Suasana yang menghangat kini terasa kembali mencekam. Pria itu ia lihat lagi. Pria yang tadi hampir merenggut kesuciannya kini tengah berada di tempat yang sama.
Jantung berdebar seakan ingin copot dari tempatnya. Tangan gemetaran dan di dapatkan agar bisa kembali tenang.
Bola mata yang tajam milik seorang pria kini menoleh dan tertuju ke arahnya. Gadis ini bergerak cepat agar tidak terlihat. Menunduk dan berdoa agar mereka tidak lagi saling bertatapan.
Seorang pria yang tengah mengeluarkan lembaran uang untuk petugas SPBU melihat ke arah putrinya.
"Kenapa, Nak?" Suara itu bisa saja membuat pria tadi curiga.
Memberikan kode adalah suatu solusi agar dia selamat. Gerakan tangan di buat untuk meminta ayahnya diam dan tidak bertanya lagi.
Sang ayah mengerti dan menutup mulutnya rapat-rapat. Bergegas masuk dan meninggalkan SPBU.
"Ngomong-ngomong ayah mau tanya. Kenapa mata kamu sembab dan kenapa tadi bersembunyi?" Pertanyaan ini ia tahan-tahan karena menunggu waktu yang tepat.
"Seila ada masalah di sekolah dan tadi ada teman Seila di SPBU, yah!" jelasnya yang masih tertutup dan tidak mau jujur.
"Jangan menangis, Sayang. Anak ayah, kan kuat!" Surya berusaha menguatkan putri bungsunya. Tangan yang semula memegang kemudi mobil berpindah untuk mengusap pundak Seila. Berusaha menenangkan Seila agar perasaannya lebih nyaman.
Kepala Seila bersandar di pundak Surya. Pundak sang ayah terasa nyaman melebihi bantal hingga ia tertidur sampai di rumahnya. Malam ini dia tidak akan pergi ke club untuk mempelajari minuman koktail lagi. Hari ini sangat melelahkan dan menguras emosi. Seila harus istirahat dan mempersiapkan diri untuk pindah sekolah.
Entah berapa kali dari sejak di bangku sekolah dasar dia terus saja berpindah-pindah, demi menghindari orang yang seperti toxic.
Seila lebih memilih menghindar daripada membuang waktu untuk menghadapi mulut pedas orang yang seperti pedang. Siap menerjang kapan saja, tajam dan berbahaya.
Seperti malam biasanya, rumah Seila sepi karena ibunya sedang berada di club. Ayahnya juga sebentar lagi akan pergi ke club.
"Kamu tidak apa-apa sendirian di rumah?" tanya Surya untuk memastikan. Dia tahu putrinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Tidak apa-apa, Yah. Silahkan berangkat ke club." Seila memaklumi pekerjaan kedua orang tuanya. Dia tidak mengatur dan malah selalu mendukung. Memang usaha yang di tekuni ibu dan ayahnya itu tidak baik. Menjadi mucikari dan pemilik club malam.
Seila tidak pernah mempermasalahkan masalah itu. Asal bukan dia yang di jual dan tidak ada yang mengganggunya saat di club.
Malam terasa sunyi saat Seila hanya sendirian di dalam kamar. Dia anak tunggal dan kedua orang tuanya baru akan pulang besok pagi. Rumah hanya di jaga seorang satpam dan beberapa CCTV.
Sebuah buku berwarna merah jambu tengah Seila genggam. Dia ingin menulis sesuatu. Di pikirannya ada sosok anak laki-laki tadi yang tampan. Dia lalu menulis kejadian tadi di buku hariannya.
Memang sudah tidak zamannya lagi menulis diary. Tapi karena Seila melakukan ini untuk mengisi kegiatan di dalam rumah selain belajar, jadi dia melakukannya dengan perasaan yang semangat dan terasa menyenangkan.
Bait demi bait kata-kata indah ia rangkai untuk menceriakan bagaimana sosok laki-laki tadi bernama Aksara yang menolongnya dari bahaya Jefry.
