depan. Ia enggan untuk menoleh pada pria yang kini mengejarnya di belakang.

Suara yang kini sudah serak dan laring yang semakin kering, berteriak terus menerus meminta pertolongan. Berharap ada orang yang mendengar dan datang untuk menolongnya. 

Suara motor terdengar mendekat ke arah mereka. Seorang pria mengendarai motor besar berwarna biru dengan jaket hitam memberhentikan motor, membuka helm dan melemparkannya ke arah pria berengsek bernama Jefry.

“Sialan. Jangan ganggu urusanku!” Jefry menatapnya dengan tajam.

Brug ….

Pria berambut hitam menghantam wajah Jefry dengan tangannya yang kekar.

Jefry tersungkur di aspal yang terasa dingin dan lembab. Ujung bibirnya membiru dan mengeluarkan darah segar.

"Siapa kau? Berani-beraninya menggangguku." Jefry mengarahkan kepalan tangannya ke wajah pria misterius.

Pria tinggi itu terlihat pandai membela diri. Tubuhnya kokoh dan gerakannya cepat. Tidak ada satupun pukulan Jefry yang mengenai wajahnya. Dia berhasil menangkis dan beberapa kali membuat Jefry tersungkur.

Pukulan terakhir yang ia daratkan di perut Jefry membuat pria mesum itu merasa kalah dan ingin menyerah.

"Jangan ganggu gadis ini lagi!" ujar pria yang tengah meraih helmnya di atas aspal jalan.

Jefry ketakutan dan berlari kabur. Penampilannya sudah tidak karuan karena perkelahian tadi.

Kini, pria yang memiliki mata coklat indah tengah berjalan ke arah gadis yang tengah menangis dan merapikan kancing baju sekolahnya.

Beberapa kancing terlepas karena Jefry tadi membukanya dengan paksa. Orang bisa melihat lubang-lubang yang menampilkan kulit mulus sang gadis. 

Tatapan pria itu tidak sengaja tertuju pada pakaian yang gadis itu kenakan. Dia segera menoleh ke arah lain dan melepaskan jaket yang ia kenakan.

"Ini … pakailah untuk menutupi tubuhmu!" Dia menyerahkan jaketnya untuk di pakai gadis yang tangannya masih gemetaran ini.

"Te- te- terima kasih, Kak!" Perasaannya kini sedikit lega. Ada orang baik yang datang dan menolongnya saat keadaan seperti ini. 

Tuhan masih memberikan gadis ini keberuntungan untuk masih melanjutkan hidup.

Motor berukuran besar yang memiliki tangki di bagian depan ini di nyalakan. Mengitari tubuh gadis yang masih berdiri mematung.

"Ayo. Aku antar kamu pulang!" ujar pria yang kini menggenggam kemudi motor dan tidak menoleh sama sekali ke wajah gadis yang masih merasa kebingungan.

"Ayo. Naik!"

Netra yang semula tidak berkedip kini membuka dan menutup beberapa kali berusaha agar segera tersadar. Gadis yang merasa masih ketakutan itu perlahan naik ke bangku belakang dan enggan untuk berpegangan pada pinggang pengemudi motor.

Mereka berdua melewati jalanan gelap dan sepi. "Rumahku di Jalan Selawati, Kak." Tanpa ditanya dia sudah memberitahukan alamat rumahnya.

Jefry tadi membawanya cukup jauh sampai ke tempat sepi seperti ini. Dia sampai tidak tahu ini dimana. Embusan angin sangat kencang biarpun dia duduk di belakang. Rasa dingin menghempas bulu-bulu halus hingga terasa begitu beku.

"Dalam setengah jam kita akan sampai!" Tangannya memutar gas lebih dalam agar cepat sampai di tujuan. Angin menerpa tubuhnya yang ada di depan dan sedang mengemudi.

