Share

TK 11

Author: KakaResa
last update Last Updated: 2021-01-12 19:17:06

Evan dan kedua orangtuanya masih berdebat, akan tetapi hal itu terganggu dengan suara ledakan yang terdengar samar-samar dari rumahnya.

Duar!

Sontak Evan, Mikaila dan Austin berlari keluar rumah. Dapat mereka lihat ada asap mengepul dari arah kota. 

"Ada apa itu ayah?" tanya Evan terkejut.

Mikaila menggeleng, dia pun baru pertama kali melihat hal semacam ini terjadi. Evan sendiri dibuat semakin gelisah melihat kepulan asap itu.

"Ayah aku ingin pergi kesana" ujar Evan tiba-tiba.

"Jangan sayang itu berbahaya" timpal Austin khawatir.

Ekspresi Evan lah yang membuat kedua orangtuanya ikut tak tenang, mereka jelas melihat gurat gelisah di wajah anaknya itu, meski tak tahu kenapa?.

"Perasaan ku tidak enak, entah karena apa. Aku tidak mengerti" gumam Evan.

Mikaila dan Austin hanya bisa saling pandang, larut dengan pikirannya masing-masingnya.

Di tempat lain, para jendral mulai menyerang dengan membabi buta setelah pangeran Kanagara dibuat tak sadarkan diri.

Sret!

Sret!

Wush!

Brang!

Slup!

Bang!

Namun serangan mereka tak banyak berguna. Zalan menangkis semua serangannya hanya dengan kibasan tangan, Clara juga banyak memantulkan kembali serangannya karena banyak yang terlihat. 

Nikol dan Nakol juga semakin cepat, mereka membuat angin tornado kecil mengelilingi kerajaan. Akibatnya banyak dewa dan dewi berlarian. Hal yang membuat tertawa bahagia.

"Ini membosankan" ujar Clara malas.

"Kita ke kota saja bagaimana?" tanya Nakol.

Para jendral dibuat kelabakan dan kehabisan tenaga. Zalan dan yang lainnya menyetujui usul Nakol untuk pergi.

Wush!

Namun justru orang-orang yang hendak mereka temui sudah datang lebih dulu. Kanika, Ladia dan Awar terlihat senang melihat kerajaan dalam keadaan porak poranda.

"Ini semua kurang besar" ujar Ladia sudah siap mengangkat kedua tangannya.

"Jangan turukan lumpur mu disini Ladia" ujar Zalan memotong.

Perempuan itu memberenggut kesal, padahal dia siap menghisap separuh bangunan kerajaan. Atau sedikitnya menghisap.

"Kasihan, mereka sudah lemah, tak akan punya tempat tidur lagi" ujar Zalan.

Para jendral berdecih, tapi mereka tak gegabah menyerang, apa lagi tiga sosok baru didepan.

"Hey jendral tua" ujar Kanika.

"Siapa dibawah sana?" tanya nya menunjuk tubuh Kanagara.

Tak mendapatkan jawaban,  Kanika bercak pinggang. Berani sekali mereka mengacuhkan perempuan cantik seperti dirinya.

"Jangan perlihatkan kesombongan kalian dihadapan ku" ujar Kanika menunjuk jendral yang tadi dia tegur.

Duar!

Brak!

Jendral tua itu tiba-tiba terjatuh setelah ledakan kasar mengenai bagian dadanya, semua jendral langsung memasang sikap siaga. Serangan tak terlihat Kanika memang sangat cepat dan menakjubkan.

"Oleh karena itu jangan acuhkan aku lagi dan berhenti sombong" ujar Kanika.

Zalan tersenyum melihat ekspresi lelah para musuhnya, ingin sebenarnya iblis itu menghancurkan immortal saat ini juga. Tapi lebih baik membuat mereka menderita dalam waktu berkepanjangan.

Sret!

Sret!

Sret!

Nakol dan Nikol kembali berputar, keduanya membuat tornado yang ukurannya lebih besar daripada tadi.

Wush!

Wush!

Tornado berwana coklat dan tampak kilatan petir didalamnya itu, tampak siap melahap kerajaan. Iblis kembar itu tersenyum lebar. Tangan mereka bergerak mendorong angin berputar itu.

Wush!

Guar!

Namun hal demikian tak terjadi, angin bersih berbentuk naga tiba-tiba datang, dan menghancurkan tornado itu dalam satu kali tebasan.

