Share

TK 1

Author: KakaResa
last update Last Updated: 2021-01-01 14:49:14

"Damon! Apa yang kamu bawa itu?" teriak Kanagara sembari menghampiri Damon.

Ya, baru saja saat dirinya berlatih pedang. Damon datang diantarkan seekor griffin. Mereka membawa hewan buruan yang cukup besar.

"Mata mu buta? Jelas ini burung" ujar Damon dingin.

"Dan satu lagi. Panggil aku dengan sebutan kakak" imbuhnya tegas.

Kanagara menggerlingkang matanya jengah. 

"Ayah mu saja tidak menyebut ibu dengan ratu, tapi aku tak masalah dengan itu" ujar Kanagara.

"Itu masalah mu dengan ayah ku. Berbeda dengan kasus kita. Permisi pangeran aku ingin lewat" timpal Damos menekan setiap kata-katanya.

Sret!

Damon pergi meninggalkan Kanagara begitu saja. Dia memang sedikit tak menyukai pangeran itu. Dimata nya Kanagara sudah dewasa tapi pola pikirnya tak seperti itu. 

Meskipun pintar Kanagara adalah sosok yang tak mandiri, dia selalu meminta orang lain untuk melayaninya. Dan itu sangat tak disukai Damon.

Akan jadi raja seperti apa Kanagara jika dia tak mandiri? Jangankan mengurus immortal dan kerajaan, dia bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri.

Ditempat lain seorang lelaki pulang dari perburuannya, membawa daging pesanan sang ibu untuk dinikmati bersama siang ini.

"Ibu ini kelinci pesanan mu" ujar lelaki itu seraya masuk kedalam rumah sederhananya.

"Evan, kamu kah itu sayang?" seorang perempuan paruh baya keluar dari arah dapur.

"Ya ibu, aku membawakan ini" ujar lelaki bernama evan itu seraya memberikan kelinci buruannya.

"Anak ibu memang pandai berburu" 

Evan tersenyum melihat ibunya senang. Lelaki itu kemudian duduk di kursi setelah menyimpan panah nya.

"Lalu dimana ayah?" tanya Evan.

"Seperti biasa, dia ada di ruang kerjanya"

Ibu Evan sendiri adalah seorang dewi biasa, dia mempunyai kekuatan warna. Bersama suaminya mereka membuat beberapa senjata, dan itu selalu dijual ke pasar di Alfheim.

"Aku ingin kesana untuk membantunya" ujar Evan.

"Memangnya kamu tidak lelah?" tanya sang ibu.

"Kekuatan ku bahkan tak terpakai tadi" ujar Evan.

Ibu Evan tersenyum, dia memang beruntung diberi anak yang tampan dan sangat kuat seperti Evan.

"Anak ibu memang kuat" ujarnya.

"Baiklah bu kalau begitu, aku pergi dulu" pamit Evan kembali menunggangi direwolf nya.

Evan pun pergi untuk mendatangi sang ayah, dia bekerja di kaki gunung yang terletak dibelakang rumah mereka.

Sedangkan di kerajaan immortal sedang terjadi kegaduhan.

Prang!

Dewi Chanda, ibu dari pangeran Kanagara, sedang melakukan aktivitas rutinnya. Menindas dewi Anggraini.

"Siapa suruh kamu melihat-lihat wajah anak ku" ujar dewi Chanda.

Dia baru saja melemparkan sebuah vas bunga sampai hancur tak tersisa. Sedangkan dewi Anggraini hanya diam menunduk tertangkap basah.

"Biar ku perjelas. Anak mu sudah mati! Dan anak ku bukan anak mu" ujar dewi Chanda.

"Tapi dewi, kita ini sama-sama isteri raja Baswara. Anak mu berarti juga anak ku" timpal dewi Anggraini.

"Mulai berani berbicara kamu sekarang hah" desis dewi Chanda.

"Maaf, aku hanya sedang merindukan anak ku" ujar dewi Anggraini.