Setelah sepuluh menit melewati jalanan sepi. Mereka kini sudah di jalur ramai. Motor menepi di sebuah minimarket. Pria pengemudi motor yang juga berseragam putih abu-abu itu turun dan masuk untuk membeli sesuatu.

Gadis bernama Seila menunggu di bangku depan minimarket. Jika sekarang dia tidak mengenakan jaket. Mungkin akan menjadi pusat perhatian karena beberapa kancing yang terbuka.

Pria yang masih menggunakan helm full face duduk dan memberikan segelas kopi.

"Terima kasih!" ucap Seila sambil melihat bet yang terpasang di baju pria misterius ini. Melihat asal sekolah dan membaca nama di bagian dada seragam. 'Aksara, nama yang bagus. Setampan wajahnya dan sebaik sikapnya.' batinnya seraya meneguk kopi yang diberikan Aksara.

"Kak Aksara, terima kasih lagi untuk bantuannya." Pria bernama Aksara tidak menoleh, membuka helm dan malah fokus meminum segelas kopi moca favoritnya.

Rahang yang tegas. Pipi yang di tumbuhi sedikit godeg. Bibir manis dan hidung mancung. Sungguh ciptaan tuhan yang sangat sempurna. Pria di hadapannya membuat ia terpesona.

Air menetes dari langit dan jatuh ke bumi. Dari awalnya pelan, sekarang semakin kencang hingga permukaan aspal basah dan motor juga ikut basah.

Seila tidak beruntung sekali hari ini. Dia sudah hampir celaka karena Jefry, sekarang mau pulang malah turun hujan. 

"Sekarang bagaimana caranya kita pulang, Kak?" tanya Seila menoleh ke arah Aksara.

Aksara berdiri dan menatap langit yang sudah mulai gelap. "Ponselmu mana? Kenapa tidak mencoba menghubungi orang tuamu saja agar mereka menjemput kesini?" tanya Aksara tanpa ekspresi. Tatapannya seakan dingin, mungkin karena bertanya dan bersama orang yang belum dia kenal.

Pertanyaan Aksara membuat ia ingat dan ingin menghubungi sang Ayah. Sayangnya tadi ponsel Seila kehabisan daya. Lain kali dia akan selalu membawa kabel casan dan power bank kemanapun ia pergi.

"Baterai ponselku habis, Kak. Boleh pinjam ponsel Kakak?" 

Aksara mencari ponselnya di dalam tas lalu menyerahkan pada Seila. "Ini!"

Ponsel keluaran terbaru berwarna hitam milik Aksara kini ada di genggaman Seila. "Aku ikut menelpon, ya!"

Aksara menjawabnya hanya dengan sebuah anggukan.

Seila mengetik beberapa digit nomor dan menekan layar yang menampilkan warna hijau. Kini ia mendengar suara ringtone milik ayahnya. Setelah beberapa detik menunggu. Ayah Seila akhirnya menjawab.

"Hallo. Ini siapa?" Suara ayahnya dari balik telepon.

"Ayah, Ayah. Ini Seila, Yah." Seila meyakinkan bahwa ini adalah suaranya karena dia sekarang menggunakan ponsel orang lain. Ia takut pria yang menunggu anaknya pulang ini malah mengira ini adalah panggilan dari seorang penipu.

"Dimana kamu, Nak? Hari sudah mulai malam dan kamu belum pulang." Ayah Seila terdengar sangat khawatir.

"Seila tadi terkena musibah, sekarang Seila bersama teman Seila menunggu hujan reda di sebuah minimarket, Yah," jelas Seila agar ayahnya tidak khawatir.

"Ayah jemput sekarang, ya! Kamu di minimarket mana, Sayang?" Surya sudah berdiri dan bersiap meraih kunci mobil.

"Tinggal dua puluh menit lagi jika ingin sampai di rumah, Yah. Minimarket yang dekat pom bensin. Aku tak ingat nama jalannya. Yang pasti, Ayah sering lewat sini!" Seila sering lupa nama jalan.

"Ayah kesana sekarang!" Surya meraih kunci mobil dan mematikan teleponnya.

Seila yang sudah selesai menggunakan ponsel Aksara mengembalikannya lagi. "Terima kasih, Kak. Kakak sudah banyak membantu aku!"

"Sama-sama." Aksara terlihat santai dan duduk menyilangkan kaki.

Seila ingin sekali mengajak Aksara berbincang-bincang tapi ia sangat segan dan takut mengganggu pria yang kini asyik membaca sesuatu di ponselnya. Pikir Seila, mungkin Aksara sedang membaca sebuah berita, novel atau pelajaran di ponselnya.

Dia terus saja menatap bet di lengan baju Aksara. Berpikir bahwa mungkin esok atau lusa, dia bisa pindah ke sekolah itu dan kembali bertemu pria ini.

Hanya rintik-rintik hujan dan kendaraan yang berlalu lalang yang bisa Seila tonton saat ini. Menunggu jemputan yang terasa menyenangkan karena di temani pria tampan yang sudah menolongnya.

Entah akan bagaimana nasib Seila saat ini jika Jefry berhasil merenggut kesuciannya. Mungkin Seila akan hancur berkeping-keping dan tidak lagi mempunyai harapan untuk hidup.

Aksara terlihat mengangkat sebuah telepon. Sepertinya dia juga buru-buru dan tengah di tunggu untuk pulang. Dia tidak mau meninggalkan Seila begitu saja. Aksara masih setia menunggu sampai orang tua Seila datang.

Sebuah mobil berwarna hitam terparkir tepat di hadapan mereka. Ayah Seila turun dari mobil dan membawa payung.

"Anak ayah!" Surya langsung memeluk sang putri.

"Ayo kita pulang!" Surya hendak menarik tangan Seila lalu anaknya itu menahannya. 

Seila berpamitan dulu kepada Aksara. "Aku pulang duluan, ya, Kak!" ucapnya sambil mengangguk sopan.

Surya sampai lupa dan tidak melirik ke arah pria yang menemani Seila. Dia yang melihat Seila berinteraksi dengan temannya itu akhirnya tersenyum lalu mengucapkan selamat tinggal juga.

Surya memayungi anaknya sampai masuk ke mobil. Mereka meninggalkan Aksara sendiri.

"Pacar kamu?" tanya Surya sambil memutar kemudi saat parkir.

"Ih … bukan, Ayah!" Wajah seila memerah. Dia malu karena Aksara disangka pacarnya.

"Lalu siapa?" Surya bingung. Jika berduaan seperti itu bukannya mereka sepasang kekasih.

"Kenal saja tidak, Yah." 

"Lalu kenapa kalian bisa bersama?"

"Seila tadi terkena musibah dan Aksara yang menyelamatkan Seila. Jika tidak ada dia, mungkin saat ini Seila sudah tidak seperti ini lagi."

"Kenapa, Nak?"

Seila enggan menceritakan perlakuan Jefry. Dia takut masalah ini semakin memanjang dan ayahnya akan khawatir. Tidak ada bukti juga untuk melaporkannya ke pihak sekolah atau polisi. Jika Jefry melakukan perlakuan jahat lagi. Seila akan melaporkannya ke pihak berwajib.

"Tidak apa-apa, Yah. Hanya masalah kecil saja. Aku ingin pindah sekolah lagi!"

"Kemana, Sayang?"

"Ke SMA guna bangsa!"

Semua keinginan Seila ayahnya penuhi. Termasuk untuk berpindah-pindah sekolah. Meski Seila tidak memberitahukan alasannya untuk berpindah tempat sekolah. Surya sudah tahu dan mengerti keadaan sang putri.

Dia besok pasti akan mendaftarkan Seila ke sekolah baru.

"Lusa pasti kamu bisa pindah!"

"Terima kasih, Ayah!" Seila memeluk tubuh Surya erat.