Nikol dan Nakol terkejut, begitu juga dengan teman-teman yang lainnya kecuali Zalan. Lelaki itu lebih memilih melihat sosok dewa terbang menggunakan griffin.

Wush!

Sosok itu adalah Damon, dia berhasil sampai tepat waktu dan memberikan serangan balasan.

"Bangsa iblis" gumamnya tak suka.

"Wow, hebat juga serangan mu" ujar Nakol takjub.

"Apa tujuan kalian datang kemari?" tanya Damon dingin.

Clara yang hendak mengeluarkan serangan, ditahan bergitu saja oleh Zalan. Lelaki itu tampak tertarik melihat sosok Damon.

"Apa kamu pangeran immortal juga?" tanya Zalan.

"Tidak sudi aku mempunyai saudara lemah seperti dia" timpal Damon menatap sosok Kanagara yang sudah tak sadarkan diri.

"Hahaha. Aku suka gaya mu, bukan dewa yang sombong, dan sangat jujur sekali" ujar Zalan memuji.

"Tapi kenapa baru muncul? Aku tidak suka" imbuhnya.

Wush!

Bugh!

Zalan bergerak cepat dan mendaratkan pukulannya untuk Damon, namun dewa itu berhasil mengelak.

Sret!

Bugh!

Sebaliknya, Zalan yang terkena serangan dari Damon. Iblis itu tersenyum ketika tubuhnya terlempar ke belakang.

"Boleh juga serangan mu" ujar Zalan. Padahal jelas dia tahu, jika Damon hanya mengendalikan elemen angin disekitarnya.

Dan itulah kehebatan Damon, lelaki itu sudah seperti setubuh dengan angin, gerakan Zalan yang cepat secara tak sadar berhasil Damon perlambat oleh angin disekitarnya. Begitu juga dengan serangan-serangan lain yang bersifat timbul dulu di udara, mampu Damon rasakan. 

"Pergi dari sini" ujar Damon.

"Jika kami menolak?" tanya Kanika.

"Aku akan mencincang tubuh mu" jawab Damon tenang.

Kanika langsung berdecih. Tak suka dengan kesombongannya.

Sret!

Duar!

Serangan Kanika meledak sebelum mengenai Damon, dewa itu mengangkat satu halisnya dan tersenyum.

"Aku tidak suka berkelahi, sebaiknya kalian pergi" ujar Damon lagi.

"Clara" ujar Zalan.

Perempuan itu langsung maju setelah namanya dipanggil. 

Wush!

Sekali gerakan dia pergi berteleportasi menyerang Damon.

Sret!

Namun lagi-lagi serangannya tertahan, Damon lebih dulu mencekik Clara dengan anginnya. Padahal tangan perempuan itu tinggal sedikit lagi memukul Damon.

Wush!

Secepat kilat Clara berpindah tempat dan membebaskan diri dari cekikan Damon, perempuan itu menatap tak suka padanya.

"Kekuatan, kecepatan, teleportasi, angin, serangan tak terlihat. Apa lagi kemampuan kalian?" tanya Damon.

"Aku ini sebenarnya lemah, tapi mampu menghalau semua serangan kalian. Tahu kenapa?" imbuhnya.

Zalan dan semua pasukannya terdiam, tak berniat menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Karena aku pintar sedangkan kalian lebih bodoh daripada aku" ujar Damon.

"Aku menyuruh kalian pergi, untuk lebih mempersiapkan diri, aku terima salam perkenalan ini. Sampaikan pada raja iblis, immortal semudah itu dihancurkan" imbuhnya tegas.

Zalan dan semua pasukannya mengepalkan tangan, tapi mereka tak memberikan serangan apapun. Tidak ada yang salah sebenarnya, karena mereka juga tak berniat menghancurkan immortal saat ini. Bangsa iblis masih dalam tahapan mempersiapkan pasukan untuk menyerang.

"Immortal tetap tidak akan bisa menghindar dari takdir kehancurannya" ujar Zalan.

"Selamat tinggal para pecundang lemah" imbuhnya.

Tanpa sepatah kata apapun lagi, mereka semua pergi dengan kekuatan teleportasi Clara. 

Wush!

Tak ada yang tersisa kecuali kehancuran dan kepedihan, Damon lantas berbalik menatap semua jendral yang tampak kelelahan.

"Kenapa tidak kita habisi saja mereka" seru salah satu dari mereka.