Tidak sadar Seila mengukir sebuah senyuman saat membayangkan Aksara. Pria yang tampan dan terlihat menawan. Aksara juga terlihat seperti anak yang baik.
'Yeay … lusa aku akan bersekolah satu SMA dengan Aksara!' batin Seila seraya melempar buku diari ke udara dan menangkapnya lagi.
Dia tidur memeluk jaket kepunyaan Aksara. Aroma parfum maskulin milik anak SMA itu sangat menarik dan membuat indra penciuman Seila nyaman menghirupnya.
Jaket ini akan Seila kembalikan saat bertemu Aksara nanti di sekolah. Ia tak sabar untuk berkenalan secara pribadi dan mengucapkan terima kasih lagi.
Jantung Seila berdegup kencang saat dia memeluk jaket itu. Ia tak tahu namanya jatuh cinta dan seperti apa rasanya. Apakah yang saat ini dia rasakan itu adalah cinta atau hanya kekaguman semata. Yang jelas, kehadiran Aksara begitu berarti.
Netra yang semula terbuka kini tertutup rapat dalam beberapa jam. Hanya suara dari ayam yang berkokok dan cahaya matahari yang menembus tirai lah yang membangunkan gadis cantik dari tidurnya semalam.
Gadis berambut coklat itu terperanjat bangun dan segera turun untuk mencuci jaket milik pria tampan yang kini ia genggam. Jaket itu tidak ia biarkan untuk di cuci asisten rumah tangga. Ia memilih tangannya sendiri yang akan membersihkannya.
Pintu mesin cuci yang terletak di bagian depan ia buka perlahan. Memasukkan jaket dan sabun lalu air. Jemari lentiknya memencet tombol power dan mesin cuci pun berputar searah jarum jam.
Gadis bernama Seila duduk memperhatikan laju mesin yang tengah mencuci jaket. Tangannya menyilang lalu menyangga dagu. Menunggu mesin cuci berhenti dan dia harus mengisi air untuk membilasnya.
Hari ini Seila bolos dan orang tuanya yang akan ke sekolah untuk mengurus kepindahan Seila ke sekolah baru.
Seorang wanita masuk dan memanggil-manggil nama anaknya.
"Seila, Seila, Seila …." Ia sampai mencari ke kamar dan ke seluruh ruangan.
"Non Seilanya ada disini, Bu!" ujar seorang asisten rumah tangga yang sedari tadi memperhatikan Seila yang sibuk melamun.
"Seila, Seila …." Beberapa kali sang mama memanggil nama Seila tapi gadis itu tidak menjawabnya.
"Seila!" Tepukkan di bagian bahu Seila menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
"Anak mamah lagi apa, sih? Serius banget liatin mesin cuci." Mama Seila duduk di sebelah sang putri.
"Ga tahu itu, Nya. Non Seilanya dari tadi liatin mesin cuci mulu sambil melamun." Asisten bernama bi Surti menceritakan Seila yang sedari tadi memang sudah lama melamun.
Seila menoleh dan memperhatikan dua ibu-ibu yang mengajak ia berbicara tapi ia abaikan. "Maaf, Ma! Maaf, Bi! Seila liatin cucian takutnya macet atau sudah waktunya di kasih air buat bilas!" Sebuah alasan yang di buat-buat agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Lagi, Non. Ngapain nyuci sendiri. Biar bibi aja!" Tidak biasanya Seila mencuci pakaian sendiri.
"Iya, Sei. Ngapain anak mama yang cantik ini nyuci segala. Kan, ada bi Surti! Biar bi Surti yang cuci, Sei!"
"Enggak, Mah. Ga papa sesekali!" tolaknya yang masih ingin menatap jaket Aksara.
"Kata ayah, Seila mau pindah sekolah lagi?" tanya sang mama yang belum pergi.
"Iya. Biar Seila cari suasana baru lagi!" jawabnya enteng. Orang tua mana yang tidak khawatir jika terjadi sesuatu pada putrinya.