Mobil Surya berhenti sejenak di pom bensin untuk mengisi bahan bakar.

Seila menoleh ke arah luar. Dia melihat Jefry tengah mengisi bahan bakar juga dengan wajah yang penuh luka lebam. Saat Jefry merasa di perhatikan dan menoleh. Seila langsung membungkuk dan bersembunyi. Dia tidak mau di lihat oleh pria itu lagi.

Surya melirik Seila yang terlihat aneh. "Ada apa, Nak?" Suara ayahnya bisa saja membuat Jefry curiga.

Related chapters

  • The Present Of Love   Penyelamatku

    Suasana yang menghangat kini terasa kembali mencekam. Pria itu ia lihat lagi. Pria yang tadi hampir merenggut kesuciannya kini tengah berada di tempat yang sama. Jantung berdebar sea

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   BAB 4

    Seorang anak laki-laki mengepalkan tangan dan menendang tong sampah. Salah apa tong sampah itu hingga tertendang sampai membentur tiang bangunan sekolah.Temannya pun kaget melihat keadaannya saat ini. Penampilan yang semrawut, waj

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   BAB 5

    Seorang gadis tengah tersenyum senang melihat arloji di tangannya. Sebentar lagi dia akan sampai di sekolah baru yang sangat ia idam-idamkan. Memang sudah ke sekian kalinya ia berpindah sekolah. Sekolah ini harus menjadi tempat terakhir dia sampai lulus dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan.

    Last Updated : 2021-01-08
  • The Present Of Love   BAB 6

    Wajah seorang gadis terlihat sangat malu setelah mendapat perlakuan yang tidak mengenakan. Dia di perhatikan oleh seluruh siswa yang ada kelasnya. Sementara pria yang dia ajak bicara tadi menuju rooftop mungkin untuk menenangkan diri dari keramaian.

    Last Updated : 2021-01-11
  • The Present Of Love   BAB 7

    Seila yang tidak fokus karena di ajak bicara oleh Angga malah melupakan kegiatannya yang tengah membakar bahan di tabung kaca. Tangannya diam tidak bergerak, malah semakin mendekat ke api.Karena suhu tinggi dan Seila tidak menjauhkan ta

    Last Updated : 2021-01-15
  • The Present Of Love   BAB 8

    "Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!" Bila menepuk pundak Seila. Dia melihat bagaimana Angga tadi mengedipkan sebelah matanya ke arah Seila. Anak baru ini memang cantik. Tak heran Bila pasti mengira angga menyukai Seila. Sorot tatapan Angga saat melihat Seila sungguh berbeda.

    Last Updated : 2021-01-15
  • The Present Of Love   BAB 9

    Di atas sebuah rooftop, sepasang siswa sedang duduk menikmati embusan angin dan sejuknya cuaca siang ini. Rooftop ini seakan milik mereka berdua. Tidak akan ada siswa lain yang datang kemari untuk mengganggu mereka.Aksara mengangk

    Last Updated : 2021-01-20
  • The Present Of Love   BAB 10

    Suara rintik-rintik hujan indah serta embusan angin yang menambah kesan dingin berhasil membuat momen semakin romantis. Langit yang semula cerah kini berubah menjadi mendung. Cahayanya sangat mendukung untuk dua insan yang saling bertatapan.

    Last Updated : 2021-01-26

Latest chapter

  • The Present Of Love   Baby Boy or Baby Girl?

    Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca

  • The Present Of Love   Ngidamnya Bumil

    “Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su

  • The Present Of Love   Membuat Keringat

    “Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k

  • The Present Of Love   Pelukan Hangat

    “Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan

  • The Present Of Love   Dapat juga!

    “Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku

  • The Present Of Love   Pasti Ketemu

    Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D

  • The Present Of Love   Menghindar Darinya

    "Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke

  • The Present Of Love   Melarikan Diri

    “Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be

  • The Present Of Love   Respon Negatif

    Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status