Complicated Marriage

Complicated Marriage

last updateLast Updated : 2021-07-30
By:  Fani Kons  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
75 ratings. 75 reviews
69Chapters
44.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Demi menghidupi keluarganya, Kiara rela menyibukkan dirinya untuk bekerja. Usianya sudah hampir menginjak kepala 3. Namun dia sama sekali belum berkeinginan untuk menikah. Gunjingan dari orang-orang sekitar sudah sering dia dengarkan. Tapi tidak ada yang dia pedulikan. Hingga, dia terjebak pada suatu kejadian yang membuat banyak orang salah paham terhadap dia. "errghhh .... Aduuhh, Pakkk," erangku dengan mata sedikit terpejam. Himpitan di kakiku membuat luka yang menganga semakin sakit. Aku menggigit bibir bawahku, jemari di tanganku mencengkeram kursi. Jika bukan karena sedang berada di kantor, tentu saat ini aku pasti sedang menangis. 'brakkkk' Aku pintu ruangan tiba-tiba terbuka. "Apa-apaan ini? Apa yang sebenarnya sedang kalian lakukan di kantor saya, HAH?" Setelah pintu ruangan terbuka, Pak Hans, selaku pemilik perusahaan masuk dengan muka yang merah padam. Merasa berada pada situasi yang tidak aman, badanku mendadak terasa dingin dan juga sedikit begetar. Apalagi, saat ini posisi muka anaknya menempel tepat di tengah-tengah kedua pahaku, sedangkan telapak tangan kanannya tidak sengaja berada di atas bukit kembarku. "Ma-Maaf, Pak. Semua tidaklah seperti apa yang Bapak pikirkan," jelasku dengan suara agak gemetar. "Tidak seperti yang saya bayangkan? Setelah saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau kalian melakukan tindakan asusila di kantor saya, kalian masih bisa membela diri dan berkata bahwa kalian tidak melakukan apapun? Ck, kalian pikir mata saya buta!" "Pak ... Tapi kami tidak melakukan apapun." "DIAM, JANGAN ADA YANG BICARA LAGI SELAIN SAYA! Dan kalian ..." Pak Hans menunjuk mukaku dan Pak Bima secara bergantian, "harus segera mempertanggungjawabkan apa yang sudah kalian lakukan di ruangan ini!" Kiara tidak pernah membayangkan memiliki suami seperti Bima. Selain dikenal sebagai orang yang memiliki peranggai dingin, Bima juga termasuk salah satu atasan yang galak dan juga tegas. Jadi tidak pernah sekalipun dia bercanda apalagi menggoda Kiara di lingkungan kerjanya. Akankah pernikahan penuh paksaan tersebut akan berakhir dengan bahagia? Ataukah justru membuat Bima dan Kiara saling menyakiti?

View More

Latest chapter

Free Preview

Tragedi Menyebalkan

"errghhh .... Aduuhh, Pakkk," erangku dengan mata sedikit terpejam. Himpitan di kakiku membuat luka yang menganga itu semakin terasa sakit. Aku menggigit bibir bawahku dengan kencang, jemari di tanganku mencengkeram kursi. Jika bukan karena sedang berada di kantor, tentu saat ini aku pasti sedang menangis.'brakkkk'Aku menoleh pada pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka. Satu, dua, tiga, empat, dan seketika banyak orang yang kini sudah ada di dalam ruang kerja Pak Bima, mereka merangsek masuk, menerobos pintu yang terbuat dari kaca tebal itu."Apa-apaan ini? Apa yang sebenarnya sedang kalian lakukan di kantor saya, HAH?" Setelah pintu ruangan terbuka, Pak Hans, selaku pemilik perusahaan masuk dengan muka yang merah padam. Merasa berada pada situasi yang tidak aman, badanku mendadak terasa dingin dan juga sedikit begetar. Aku menggigil bukan karena tidak enak

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Chiemuthd MoJang Chie
ini gk ada kelanjutannya? kok ending y menggantung gini?
2022-10-12 09:46:44
0
user avatar
Roxi
kelanjutannya bagaimana y.....??? belum tamat,apa ganti judul tor???
2021-12-08 01:23:13
0
default avatar
hayatisri07
lanjutannya g da ya thor.....
2021-11-09 05:07:58
0
user avatar
Saffa Almeera
love the story
2021-07-20 22:55:47
1
user avatar
Ependi Pendi
wow keren sobat ku alur ceritanya
2021-07-11 13:50:25
1
default avatar
amon.forsyth
Nagih banget ceritanya... Lanjut Thooor, kutunggu bab selanjutnya <3 Ka Author ada social media yang bisa ku follow kah?
2021-06-28 11:42:36
1
user avatar
athena_vivian
Nice story, Thor. Dari sinop-nya tergambar jelas bagaimana complicatednya hubungan Kiara nanti
2021-06-21 22:55:10
0
user avatar
Kaitani_H
Bagus bangeeetttt ♥️♥️♥️
2021-06-08 18:34:20
0
user avatar
Mvhie
Keren banget kak 🌹❤️
2021-06-07 10:18:30
0
user avatar
Ayunina Sharlyn
Makin seru thor
2021-06-06 23:31:33
0
user avatar
Lavender My Name
Aku suka.. auto masuk rak
2021-06-06 23:22:45
0
user avatar
Eli
Kereeen. Aku suka. Penasaran ah
2021-06-06 22:23:54
0
user avatar
AnggiaFM
Next kak. Udah penasaran banget nih ❤
2021-06-06 20:47:41
0
user avatar
mayuunice
Waaaahhh nyesel baru tau ini :") masukin pustaka baca pelan2 yaaakkk
2021-06-06 14:24:53
0
user avatar
Melda Fitri
Cinta akan tumbuh setelah menikah, lanjut Thor 💪🥰👌👍
2021-06-06 13:48:23
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
69 Chapters

Tragedi Menyebalkan

"errghhh .... Aduuhh, Pakkk," erangku dengan mata sedikit terpejam. Himpitan di kakiku membuat luka yang menganga itu semakin terasa sakit. Aku menggigit bibir bawahku dengan kencang, jemari di tanganku mencengkeram kursi. Jika bukan karena sedang berada di kantor, tentu saat ini aku pasti sedang menangis.'brakkkk'Aku menoleh pada pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka. Satu, dua, tiga, empat, dan seketika banyak orang yang kini sudah ada di dalam ruang kerja Pak Bima, mereka merangsek masuk, menerobos pintu yang terbuat dari kaca tebal itu."Apa-apaan ini? Apa yang sebenarnya sedang kalian lakukan di kantor saya, HAH?" Setelah pintu ruangan terbuka, Pak Hans, selaku pemilik perusahaan masuk dengan muka yang merah padam. Merasa berada pada situasi yang tidak aman, badanku mendadak terasa dingin dan juga sedikit begetar. Aku menggigil bukan karena tidak enak
Read more

Ra, izinkan aku menikahimu.

'PLAK'Suara tamparan menggema di langit-langit ruangan. Aku semakin beringsut mundur dari kursi yang sedang kududuki. Kakiku gemetaran, dan tubuhku pun rasanya sudah tidak karuan. Panas dan dingin bercampur menjadi satu. Kedua telapak tanganku reflek menutupi mulut yang saati itu sedang menganga karena kaget."Ini bukan hanya tentang menikah atau tidak menikah, tapi juga tentang harga diri keluarga yang kau jatuhkan begitu saja." Tangan Pak Hans mengepal di samping pinggangnya, "aku kecewa padamu, Bima.""Lalu, selain menikahinya, apa yang bisa Bima lakukan, Yah?" Suara Pak Bima juga ikut meningggi, "Sedari dulu, sejak Bima masih anak-anak, Ayah selalu bilang bahwa Bima hanya bisa mengecewakan ... Itulah sebabnya kenapa Bima tidak pernah mendengarkan apa yang Ayah katakan."'PLAK'Tamparan
Read more

Kedatangan Bima

"Kiara, bilang kepada Ayah dan Ibumu, aku  beserta dengan keluargaku akan berkunjung ke rumahmu ba'da Isya."Kubaca lagi pesan yang dikirimkan Pak Bima beberapa jam yang lalu. Aku melirik jam yang terletak di atas nakas. Semakin malam, perasaanku justru semakin kalut. Aku tidak bisa membayangkan reaksi ayah, jika nanti orang tua Pak Bima menceritakan kejadian di kantor siang tadi. Meskipun itu hanyalah kesalahpahaman semata, namun aku yakin, Ayah dan Ibu pasti marah padaku. Aku tidak memiliki bukti yang kuat untuk menyangkal semuanya, sebab satu-satunya bukti yang bisa kuperlihatkan juga bisa bersuara. Tidak bisa membantuku menjelaskan kejadian sebenarnya kepada orang-orang.Ruang tamu sudah tertata rapi, jamuan untuk para tamu juga sudah tersaji. Ibu sepertinya sangat senang, mengetahui anak gadisnya akan dilamar oleh orang. Segala hal yang berkaitan dengan penyambutan tamu sudah ibu siapkan dengan baik, meskipun acara lamaran ini sangat mendadak sekali.S
Read more