~LianaAdrawi~
Seorang anak laki-laki tengah berjalan sendiri. Wajah tampannya penuh luka lebam, membuat orang yang melihat heran dan memperhatikannya.
Sahabat-sahabatnya pun mendekat melihat rekannya babak belur seperti habis di hajar masa.
"Muka Lo kenapa?" tanya salah satu anak sambil ikut berjalan di samping pria tersebut.
"Habis di pukul orang!" Dia tetap berjalan ke depan tidak melihat semua wajah yang sedari tadi memperhatikannya.
"Sekarang mau kemana?" tanyanya lagi.
"Mau nemuin seseorang!" Langkahnya terhenti saat tiba di ruangan kelas IPA putri.
"Gadis itu kemana?" Dia memperhatikan di balik kaca tapi gadis yang ia cari tidak ada.
"Siapa yang Lo cari?"
"Seila!" jawabnya singkat. Api kemarahan dan dendam terpancar dari bola mata yang kini memerah.
"Dia kayanya ga masuk!"
"Sial!" teriaknya sambil menendang tong sampah.
Seorang anak laki-laki mengepalkan tangan dan menendang tong sampah. Salah apa tong sampah itu hingga tertendang sampai membentur tiang bangunan sekolah.Temannya pun kaget melihat keadaannya saat ini. Penampilan yang semrawut, waj
Seorang gadis tengah tersenyum senang melihat arloji di tangannya. Sebentar lagi dia akan sampai di sekolah baru yang sangat ia idam-idamkan. Memang sudah ke sekian kalinya ia berpindah sekolah. Sekolah ini harus menjadi tempat terakhir dia sampai lulus dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan.
Wajah seorang gadis terlihat sangat malu setelah mendapat perlakuan yang tidak mengenakan. Dia di perhatikan oleh seluruh siswa yang ada kelasnya. Sementara pria yang dia ajak bicara tadi menuju rooftop mungkin untuk menenangkan diri dari keramaian.
Seila yang tidak fokus karena di ajak bicara oleh Angga malah melupakan kegiatannya yang tengah membakar bahan di tabung kaca. Tangannya diam tidak bergerak, malah semakin mendekat ke api.Karena suhu tinggi dan Seila tidak menjauhkan ta
"Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!" Bila menepuk pundak Seila. Dia melihat bagaimana Angga tadi mengedipkan sebelah matanya ke arah Seila. Anak baru ini memang cantik. Tak heran Bila pasti mengira angga menyukai Seila. Sorot tatapan Angga saat melihat Seila sungguh berbeda.
Di atas sebuah rooftop, sepasang siswa sedang duduk menikmati embusan angin dan sejuknya cuaca siang ini. Rooftop ini seakan milik mereka berdua. Tidak akan ada siswa lain yang datang kemari untuk mengganggu mereka.Aksara mengangk
Suara rintik-rintik hujan indah serta embusan angin yang menambah kesan dingin berhasil membuat momen semakin romantis. Langit yang semula cerah kini berubah menjadi mendung. Cahayanya sangat mendukung untuk dua insan yang saling bertatapan.
Suara guru matematika sudah selesai menutup kelas. Siang ini kelas selesai lebih awal dan siswa boleh pulang sebelum bel berbunyi. Seila sudah mengirimkan pesan untuk sang ayah agar menjemputnya pulang dan dia sudah merapikan semua buku-bukunya ke dalam tas. Bila menawarkan tumpangan pulang agar mereka bisa satu kendaraan bersama, tapi Seila menolaknya. Gadis ini tidak mau ada yang tau rumahnya dimana. Dia ingin berteman tapi tidak untuk terlalu dekat sampai mengetahui latar belakang, alamat rumah serta kehidupan pribadi keluarganya. Untungnya penolakannya itu tidak membuat Bila marah.
Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca
“Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su
“Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k
“Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan
“Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku
Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D
"Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke
“Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be
Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba