Seorang anak laki-laki mengepalkan tangan dan menendang tong sampah. Salah apa tong sampah itu hingga tertendang sampai membentur tiang bangunan sekolah.
Temannya pun kaget melihat keadaannya saat ini. Penampilan yang semrawut, wajah yang babak belur dan emosi setelah mencari gadis yang ia cari tidak ada.
“Ada masalah apa, sih Lu, Jef? Coba ceritain ke gue!” Pria ini menarik lengan Jefry agar mereka mengobrol di rooftop.
Di rooftop bangunan sekolah tempat biasa Jefry dan sahabatnya menyedot satu atau dua batang rokok sambil memandang setiap gadis yang lewat. Di tempat ini pula dia biasanya memperhatikan Seila dari kejauhan.
Jefry menyilangkan tangan di depan dada sembari menunggu orang yang ada di sebelahnya ini membuka bungkus rokok. Jefry meraih satu batang dan menyalakan pemantik berbentuk persegi empat hingga mengeluarkan api. Menyedot perahan agar permukaan ujung rokok terbakar dan mengeluarkan asap.
Dia kemudian bersandar di pilar bangunan, menyilangkan kaki sambil menatap langit. “Lo tahu, kan, berita tentang Seila, Ze?”
“Iya, gue tahu. Mungkin karena itu juga dia sekarang ga masuk!” jawab pria bernama Zenal.
“Bukan karena itu juga. Ada hal lain.” Jefry menghembuskan nafas. Asap rokok terbang ke udara.
“Apa Itu?” Zenal penasaran. Dia ikut menikmati sebatang rokok. Mereka sudah lama melakukan ini disini. Tidak ada yang melihat atau melaporkan keduanya. Jika ada yang melihat pun, tidak ada yang akan berani melaporkannya. Selain terkenal playboy, Jefry dan Zenal terkenal sebagai preman sekolahan.
“Karena gara-gara gue juga!” Jefry menyedot dan mengembuskan asap rokok lagi.
“Lha … Lo apain tu anak orang?” zenal semakin penasaran. Apakah sahabatnya ini sudah mencium atau mencampakan hati gadis yang baru genap dua bulan bersekolah disini.
“Lo cium dia? Atau lo putusin? Tapi … perasaan Lo sekarang lagi jomblo!” Zenal memikirkan apa kesalahan Jefry. Isi kepalanya berputar. Apa lagi jika bukan mencium dan mencampakkan gadis.
“Lebih parah dari itu!” Jefry kemarin seakan hilang kendali. Dia tidak pikir panjang. Bagaimana jika Seila melaporkan tindakan dia pada pihak sekolah dan orang tuanya akan mengetahui kenakalan yang ia lakukan. Kemarin saat melihat Seila yang begitu cantik dan menawan, jalanan sepi serta kesempatan kapan lagi yang bisa ia dapatkan untuk berbicara berdua bersama gadis itu. Situasi dan kondisi sangat pas untuk melakukan itu bersama seorang gadis.
Rumor yang mengatakan fakta tentang Seila juga sampai ke telinganya dan membuat dia kaget. Saat pulang dari ekstrakurikuler seni, dia melihat gadis cantik bernama Seila pulang sendirian.
Telinga Zenal seakan tersambar petir saat mendengar alasan Jefry. “Hah … berarti lho pe- pe-perkosa?” Zenal menjatuhkan rokoknya.
Jefry membekap mulut Zenal hingga tertutup rapat dan bola matanya melebar. “Berisik, Lu. Kalo ada yang denger gimana?”
Zenal menepuk-nepuk lengan Jefry agar dia tidak kesusahan bernafas. “Beneran?”
“Kaga! Gue cuma hampir aja perkosa dia,” bisik Jefry di sebelah telinga Zenal.
“Gile ….” Zenal bertepuk tangan.