Ijab Kabul

Aku masih menunduk dengan bibir yang bergetar karena menahan isak. Debaran di dadaku semakin lama justru semakin kencang. Mataku masih saja meneteskan bulir bening dengan derasnya."Yah ... Kiara mohon, percaya sama Kiara," pintaku sambil terisak, "Kiara berani bersumpah, bahwa kami tidak melakukan apapun di dalam ruang kerja Pak Bima," imbuhku."Diam Kiara! Jangan bersumpah jika kamu tidak punya bukti apapun!" bentak ayah.Hatiku rasanya perih, bukan karena bentakan dari ayah. Namun, baru kali ini, ayah tidak mempercayai ucapanku meskipun aku sudah bersumpah di depan kitab suci. Sepertinya rasa percaya ayah terhadapku sudah patah akibat kesalahpahaman ini.Aku sebenarnya bisa saja memberikan rekaman CCTV kepada mereka semua. Namun, semua itu kurasa percuma. Hati dan pikiran mereka sudah tertutup rapat, dan lagi rekaman CCTV itu tidak bersuara, jadi untuk apa kutunjukkan. Tidak bisa membantuku untuk
Read more

Pak, Jangan Goda Saya!

Aku langsung masuk ke kamar setelah semua keluarga Pak Bima pulang. Riuh yang tadi diciptakan oleh puluhan orang, kini hanya menyisakan suara dari detak jarum jam, berjalan dari detik satu ke detik berikutnya. Setelah 2 jam sibuk menyambut tamu dari keluarga Pak Bima, badanku rasanya capai sekali. Kaki yang biasa kugunakan untuk berjalan, sekarang terasa pegal-pegal, mungkin karena terlalu lama berdiri diatas sepatu highhells yang tingginya tujuh cm. Seluruh tulang dan juga persendianku juga ikut sakit. Aku duduk di atas kasur, kemudian menyejajarkan kaki agar rasa pegalnya sedikit berkurang. Sedih rasanya jika harus meninggalkan ruangan yang sudah kutempati selama hampir 30 tahun ini. Namun, tidak mungkin jika seorang bos seperti Pak Bima bersedia untuk tidur di ruangan sempit seperti ini. Aku mengamati dengan saksama setiap sudut ruangan yang kusebut dengan kamar, terlalu banyak kenangan dan juga cerita yang tersimpan disini.Pintu kamar terbuka perlahan. Pak
Read more

Malam Pertama Kita

Aku yakin, mukaku sekarang pasti sudah memerah seperti kepiting rebus.  Rasa malu yang aku rasakan, menjalar begitu cepat ke sekujur tubuh. Mukaku panas, dan kakiku mendadak terasa lemas, lumpuh seketika.Aku menyeka ujung mataku dengan ibu jari. Ya ampun, aku nangis saking malunya. Kalau Tuhan kasih aku satu permintaan, tentu saja aku ingin Tuhan menghapus ingatan Pak Bima saat ini juga, biarin deh Pak Bima hilang ingatan sampe dia kakek-kakek nanti. Aduh, tapi kalau Pak Bima amnesia, nasibku nanti gimana dong?Kepalaku sebelah kiri tiba-tiba berdenyut kencang. Ternyata semakin dipikirkan, justru membuat kedua kakiku menjadi semakin lemas. Badanku ambruk seketika."Kiara, kenapa? Kamu jatuh?" suara Pak Bima terdengar sangat jelas di telingaku. "Eng-enggak, Pak. Saya baik-baik saja," jawabku dengan suara yang agak bergetar. Udara di dalam kamar mandi ini sebenarnya panas, tapi tubuhku merinding
Read more

Bra Merah Ukuran 36B

Setiap kali teringat kejadian semalam, pipiku pasti langsung memerah dan terasa sedikit panas. Rasa malu itu masih ada, meski aku sudah berusaha melupakan kejadian semalam.Setelah Pak Bima memergoki rambutku yang masih lengket akibat bilasan sabun yang kurang bersih, aku langsung berlari menuju ke kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengguyurkan air ke sekujur badan. Bibirku mencebik ketika sadar bahwa baju yang kukenakan masih lengkap dan melekat di tubuhku."Kamu ngapain basah-basahan begitu? Emang gak dingin?" Pak Bima mungkin merasa aneh melihatku mandi dengan pakaian yang masih lengkap."BAPAK, NGAPAIN ADA DI SITU?" teriakku kepadanya.Dia menopang dagu, kemudian menjawab pertanyaanku dengan santai, "saya dari tadi duduk di sini sambil kerja, dan kamu tau itu. Kok tiba-tiba sekarang nanya ngapain saya di sini? Aneh." Dia menggelengkan kepalanya pelan."BAPAK, SAYA BARU MANDI!" bentakku.
Read more

Ada yang Menonjol, Tapi Bukan Bakat

Aku mengucek mata secara perlahan, memastikan orang yang ada di sebelahku sudah tertidur lelap. Namun, setelah berkali-kali aku mengusap mata, aku tidak menemukan orang itu. Aku reflek duduk kemudian menyalakan lampu tidur yang ada di atas nakas. Kuedarkan pandangan ke setiap sudut kamar untuk mencari keberadaan Pak Bima dan ketika mata ini tidak sengaja menatap ke bawah, aku menemukan dia sedang meringkuk di bawah ranjang.Aku turun dari kasur kemudian membalikkan badan Pak Bima yang saat itu sedang tidur dengan posisi telungkup. Meski badan Pak Bima tergolong kecil, namun ternyata butuh beratus-ratus kalori untuk menelentangkan badannya. Aku menggoyang-goyangkan lengannya agar dia segera bangun. Namun, usaha yang aku lakukan sepertinya percuma. Jangankan bangun, bergerak saja tidak. Karena aku capek menggoyangkan badan, akhirnya aku menggunakan jurus pamungkas, yaitu memencet hidung mancun
Read more

Keluarga Bima

Aku terperanjat setelah melihat tonjolan yang ada di dalam celana Pak Bima. Baru kali ini aku melihat tonjolan sebesar itu. Dengan kaki yang gemetar, aku mengendap-endap melewati Pak Bima, merangkak sepelan mungkin agar dia tidak terbangun."Uhmm ...." Pak Bima mengigau sambil menggaruk pipi tirusnya.Aku menahan napasku ketika tubuh mungilku berada di atas Pak Bima, jangan sampai embusan napas ini membangunkan dia yang masih sibuk merangkai mimpi. Namun, ketika mataku tidak sengaja menatap wajah polosnya yang masih terlelap, tanganku enggan beranjak dari tempat itu. Muka tampan Pak Bima sepertinya menyimpan ribuan magnet yang membuat kedua bola mataku tak mampu berpaling ke arah lain. Ku perhatikan setiap lekuk wajah yang dimiliki oleh Pak Bima. Alis yang tebal, kedua mata yang agak sipit, hidung mancung, bibir sintal, pipi tirus, dagu yang ah dia memiliki ketampanan yang tanpa cela."Ki ...." gumamnya pelan. Dia melingk
Read more

Tempat untuk Pulang

Suasana di ruang makan mendadak menjadi kacau. Pak Bima mendekat ke arahku dengan muka yang masih merah padam karena menahan amarah. Aku menunduk, takut melihat ekspresi tidak menyenangkan dari orang-orang yang ada di ruangan ini."Kak Bima duduk dulu, semua bisa kita bicarakan dengan baik. Asal Kak Bima mau meredam emosi dan juga menurunkan ego milik Kakak," bisik Binar pada Pak Bima."Apa yang perlu dibahas? Dalam kasus ini memang mereka yang salah. Bima susah diarahkan sedangkan istrinya tidak bisa menjaga diri." Brian menyuapkan nasi ke dalam mulutnya,"Wanita itu seharusnya bisa menjaga dirinya, bukan malah mengobral diri kesana kemari. Secantik apapun orangnya, kalau sudah begitu ya enggak menarik lagi, buatku wanita seperti itu, kesannya justru sangat murahan sekali."Pak Bima menggebrak meja yang ada di depannya. Rahangnya menegang dengan gigi yang terdengar saling bergesekan."Apa maksudmu, hah?" Pak Bima me
Read more
DMCA.com Protection Status