"Anak mu sudah mati, dan aku tidak mau anak ku mati setelah diasuh oleh mu" timpal dewi Chanda tak berdosa.

Hiks!

Hiks!

Perlahan air mata dewi Anggraini mulai turun, perempuan itu menangis. Betapa malang nasibnya dan sang anak.

"Hentikan tangisan mu aku muak mendengarnya!" desis dewi Chanda.

"Ku bilang hentikan!" imbuhnya kesal.

Sret!

"Ratu dewi, hentikan!" 

Dewi Chanda terdiam, tangannya yang tadi hendak menampar dewi Anggraini melayang di udara.

"Apa yang ratu lakukan!" 

"Tugas mu hanya satu Damon, tutup mulut saja" ujar dewi Chanda.

Ya, orang itu Damon. Tadinya dia hendak menemui dewi Anggraini untuk memasak bersama. Memang lelaki itu cukup dekat dengan sang dewi. 

"Cih, kali ini kamu selamat karena ada pelindung Anggraini" desis dewi Chanda seraya melengos pergi.

Damon pun langsung membantu dewi Anggraini. 

"Terimakasih Damon, kamu selalu membantu ku" ujar dewi Anggraini.

"Ratu dewi bisa melawan, tapi kenapa ratu selalu diam" tanya Damon tak mengerti.

"Aku hanya dewi biasa yang beruntung menikah dengan seorang raja" ujar dewi Anggraini tersenyum lembut.

"Tapi ratu yang disegani dan di akui immortal adalah diri mu. Masa lalu dan jati diri tidak mempengaruhi itu semua" timpal Damon.

"Jika anak ku masih hidup, dia pasti tumbuh baik seperti mu" ujar dewi Anggraini.

Damon terenyuh, memang benar pangeran Sabitah seumuran dengannya. Sejak kecil pun dirinya dan sang pangeran sudah dekat dan bermain bersama.

"Maafkan aku jika lancang. Tapi aku sudah menganggap ratu dewi ibu ku sendiri" ujar Damon.

Dewi Anggraini tak bisa lagi menahan kesedihannya, tapi dia juga merasa bahagia karena ditengah penderitaannya masih ada orang baik yang sayang pada dirinya.

"Aku ingin ke kamar raja, ada apa kamu menemui ku Damon?" tanya dewi Anggraini.

"Tadi aku habis berburu," ujar Damon.

"Simpan di dapur, kita masak bersama. Tapi aku ingin menemui raja lebih dulu" timpal dewi Anggraini.

"Baik ratu" jawab Damon senang.

Dewi Anggraini ikut tersenyum, tangannya sedikit mengusap kepala Damon sebentar dan pergi dari tempat itu.

Di tempat lain Evan sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat, sebenarnya dia bisa saja pergi dalam satu kali kepakan sayap, tapi lelaki itu tak mau melakukannya.

"Ayah.. aku datang" seru Evan.

Turun dari direwolf, Evan bisa melihat sosok ayahnya sedang memanaskan besi ditungku api.

"Anak ku yang tampan sudah datang," timpal sang ayah.

"Biar aku bantu ayah" ujar Evan mulai mengambil perkakas. 

"Melihat mu berkerja ayah jadi tak tega" gumam ayah Evan.

"Kenapa?" tanya Evan.

"Karena kamu terlalu tampan, bak seorang pangeran" jawab ayahnya tersenyum.

"Hah, kenapa yang memuji ku adalah ayah bukan ibu" timpal Evan.

"Hahaha, sudahlah. Hati-hati, awas tangan mu yang terbakar nanti" ujar sang ayah.

Evan mengangguk dan mulai fokus bekerja. 

Drrt!

Trang!

Trang!

Ayah Evan mulai memukul-mukul besi yang sudah tadi ia panaskan dan membentuknya menjadi sebuah pedang.

Drrt!

Namun sepertinya Evan mendengar suara lain.

Prang!

Prang!

"Ayah berhenti sebentar" ujar Evan. Sang ayah pun berhenti memukul-mukul besi panasnya dengan ekspresi bingung.

Drrt!

"Ada apa Evan?" tanya sang ayah.

"Ayah kita harus pergi dari sini!" teriak Evan.

Sret!

Wush!

Duar!

Evan membawa ayahnya melesat keluar, untung tepat waktu. Karena ternyata ada sebuah batu besar menggelinding dari arah gunung.

Wush!

Wush!

"Pemandangan dari atas sini sangat indah" gumam sang ayah menyadarkan Evan.

Lelaki itu baru sadar bahwa dirinya masih terbang, perlahan Evan membawa sang ayah turun.

Wush!

Wush!

Sret!

"Ayah mungkin sebaiknya kita pindah dari tempat ini" ujar Evan seraya menutup kembali sayap gagah nya.

"Ayah selalu terpukau melihat sayap mu, meskipun tak pernah dipakai terbang tapi tetap gagah dan justru semakin bersinar kuat" ujar sang ayah.

Evan sendiri tak mengerti, dia memiliki sayap putih dengan ujung bulu berwarna biru seperti matanya.

"Kamu harus mulai belajar mengendalikan kekuatan dalam diri mu Evan," ujar sang ayah.

"Sebenarnya aku sudah mengendalikannya, ayah" ujar Evan membuat sang ayah terkejut.

"Benarkah? Ayah ingin melihatnya" tanya sang ayah.

"Aku bisa mengendalikan semua elemen ayah. Tanah, air, api, udara, bahkan petir. Dan mungkin kekuatan lainnya" ujar Evan.

"Kekuatan lainnya?" tanya sang ayah tak mengerti.

"Ya, jika aku mengatakan bisa merasakan semua energi di dunia ini. Apa ayah percaya?" ujar Evan.

Tanpa ragu sang ayah mengangguk cepat.

"Tidak salah lagi Evan, kamu anak yang luar biasa" ujar sang ayah membuat Evan bingung.

Related chapters

  • The King Immortal   TK 2

    Malam hari di immortal berjalan dengan tenang, di kamarnya Kanagara sedang menulis sesuatu. Ya, pangeran itu ternyata juga memiliki ketakutan, yang mana semua hal itu ia tuliskan dalam buku hariannya.Tok!Tok!Tok!Namun tak berselang lama, ketenangan itu dihampiri seseorang yang mengetuk pintu. Kanagara langsung menyembunyikan buku nya kedalam laci."Masuk" ujarnya ketike buku itu sudah aman ditempatnya.Ternyata yang datang adalah ibunya. Dewi Chanda, perempuan itu terlihat berseri-seri ketika menyambangi kamar putranya."Ibu belum tidur?" tanya Kanagara."Kamu sendiri kenapa masih belum tidur?" timpal dewi Chanda bertanya."Aku hanya sedang berpikir tentang masa depan" ujar Kanagara."Kenapa harus dipikirkan, jelas masa depan mu adalah memimpin kerajaan dan dunia immortal" jawab sang dewi.Kanagara tak bergemin

    Last Updated : 2021-01-02
  • The King Immortal   TK 3

    Esok pagi yang sejuk nan damai menyambut Evan, untuk hari ini dia dan sang ayah hendak pergi ke kota untuk menjual senjata yang sudah mereka buat sebelumnya.Kejadian kemarin pun tak luput di ceritakannya kepada sang ibu, alhasil kini tempat pengrajinan senjata keluarga mereka berpindah tempat ke dekat rumah.Meskipun bising tiap hari, ibu Evan memaklumi itu, mereka bersyukur untuk keadaannya karena semuanya adalah bagian dari tanggungjawab."Ibu kami pergi dulu" ujar Evan mencium pipi ibunya.Karena keluarga mereka hanya memiliki satu direwolf, Evan membiarkan sang ayah yang mengendarainya. Dirinya sendiri terbang biasa dengan sayap nya.Wush!Evan dan ayahnya pun pergi.Sebenarnya Evan malas jika harus menunjukkan sayapnya, dia tak terlalu suka orang-orang memperhatikan yang berujung berspekulasi.Pernah dulu waktu kecil dia disangka dewa percobaan kar

    Last Updated : 2021-01-03
  • The King Immortal   TK 4

    "Ada penjahat mengacau di kota""Benarkah? Biarkan saja, atau suruh anggota baru membereskannya""Benar, kita ini sudah senior. Lagipula tak ada korban jiwa pada peristiwa itu""Tapi kan ini bagian dari tugas kita""Pangeran dan ratu dewi Chanda tak akan mempermasalahkannya""Kalau kamu ingin membereskannya silahkan pergi sendiri,""Tidak! Tidak. Aku kan juga ingin menikmati santai"Damon hanya bisa menggerutu dalam hati melihat tingkah para prajurit, bagaimana bisa mereka diam tidak peduli ketika ada bahaya di kota."Bukan masalah ada korban jiwa atau tidak. Dan bukan soal Kanagara atau dewi Chanda yang marah. Menjaga kedamaian immortal adalah tugas kita semua. Tapi yang utama adalah kewajiban kalian melindunginya" ujar Damon melengos melewati para prajurit itu.Semuanya tampak terkejut, beberapa menunduk takut na

    Last Updated : 2021-01-04
  • The King Immortal   TK 5

    "Anggota kerajaan tidak boleh bersikap seperti ini" ujar Evan."Kamu pikir ini cukup?" tanya Damon meremehkan."Hm?"Wush!Evan terkejut melihat Damon melepaskan diri dari serangannya menggunakan kekuatan angin."Dan kamu pikir, hanya kamu yang bisa mengendalikan tanah?" tanya Damon."Salah besar, seorang rakyat tidak boleh memberontak apalagi menyerang anggota kerajaan. Atau itu bisa disebut pengancaman dan kekerasan" imbuhnya.Sret!Wush!Evan menghindar dengan mudah ketika Damon menyerang dengan serangan tanah, kekuatannya cukup besar juga.Tanah yang tadinya landai, berubah tekstur dan pecah-pecah. Meskipun itu tak seberapa, Evan yakin dirinya bisa melakukan hal lebih besar."Kita bicara baik-baik, dan bukannya seorang anggota kerajaan wajib melayani keluhan rakyat ya?" ujar Ev

    Last Updated : 2021-01-07
  • The King Immortal   TK 6

    Evan bergeming ketika ibu dan ayahnya menepuk pundaknya."Kamu harus pergi, ayah dan ibu tidak ingin kamu menjadi bagian prajurit perang" ujar Mikaila."Aku tidak ingin meninggalkan kalian" timpal Evan."Kami juga tak ingin berpisah dengan mu, tapi ini soal keadaan, sejauh apapun kita tinggal di Immortal, pada saat genting seperti ini mereka pasti akan menemukan kita" ujar Austin memberikan pengertiannya."Selama aku hidup, tak pernah jauh dengan kalian. Aku tak bisa pergi, tepatnya aku takut sendirian dan meninggalkan kalian" timpal Evan sengit."Kami mohon nak, pada akhirnya kamu juga pasti akan pergi" ujar Mikaila menatap penuh maksud isterinya."Aku tidak ingin pergi ayah. Pada akhirnya aku juga akan berperang" timpal Evan kesal."Tidak Evan, kamu harus pergi. Kamu pintar, tinggal sendirian tak masalah, kamu bisa belajar dengan cepat" ujar Austin.

    Last Updated : 2021-01-07
  • The King Immortal   TK 7

    Lucifer. Sang pangeran iblis yang sebentar lagi akan menjadikan raja, tertawa senang setelah rencananya berjalan dengan lancar.Dia tak salah, menjadikan Vaneheim sebagai sasaran pertama dalam melancarkan aksinya. Tempat yang di huni dewa dewi bodoh itu sudah sangat jarang dijaga.Dan terbukti, sekarang tempat itu sudah berubah menjadi sarang pasukan bangsanya. lalu siapa sasaran berikutnya?."Kehancuran immortal sudah di mulai.." gumam Lucifer menatap pantulan dirinya di air.Saat ini dia sedang berada di Vaneheim, salah seorang peramu bangsa iblis berhasil membuat sebuah obat untuk mempercepat pertumbuhan bangsa iblis dengan cepat."Setelah bangsa ku menjadi banyak, sisanya akan aku kirimkan ke kawasan penjahat. Mereka akan menjadi bagian baru bangsa iblis" ujar Lucifer tersenyum miring.Di tempat lain, Evan masih masih merajuk kepada orangtuanya. Namun tetap, karena h

    Last Updated : 2021-01-08
  • The King Immortal   TK 8

    Di bangsa iblis, ada sebuah pasukan terkenal, para petarung handal dan mempunyai kekuatan besar.Mereka memiliki peran yang besar, kehebatannya terkenal dikalangan semua bangsa iblis. Dan mereka jugalah yang nanti akan menjadi bom bagi immortal.Pasukan itu dipimpin oleh seorang iblis yang kuat, tangguh dan sangat ditakuti oleh kaum iblis. Zalan namanya, dia adalah anak dari jendral perang bangsa iblis, sekaligus teman pangeran Lucifer.Kehebatan Zalan di dukung pasukannya yang sama kuat, pertama Kanika, iblis perempuan yang sangat pendiam namun mematikan. Serangannya tak bisa terlihat musuh.Kedua adalah Awar, iblis berbadan tinggi dan besar. Gerakannya sangat agresif dan mempunyai serangan kutukan. Siapa saja yang terkena olehnya akan mati dalam beberapa jam.Kemudian Ladia, dia adalah iblis yang terkenal dengan lumpur dan kemampuan hisapnya. Tak ada yang bisa tahan ketika Ladia membuka luba

    Last Updated : 2021-01-10
  • The King Immortal   TK 9

    Ceklek!Evan membuka pintu kamarnya, Mikaila dan Austin langsung tersenyum dan berhambur memeluk dirinya.Sungguh, Evan jadi merasa bersalah. Dia sudah menyakiti perasaan orang yang jelas-jelas tulus sayang padanya.Mikaila dan Austin adalah sosok pengganti yang memberikannya kehangatan sebuah kasih sayang, yang dengan ikhlas menjaga, merawat dan membesarkannya sampai saat ini meski tahu mereka tak memiliki hubungan darah.Tapi Evan juga tak bisa mengatakan maaf saat ini, kenyatannya dia memilliki ego tinggi."Mari kita makan" ujar Austin menginterupsi.Mereka bertiga pun beranjak menuju meja makan dan mulai sarapan pagi dengan suasana lebih baik dari sebelumnya.Ting!Hanya suara dentingan alat makan yang terdengar, Mikaila dan Austin tidak pernah menghilangkan gurat senyum diwajahnya.Ditempat lain, saat udara ma

    Last Updated : 2021-01-10

Latest chapter

  • The King Immortal   TK 19

    Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga."Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat."Achilles" jawabnya.Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu."Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya."Aku.." ujar lelaki itu menggantung."Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles."Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu

  • The King Immortal   TK 18

    "Nggh.."Achilles tergugu ketika suara lenguhan menyapa telinganya.Matanya yang masih mengantuk dipaksakan terbuka dan melihat sekitar, ternyata lelaki yang diselamatkannya mulai sadarkan diri.Sontak Achilles langsung menghampirinya. Dengan pelan dan apatis dia menggoyangkan bahunya."Hey.. bangun.." ujar Achilles."Hm.. ahh" lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang pusing."Dimana aku?" tanyanya."Kamu sudah sadar?" timpal Achilles bertanya."Aku ingin pingsan saja, dan tidak bangun lagi" ujar lelaki itu."Hah? Kalau begitu mati saja" timpal Achilles.Lelaki itu menggeleng, mati? Bukan, bukan itu kemauannya."Tidak. Aku hanya ingin tidur dengan waktu yang lama. Agar aku tak perlu mengetahui apa saja yang terjadi di dunia ini dan aku melupakan semua rasa sakit yang ada" ujar lelaki itu.