"Menyerang? Apa masih punya kalian tenaga untuk menyerang? Aku sendiri tak akan sudi menurunkan tangan untuk menyerang mereka lebih lanjut" ujar Damon sarkas.

"Lalu bagaimana? Mereka pasti kembali, dan kita harus menghadapinya lagi" 

"Bangsa iblis memang sudah mengibarkan bendera perang bodoh! Daripada berkomentar tak berguna sebaiknya kalian siapkan prajurit dan kuatkan pertahanan" ujar Damon kesal.

"Kalian pikir immortal akan selamat memiliki prajurit pengecut seperti mereka" imbuh menunjuk ke bawah.

Meluap sudah amarah Damon, senang juga mengatai para jendral itu bodoh.

"Biar aku perjelas. Tak banyak anggota pasukan kerajaan sekarang, adapun sangat tidak berguna. Masyarakat sudah jijik dengan mereka. Jadi selamat menempuh kesulitan baru" ujar Damon.

"Urus pangeran tak berguna itu" imbuhnya melengos pergi dengan griffinnya.

Semesta tak bisa menyalahkan Damom, lelaki itu hanya memperjelas apa yang terjadi saat ini.

Related chapters

  • The King Immortal   TK 12

    Immortal dalam keadaan sangat kacau, kerajaan tak mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat sebagaimana mestinya.Beberapa melakukan demo ditengah kerusakan istana, mereka menuntut bantuan kepada raja. Banyak rumah dan ladang yang hancur, dan tak ada satupun penyuluhan atas semua itu.Rakyat merasa diabaikan. Namun apa yang bisa dilakukan? Pihak kerajaan juga tak bisa berbuat apa-apa, terlebih ratu yang sibuk menangisi anaknya.Dewi Chanda tak sama sekali memperdulikan masyarakat di luar, dia tak ingin meninggalkan anaknya, padahal tabib jelas mengatakan hanya menderita luka ringan."Dewi Chanda! Masyarakat terus mengamuk diluar" ujar Arietaeus kembali mengingatkan.Perempuan itu merasa terpanggil, lantas kepalanya menoleh menatap sosok penasehat kerajaannya sedang berdiri sembari bersidekap tangan depan dada."Berani sekali kamu memanggil ku seperti itu" desis dewi Ch

    Last Updated : 2021-01-13
  • The King Immortal   TK 13

    Karena rasa penasaran yang besar, Mikaila pergi ke kota untuk melihat keadaan disana, tanpa sepengetahuan Evan tentunya dan hanya mengantongi ijin dari sang isteri, Austin.Wush!Wush!Wush!Mikaila sengaja tak pergi menggunakan direwolf agar anaknya tak curiga, dan sepanjang perjalanan matanya tak henti dibuat terkejut.Beberapa wilayah seperti terdampak sebuah serangan. Ditambah beberapa orang terlihat pergi membawa banyak barang.Apa mereka akan pergi berniaga? Atau kemana? Mikaila ingin bertanya soal itu, tapi ekspresi orang-orang yang terlihat kacau dan marah membuatnya urung. Mungkin jika dia memaksa bertanya, bukan jawaban yang akan dia dapatkan.Wush!Wush!Wush!Hingga akhirnya Mikaila melihat sosok teman berdagangnya. Dia pun langsung turun dan menghampiri dia."Nura!" sapa Mikaila."Mikaila! Apa i

    Last Updated : 2021-01-14
  • The King Immortal   TK 14

    Kanagara sudah sadarkan diri, pangeran itu langsung mengeluhkan keadaan yang tengah mengelilinginya sekarang.Serangan, kerusakan, bangsa iblis, kemarahan rakyat, pelarian, prajurit, perang dan masalah-masalah lainnya. Membuat ia ingin tak sadarkan diri saja, sama seperti sang ayah yang saat ini sedang ditatapnya.Ya, untuk yang ke dua kalinya lelaki itu datang melihat raja di kamarnya. Tak ada yang berubah, orangtua itu terlihat damai nan asik dengan tidurnya."Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya tangan itu mengelus kepala ku" ujar Kanagara di samping sang ayah."Sejak lahir, kita tak pernah bermain. Jika ayah sadar jangan marah melihat sikap ku ini ya" imbuhnya tersenyum lucu.Berharap sekali saja, ada jawaban dari raja. Jujur Kanagara sangat lelah, dia ingin menyerah pada kehidupannya, yang menjadi kenyataan adalah, kehidupan rakyat biasa lebih enak daripada mengemban nama pangeran.

    Last Updated : 2021-01-15
  • The King Immortal   TK 15

    Saat ini para penasehat, dewi Chanda, Aristaeus dan kepala jendral sedang berkumpul melaksanakan rapat setelah membagikan bantuan kepada rakyat tadi.Permasalahannya tak jauh soal penyerangan bangsa iblis dan perang yang memungkinkan akan terjadi."Kita tarik semua dewa dewi muda dan jadikan mereka bala tentara perang" ujar dewi Chanda."Itu berarti kita mengobarkan masa depan immortal, aku tidak akan setuju" timpal Aristaues."Aku tidak membutuhkan persetujuan mu" ujar dewi Chanda."Tanpa kuantitas, immortal bisa kalah. Atau kamu memang ingin kerajaan ini hancur hah?" imbuhnya."Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain bertahan, tapi selama itu juga bukan berarti kita hanya diam" ujar salah satu jendral."Kita harus memperkuat pertahanan dan menyiapkan pasukan sebanyak mungkin untuk kemungkinan terburuk" imbuhnya."Lantas jendral setuju

    Last Updated : 2021-01-29
  • The King Immortal   TK 16

    Brak!Evan yang sedang melamun langsung terkejut ketika beberapa barang, jatuh tepat disampingnya.Dan si pelaku tampak menahan tangisnya, siapa lagi jika bukan Mikaila. Melihat sang ayah dengan nafas memburu seperti itu, lantas Evan berdiri menyamakan tinggi badannya."Cepat pergi dari sini" ujar Mikaila tegas."Ayah mengusir ku?" tanya Evan tak kuasa.Namun Mikaila enggan menjawab, hanya tangannya yang menunjukan arah kemana lelaki itu harus pergi."Aku tidak mau pergi ayah, aku akan tetap disi-""Kamu ingin ayah mati hah?!" ujar Mikaila berteriak."Kalau kamu tetap disini ayah akan bunuh diri!" tegasnya.Evan menggelengkan kepalanya, air mata sudah berada diujung pelupuk mata indah lelaki itu.Sret!Tanpa diduga, Mikaia membawa sebuah pisau runcing yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Dan dengan

    Last Updated : 2021-01-31
  • The King Immortal   TK 17

    Seminggu berlalu.Tak terasa saja, hari sudah berganti minggu. Selama itu pula Evan terbang. Tanpa beristirahat sejenak pun. Kalian bayangkan, tanpa beristirahat sejenak pun!.Rasa sedih, kecewa, sakit dan perasaan-perasaan lainnya yang menumpuk di hati lelaki itu, membuatnya berlaku demikian.Tak kuasa dengan semu itu dan ingin melupakannya, namun Evan berlaku salah. Keinginannya itu justru menyakiti dirinya sendiri.Saat ini pun dia juga masih belum tahu dimana?. Setelah beberapa hari lalu di terbang diatas air atau padang pasir. Kini dibawah kakinya terdapat daratan. Ada tanah yang bisa dia pijak.Nging!Brak!Kepala Evan tiba-tiba berdengung. Pandangannya mengabur dan dewa itu kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya melayang jatuh kebawah, siap menghantam apa saja yang ada dibawahnya."Aku lelah.." gumam Evan memejamkan matanya.Ditempat lain

    Last Updated : 2021-02-01
  • The King Immortal   TK 18

    "Nggh.."Achilles tergugu ketika suara lenguhan menyapa telinganya.Matanya yang masih mengantuk dipaksakan terbuka dan melihat sekitar, ternyata lelaki yang diselamatkannya mulai sadarkan diri.Sontak Achilles langsung menghampirinya. Dengan pelan dan apatis dia menggoyangkan bahunya."Hey.. bangun.." ujar Achilles."Hm.. ahh" lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang pusing."Dimana aku?" tanyanya."Kamu sudah sadar?" timpal Achilles bertanya."Aku ingin pingsan saja, dan tidak bangun lagi" ujar lelaki itu."Hah? Kalau begitu mati saja" timpal Achilles.Lelaki itu menggeleng, mati? Bukan, bukan itu kemauannya."Tidak. Aku hanya ingin tidur dengan waktu yang lama. Agar aku tak perlu mengetahui apa saja yang terjadi di dunia ini dan aku melupakan semua rasa sakit yang ada" ujar lelaki itu.

    Last Updated : 2021-02-02
  • The King Immortal   TK 19

    Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga."Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat."Achilles" jawabnya.Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu."Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya."Aku.." ujar lelaki itu menggantung."Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles."Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu

    Last Updated : 2021-02-04

Latest chapter

  • The King Immortal   TK 19

    Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga."Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat."Achilles" jawabnya.Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu."Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya."Aku.." ujar lelaki itu menggantung."Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles."Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu

  • The King Immortal   TK 18

    "Nggh.."Achilles tergugu ketika suara lenguhan menyapa telinganya.Matanya yang masih mengantuk dipaksakan terbuka dan melihat sekitar, ternyata lelaki yang diselamatkannya mulai sadarkan diri.Sontak Achilles langsung menghampirinya. Dengan pelan dan apatis dia menggoyangkan bahunya."Hey.. bangun.." ujar Achilles."Hm.. ahh" lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang pusing."Dimana aku?" tanyanya."Kamu sudah sadar?" timpal Achilles bertanya."Aku ingin pingsan saja, dan tidak bangun lagi" ujar lelaki itu."Hah? Kalau begitu mati saja" timpal Achilles.Lelaki itu menggeleng, mati? Bukan, bukan itu kemauannya."Tidak. Aku hanya ingin tidur dengan waktu yang lama. Agar aku tak perlu mengetahui apa saja yang terjadi di dunia ini dan aku melupakan semua rasa sakit yang ada" ujar lelaki itu.

  • The King Immortal   TK 17

    Seminggu berlalu.Tak terasa saja, hari sudah berganti minggu. Selama itu pula Evan terbang. Tanpa beristirahat sejenak pun. Kalian bayangkan, tanpa beristirahat sejenak pun!.Rasa sedih, kecewa, sakit dan perasaan-perasaan lainnya yang menumpuk di hati lelaki itu, membuatnya berlaku demikian.Tak kuasa dengan semu itu dan ingin melupakannya, namun Evan berlaku salah. Keinginannya itu justru menyakiti dirinya sendiri.Saat ini pun dia juga masih belum tahu dimana?. Setelah beberapa hari lalu di terbang diatas air atau padang pasir. Kini dibawah kakinya terdapat daratan. Ada tanah yang bisa dia pijak.Nging!Brak!Kepala Evan tiba-tiba berdengung. Pandangannya mengabur dan dewa itu kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya melayang jatuh kebawah, siap menghantam apa saja yang ada dibawahnya."Aku lelah.." gumam Evan memejamkan matanya.Ditempat lain

  • The King Immortal   TK 16

    Brak!Evan yang sedang melamun langsung terkejut ketika beberapa barang, jatuh tepat disampingnya.Dan si pelaku tampak menahan tangisnya, siapa lagi jika bukan Mikaila. Melihat sang ayah dengan nafas memburu seperti itu, lantas Evan berdiri menyamakan tinggi badannya."Cepat pergi dari sini" ujar Mikaila tegas."Ayah mengusir ku?" tanya Evan tak kuasa.Namun Mikaila enggan menjawab, hanya tangannya yang menunjukan arah kemana lelaki itu harus pergi."Aku tidak mau pergi ayah, aku akan tetap disi-""Kamu ingin ayah mati hah?!" ujar Mikaila berteriak."Kalau kamu tetap disini ayah akan bunuh diri!" tegasnya.Evan menggelengkan kepalanya, air mata sudah berada diujung pelupuk mata indah lelaki itu.Sret!Tanpa diduga, Mikaia membawa sebuah pisau runcing yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Dan dengan

  • The King Immortal   TK 15

    Saat ini para penasehat, dewi Chanda, Aristaeus dan kepala jendral sedang berkumpul melaksanakan rapat setelah membagikan bantuan kepada rakyat tadi.Permasalahannya tak jauh soal penyerangan bangsa iblis dan perang yang memungkinkan akan terjadi."Kita tarik semua dewa dewi muda dan jadikan mereka bala tentara perang" ujar dewi Chanda."Itu berarti kita mengobarkan masa depan immortal, aku tidak akan setuju" timpal Aristaues."Aku tidak membutuhkan persetujuan mu" ujar dewi Chanda."Tanpa kuantitas, immortal bisa kalah. Atau kamu memang ingin kerajaan ini hancur hah?" imbuhnya."Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain bertahan, tapi selama itu juga bukan berarti kita hanya diam" ujar salah satu jendral."Kita harus memperkuat pertahanan dan menyiapkan pasukan sebanyak mungkin untuk kemungkinan terburuk" imbuhnya."Lantas jendral setuju

  • The King Immortal   TK 14

    Kanagara sudah sadarkan diri, pangeran itu langsung mengeluhkan keadaan yang tengah mengelilinginya sekarang.Serangan, kerusakan, bangsa iblis, kemarahan rakyat, pelarian, prajurit, perang dan masalah-masalah lainnya. Membuat ia ingin tak sadarkan diri saja, sama seperti sang ayah yang saat ini sedang ditatapnya.Ya, untuk yang ke dua kalinya lelaki itu datang melihat raja di kamarnya. Tak ada yang berubah, orangtua itu terlihat damai nan asik dengan tidurnya."Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya tangan itu mengelus kepala ku" ujar Kanagara di samping sang ayah."Sejak lahir, kita tak pernah bermain. Jika ayah sadar jangan marah melihat sikap ku ini ya" imbuhnya tersenyum lucu.Berharap sekali saja, ada jawaban dari raja. Jujur Kanagara sangat lelah, dia ingin menyerah pada kehidupannya, yang menjadi kenyataan adalah, kehidupan rakyat biasa lebih enak daripada mengemban nama pangeran.

  • The King Immortal   TK 13

    Karena rasa penasaran yang besar, Mikaila pergi ke kota untuk melihat keadaan disana, tanpa sepengetahuan Evan tentunya dan hanya mengantongi ijin dari sang isteri, Austin.Wush!Wush!Wush!Mikaila sengaja tak pergi menggunakan direwolf agar anaknya tak curiga, dan sepanjang perjalanan matanya tak henti dibuat terkejut.Beberapa wilayah seperti terdampak sebuah serangan. Ditambah beberapa orang terlihat pergi membawa banyak barang.Apa mereka akan pergi berniaga? Atau kemana? Mikaila ingin bertanya soal itu, tapi ekspresi orang-orang yang terlihat kacau dan marah membuatnya urung. Mungkin jika dia memaksa bertanya, bukan jawaban yang akan dia dapatkan.Wush!Wush!Wush!Hingga akhirnya Mikaila melihat sosok teman berdagangnya. Dia pun langsung turun dan menghampiri dia."Nura!" sapa Mikaila."Mikaila! Apa i

  • The King Immortal   TK 12

    Immortal dalam keadaan sangat kacau, kerajaan tak mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat sebagaimana mestinya.Beberapa melakukan demo ditengah kerusakan istana, mereka menuntut bantuan kepada raja. Banyak rumah dan ladang yang hancur, dan tak ada satupun penyuluhan atas semua itu.Rakyat merasa diabaikan. Namun apa yang bisa dilakukan? Pihak kerajaan juga tak bisa berbuat apa-apa, terlebih ratu yang sibuk menangisi anaknya.Dewi Chanda tak sama sekali memperdulikan masyarakat di luar, dia tak ingin meninggalkan anaknya, padahal tabib jelas mengatakan hanya menderita luka ringan."Dewi Chanda! Masyarakat terus mengamuk diluar" ujar Arietaeus kembali mengingatkan.Perempuan itu merasa terpanggil, lantas kepalanya menoleh menatap sosok penasehat kerajaannya sedang berdiri sembari bersidekap tangan depan dada."Berani sekali kamu memanggil ku seperti itu" desis dewi Ch

  • The King Immortal   TK 11

    Evan dan kedua orangtuanya masih berdebat, akan tetapi hal itu terganggu dengan suara ledakan yang terdengar samar-samar dari rumahnya.Duar!Sontak Evan, Mikaila dan Austin berlari keluar rumah. Dapat mereka lihat ada asap mengepul dari arah kota."Ada apa itu ayah?" tanya Evan terkejut.Mikaila menggeleng, dia pun baru pertama kali melihat hal semacam ini terjadi. Evan sendiri dibuat semakin gelisah melihat kepulan asap itu."Ayah aku ingin pergi kesana" ujar Evan tiba-tiba."Jangan sayang itu berbahaya" timpal Austin khawatir.Ekspresi Evan lah yang membuat kedua orangtuanya ikut tak tenang, mereka jelas melihat gurat gelisah di wajah anaknya itu, meski tak tahu kenapa?."Perasaan ku tidak enak, entah karena apa. Aku tidak mengerti" gumam Evan.Mikaila dan Austin hanya bisa saling pandang, larut dengan pikirannya masing-mas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status