“Seorang Seila bikin Lo hilang kendali! Terus, kenapa cuma hampir?” Zenal menyayangkan karena Jefry tidak berhasil mendapatkan Seila. Isu mengatakan Seila juga ikut melayani para tamu, berarti Seila sangat pandai menghibur para pria.
“Dia lawan pas gue mau perkosa. Lalu kabur pas ada orang yang nyelametin dia,” jelas Jefry sambil menceritakan kronologis kejadian.
“Kalo dia laporin Lo ke kepsek gimana?” Zenal menepuk pundak Jefry.
“Mati Lo ntar di keluarin dari sekolah.” Zenal menakut-nakuti Jefry. Dia tahu ayah Jefry tidak akan membiarkan kelakuan yang sangat nakal ini.
“Ngapain, sih, Lo ampe kepikiran pengen nganu?” Zenal ingin tahu alasan Jefry. Meski di otaknya juga mengatakan bahwa Jefry terpesona akan wajah dan tubuh Seila yang sexy.
“Badan dia sexy banget, kulitnya mulus dan em-, pokoknya susah di ceritakan dengan kata-kata. Liat dia kemarin sore bikin pikiran gila gue menguasai seluruh celah urat-urat di otak gue!” Jefry menjelaskan panjang kali lebar tentang alasan dan kronologis kejadian.
Zenal ikut membayangkan apa yang Jefry ceritakan. Dia juga sama, menyukai Seila, gadis yang jual mahal dan tidak memiliki kekasih di sekolah.
Dia bak bidadari yang hadir di sekolah ini. Semua mata pria tertuju padanya.
“Kalo besok dia gak laporin Lo ke kepsek, berarti Lo aman. Tapi … kalo dia laporin Lo, bahaya Bro. Mati Lo seketika!” Zenal terkekeh menakut-nakuti Jefry.
Jefry menghembuskan nafas kasar. Dia melempar puntung rokok dan menginjaknya agar api pada bagian ujung mati. “Cuma bisa ngarep kalo dia gak laporin gue, terus gue mau minta maaf!”
“Yu ke kelas!” ajak Zenal. Waktu pada arloji yang ia kenakan telah menunjukan sebentar lagi kelas akan di mulai.
Mereka hendak membuka pintu penghubung rooftop dan tangga untuk turun. Menghentikan langkah saat mendengar dua orang gadis tengah mengobrol tetapi dengan nada yang mencurigakan.
“Kerja Lo bagus. Semua rumor tentang Seila anak mucikari dan rumor tambahan yang kita buat itu udah menyebar di sekolah. Gue yakin, dia ga akan berani sekolah lagi karena malu!” Gadis itu tertawa. Merasa senang atas penderitaan orang lain.
“Ini bayaran Lo!” Dia memberikan sejumlah uang pada temannya yang menyebarkan rumor.
“Kalo boleh tahu. Kenapa Lo sejahat itu sama dia?” tanya gadis yang kini menghitung uang upahnya.
“Apa? Jahat? Dia nyebelin. Udah jadi anak yang pinter, cantik dan kalahin popularitas gue.” Gadis ini tak mau kalah. Dia asalnya gadis paling cantik dan populer. Setelah kehadiran Seila sebagai anak pindahan. Dia merasa tersaingi dan anak-anak sekolah mengagumi kecantikannya.
Seila memang pendiam dan jarang bergaul. Dia merasa kurang nyaman dengan tempat baru.
“Tapi dia ga pernah terima cinta satupun cowok,” jelasnya lagi.
“Mau iya, mau enggak, pokoknya gue gak mau ada gadis yang popularitasnya melebihi gue di sekolah ini!” Nadanya terdengar semakin sombong.
“Oke, Terima kasih Ica!” Uang yang ia terima segera di sembunyikan lalu mereka kembali ke kelas masing-masing.
Zenal menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangan. Mendengar gadis imut dan cantik, primadona sekolah ternyata berbuat hal yang sangat kejam.
“Itu Ica mantan pacar Lo, kan? Yang nangis-nangis gak mau di putusin?” tanya Zaenal saat Ica sudah tidak disitu lagi.