  • The King Immortal   TK 17

    Seminggu berlalu.Tak terasa saja, hari sudah berganti minggu. Selama itu pula Evan terbang. Tanpa beristirahat sejenak pun. Kalian bayangkan, tanpa beristirahat sejenak pun!.Rasa sedih, kecewa, sakit dan perasaan-perasaan lainnya yang menumpuk di hati lelaki itu, membuatnya berlaku demikian.Tak kuasa dengan semu itu dan ingin melupakannya, namun Evan berlaku salah. Keinginannya itu justru menyakiti dirinya sendiri.Saat ini pun dia juga masih belum tahu dimana?. Setelah beberapa hari lalu di terbang diatas air atau padang pasir. Kini dibawah kakinya terdapat daratan. Ada tanah yang bisa dia pijak.Nging!Brak!Kepala Evan tiba-tiba berdengung. Pandangannya mengabur dan dewa itu kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya melayang jatuh kebawah, siap menghantam apa saja yang ada dibawahnya."Aku lelah.." gumam Evan memejamkan matanya.Ditempat lain

  • The King Immortal   TK 16

    Brak!Evan yang sedang melamun langsung terkejut ketika beberapa barang, jatuh tepat disampingnya.Dan si pelaku tampak menahan tangisnya, siapa lagi jika bukan Mikaila. Melihat sang ayah dengan nafas memburu seperti itu, lantas Evan berdiri menyamakan tinggi badannya."Cepat pergi dari sini" ujar Mikaila tegas."Ayah mengusir ku?" tanya Evan tak kuasa.Namun Mikaila enggan menjawab, hanya tangannya yang menunjukan arah kemana lelaki itu harus pergi."Aku tidak mau pergi ayah, aku akan tetap disi-""Kamu ingin ayah mati hah?!" ujar Mikaila berteriak."Kalau kamu tetap disini ayah akan bunuh diri!" tegasnya.Evan menggelengkan kepalanya, air mata sudah berada diujung pelupuk mata indah lelaki itu.Sret!Tanpa diduga, Mikaia membawa sebuah pisau runcing yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Dan dengan

  • The King Immortal   TK 15

    Saat ini para penasehat, dewi Chanda, Aristaeus dan kepala jendral sedang berkumpul melaksanakan rapat setelah membagikan bantuan kepada rakyat tadi.Permasalahannya tak jauh soal penyerangan bangsa iblis dan perang yang memungkinkan akan terjadi."Kita tarik semua dewa dewi muda dan jadikan mereka bala tentara perang" ujar dewi Chanda."Itu berarti kita mengobarkan masa depan immortal, aku tidak akan setuju" timpal Aristaues."Aku tidak membutuhkan persetujuan mu" ujar dewi Chanda."Tanpa kuantitas, immortal bisa kalah. Atau kamu memang ingin kerajaan ini hancur hah?" imbuhnya."Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain bertahan, tapi selama itu juga bukan berarti kita hanya diam" ujar salah satu jendral."Kita harus memperkuat pertahanan dan menyiapkan pasukan sebanyak mungkin untuk kemungkinan terburuk" imbuhnya."Lantas jendral setuju

  • The King Immortal   TK 14

    Kanagara sudah sadarkan diri, pangeran itu langsung mengeluhkan keadaan yang tengah mengelilinginya sekarang.Serangan, kerusakan, bangsa iblis, kemarahan rakyat, pelarian, prajurit, perang dan masalah-masalah lainnya. Membuat ia ingin tak sadarkan diri saja, sama seperti sang ayah yang saat ini sedang ditatapnya.Ya, untuk yang ke dua kalinya lelaki itu datang melihat raja di kamarnya. Tak ada yang berubah, orangtua itu terlihat damai nan asik dengan tidurnya."Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya tangan itu mengelus kepala ku" ujar Kanagara di samping sang ayah."Sejak lahir, kita tak pernah bermain. Jika ayah sadar jangan marah melihat sikap ku ini ya" imbuhnya tersenyum lucu.Berharap sekali saja, ada jawaban dari raja. Jujur Kanagara sangat lelah, dia ingin menyerah pada kehidupannya, yang menjadi kenyataan adalah, kehidupan rakyat biasa lebih enak daripada mengemban nama pangeran.

  • The King Immortal   TK 13

    Karena rasa penasaran yang besar, Mikaila pergi ke kota untuk melihat keadaan disana, tanpa sepengetahuan Evan tentunya dan hanya mengantongi ijin dari sang isteri, Austin.Wush!Wush!Wush!Mikaila sengaja tak pergi menggunakan direwolf agar anaknya tak curiga, dan sepanjang perjalanan matanya tak henti dibuat terkejut.Beberapa wilayah seperti terdampak sebuah serangan. Ditambah beberapa orang terlihat pergi membawa banyak barang.Apa mereka akan pergi berniaga? Atau kemana? Mikaila ingin bertanya soal itu, tapi ekspresi orang-orang yang terlihat kacau dan marah membuatnya urung. Mungkin jika dia memaksa bertanya, bukan jawaban yang akan dia dapatkan.Wush!Wush!Wush!Hingga akhirnya Mikaila melihat sosok teman berdagangnya. Dia pun langsung turun dan menghampiri dia."Nura!" sapa Mikaila."Mikaila! Apa i

  • The King Immortal   TK 12

    Immortal dalam keadaan sangat kacau, kerajaan tak mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat sebagaimana mestinya.Beberapa melakukan demo ditengah kerusakan istana, mereka menuntut bantuan kepada raja. Banyak rumah dan ladang yang hancur, dan tak ada satupun penyuluhan atas semua itu.Rakyat merasa diabaikan. Namun apa yang bisa dilakukan? Pihak kerajaan juga tak bisa berbuat apa-apa, terlebih ratu yang sibuk menangisi anaknya.Dewi Chanda tak sama sekali memperdulikan masyarakat di luar, dia tak ingin meninggalkan anaknya, padahal tabib jelas mengatakan hanya menderita luka ringan."Dewi Chanda! Masyarakat terus mengamuk diluar" ujar Arietaeus kembali mengingatkan.Perempuan itu merasa terpanggil, lantas kepalanya menoleh menatap sosok penasehat kerajaannya sedang berdiri sembari bersidekap tangan depan dada."Berani sekali kamu memanggil ku seperti itu" desis dewi Ch

  • The King Immortal   TK 11

    Evan dan kedua orangtuanya masih berdebat, akan tetapi hal itu terganggu dengan suara ledakan yang terdengar samar-samar dari rumahnya.Duar!Sontak Evan, Mikaila dan Austin berlari keluar rumah. Dapat mereka lihat ada asap mengepul dari arah kota."Ada apa itu ayah?" tanya Evan terkejut.Mikaila menggeleng, dia pun baru pertama kali melihat hal semacam ini terjadi. Evan sendiri dibuat semakin gelisah melihat kepulan asap itu."Ayah aku ingin pergi kesana" ujar Evan tiba-tiba."Jangan sayang itu berbahaya" timpal Austin khawatir.Ekspresi Evan lah yang membuat kedua orangtuanya ikut tak tenang, mereka jelas melihat gurat gelisah di wajah anaknya itu, meski tak tahu kenapa?."Perasaan ku tidak enak, entah karena apa. Aku tidak mengerti" gumam Evan.Mikaila dan Austin hanya bisa saling pandang, larut dengan pikirannya masing-mas

DMCA.com Protection Status