“Iya! Berarti dia yang nyebar gosip?” tanya Jefry.
Zenal mengangguk.
“Tadi dia bilang rumor lain itu hanya tambahan dari mereka aja?”
Zenal lagi-lagi mengangguk. “Kali aja Seila gak seperti yang mereka sebutkan, Bro. Wah … Lo ampir hancurin hidup anak orang!” Zenal menggelengkan kepalanya. Jika rumor tentang Seila melayani setiap tamu dan anak gadis yang nakal itu tidak benar, berarti Seila gadis baik-baik, tapi hidup dari orang tua yang berprofesi mucikari.
Tubuh Jefry seakan lemas dan tak berdaya. Beruntung kemarin dia tidak berhasil membobol Seila.
“Udah, Bro. Kuatkan hati!” Zenal menepuk-nepuk pundak Jefry. Ia menuntun sahabatnya itu menuruni anak tangga.
Seorang gadis tengah tersenyum senang melihat arloji di tangannya. Sebentar lagi dia akan sampai di sekolah baru yang sangat ia idam-idamkan. Memang sudah ke sekian kalinya ia berpindah sekolah. Sekolah ini harus menjadi tempat terakhir dia sampai lulus dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan.
Wajah seorang gadis terlihat sangat malu setelah mendapat perlakuan yang tidak mengenakan. Dia di perhatikan oleh seluruh siswa yang ada kelasnya. Sementara pria yang dia ajak bicara tadi menuju rooftop mungkin untuk menenangkan diri dari keramaian.
Seila yang tidak fokus karena di ajak bicara oleh Angga malah melupakan kegiatannya yang tengah membakar bahan di tabung kaca. Tangannya diam tidak bergerak, malah semakin mendekat ke api.Karena suhu tinggi dan Seila tidak menjauhkan ta
"Sei. Dia ngedipin mata ke, Lo!" Bila menepuk pundak Seila. Dia melihat bagaimana Angga tadi mengedipkan sebelah matanya ke arah Seila. Anak baru ini memang cantik. Tak heran Bila pasti mengira angga menyukai Seila. Sorot tatapan Angga saat melihat Seila sungguh berbeda.
Di atas sebuah rooftop, sepasang siswa sedang duduk menikmati embusan angin dan sejuknya cuaca siang ini. Rooftop ini seakan milik mereka berdua. Tidak akan ada siswa lain yang datang kemari untuk mengganggu mereka.Aksara mengangk
Suara rintik-rintik hujan indah serta embusan angin yang menambah kesan dingin berhasil membuat momen semakin romantis. Langit yang semula cerah kini berubah menjadi mendung. Cahayanya sangat mendukung untuk dua insan yang saling bertatapan.
Suara guru matematika sudah selesai menutup kelas. Siang ini kelas selesai lebih awal dan siswa boleh pulang sebelum bel berbunyi. Seila sudah mengirimkan pesan untuk sang ayah agar menjemputnya pulang dan dia sudah merapikan semua buku-bukunya ke dalam tas. Bila menawarkan tumpangan pulang agar mereka bisa satu kendaraan bersama, tapi Seila menolaknya. Gadis ini tidak mau ada yang tau rumahnya dimana. Dia ingin berteman tapi tidak untuk terlalu dekat sampai mengetahui latar belakang, alamat rumah serta kehidupan pribadi keluarganya. Untungnya penolakannya itu tidak membuat Bila marah.
Keadaan di dalam mobil biasanya menyenangkan. Kini suasananya menjadi dingin dan menegangkan. Gadis cantik yang duduk di bangku depan mengerucutkan bibirnya melihat seorang pria yang yang duduk di bangku belakang mobil. Gadis itu tidak suka ada orang lain di antara dia dan ayahnya. Bisa-bisa sang ayah mengira pria itu adalah kekasihnya.
Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca
“Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su
“Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k
“Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan
“Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku
Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D
"Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke
“Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be
Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba