Share

TK 12

Author: KakaResa
last update Last Updated: 2021-01-13 12:26:19

Immortal dalam keadaan sangat kacau, kerajaan tak mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat sebagaimana mestinya. 

Beberapa melakukan demo ditengah kerusakan istana, mereka menuntut bantuan kepada raja. Banyak rumah dan ladang yang hancur, dan tak ada satupun penyuluhan atas semua itu. 

Rakyat merasa diabaikan. Namun apa yang bisa dilakukan? Pihak kerajaan juga tak bisa berbuat apa-apa, terlebih ratu yang sibuk menangisi anaknya.

Dewi Chanda tak sama sekali memperdulikan masyarakat di luar, dia tak ingin meninggalkan anaknya, padahal tabib jelas mengatakan hanya menderita luka ringan.

"Dewi Chanda! Masyarakat terus mengamuk diluar" ujar Arietaeus kembali mengingatkan.

Perempuan itu merasa terpanggil, lantas kepalanya menoleh menatap sosok penasehat kerajaannya sedang berdiri sembari bersidekap tangan depan dada.

"Berani sekali kamu memanggil ku seperti itu" desis dewi Chanda.

"Lalu apa? Kamu ingin aku sebut ratu tak peduli kepada rakyatnya? Oh sungguh agung sebutan itu" timpal Aristaeus sarkas.

"Sekarang kamu berani melawan ku Aristaeus?" ujar dewi Chanda sedikit.

"Ancam ayah ku, atau siapapun. Yang jelas kami tidak akan pernah keluar dari istana ini. Cukup beribu-ribu tahun kamu melakukan kerusakan, kami tak akan diam lagi!" ujar Damon lantang. Lelaki itu tiba-tiba datang.

"Temui dan urus masyarakat dengan baik sekarang! Atau aku bongkar wajah busuk mu didepan mereka semua! Anak mu yang tak berguna dan penindasan lainnya!" teriak Damon tegas.

"Tak ada bedanya ayah dan anak. Sama-sama sialan" ujar dewi Chanda dingin.

"Seharusnya kamu menikah dengan raja iblis. Kalian serasi sekali" ujar Damon tak kalah hina.

"Ingin ku seret dengan halus atau ku tendang terang-terangan ke luar?" imbuhnya ketika perintah yang diberikan tak dilaksanankan.

"Akan aku bilang kepada masyarakat tentang perbuatan buruk kalian pada ku" desis dewi Chanda.

"Dan mari kita membusuk bersama di penjara" timpal Damon tersenyum senang.

Jangan tanya perasaan dewi Chanda sekarang? Perempuan itu sangat kesal sekali, dia pergi meninggalkan kamar kanagara dengan jengkel. Lihat saja nanti dia pasti akan membalas perbuatan Damon si anak sialan itu.

"Salah kah ayah berharap kamu jadi raja?" gumam Aristaeus setelah ratu biadab itu pergi.

"Aku akan menjadi penasehat yang adil dan benar jika pangeran Sabitah menjadi raja ayah" ujar Damon.

Aristaeus tersenyum lembut. Ya, mungkin semua ini tak akan terjadi jika sang pangeran itu ada. Dia juga tak perlu tertekan seperti ini sekarang.

Dewi Chanda terpaksa menemui rakyat yang sedang mengamuk saat ini, seruan-seruan kasar keluar dari mulut mereka menuntut hak dan keadilan raja.

"Raja! Keluar!"

"Kami ini rakyat mu!"

"Kami kesusahan! Tidak kah kerajaan mengirimkan bantuannya!"

"Kembalikan pajak yang selama ini kami bayar!"

"Raja tidak adil!"

"Raja memakan hak rakyat!"

"Raja jahat!"

"Raja membiarkan rakyat menderita!"

Seruan-seruan itu terus berulang sampai dewi Chanda muncul. Perempuan itu memberikan isyarat dengan tangannya agar rakyat tenang sebentar.

"Rakyat ku yang baik hati, sebelumnya aku mengucapkan maaf sebesar-besarnya kepada kalian semua" ujar dewi Chanda.

Namun rakyat tak menyambutnya dengan baik, lantas mereka kembali berseru.

"Huu!"

"Kami tak butuh maaf mu!"

"Kami inginkan keadilan!"

Sekali lagi dewi Chanda memita rakyat tenang dibantu beberapa prajurit.

"Tenang aku mohon. Bisakah kalian lihat bagaimana kerajaan sekarang? Kami juga dilanda serangan yang sama, bahkan lebih besar. Anak ku pangeran Kanagara sampai terluka" ujar dewi Chanda dengan nada sedih.

Namun hal yang terjadi selanjutnya sangat diluar dugaan.

Duk!

Duk!

Duk!

Rakyat mengambil pecahan bebatuan kerajaan dan melemparkannya kepada sang dewi.

"Aww!" pekik dewi Chanda.

Prajurit yang melihat itu mencoba melindunginya, namun rakyat semakin mendesak masuk. Alhasil mereka membawa dewi Chanda kembali masuk kedalam kerajaan.

"Kenapa?" tanya Aristaeus yang kebetulan keluar.

"Lihat sialan! Ini semua karena ulah mu!" pekik dewi Chanda. Tubuhnya ada yang lebam akibat lemparan batu yang keras.

"Salah ku? Benarkah? Kalau begitu aku ingin melakukannya lebih sering, karena jujur ini sangat menyenangkan" ujar Ariestaeus membuat semua orang yang ada disata melotot kaget. 

Saat keduanya hendak berargumen lagi, dewi Anggraini muncul dengan raut paniknya. Saat kejadian tadi dia bergegas menuju kamar raja dan melindunginya takut-takut musuh berhasil masuk kedalam kerajaan.

"Ada apa?" tanya dewi Anggraini.

"Rakyat mengamuk diluar ratu, dewi Chanda tidak bisa memenangkannya" ujar Aristaues.

"Biar aku saja" ujar dewi Anggraini beranjak pergi.

Dewi Chanda mendelik, bibirnya berdecih tak suka.

"Pergilah. Aku doa kan, lemparan batu rakyat membuat mu mati" ujar dewi Chanda terang-terangan.

Prajurit memperhatikannya dengan seksama, namun dewi Anggraini tak memperdulikan itu. Dia, didampingi Aristaeus pergi mencoba berbicara dengan rakyat.

Saat sang dewi dan penasihat keluar, rakyat masih bersua. Mereka tak lelah menggerutu, sampai akhirnya dewi Anggraini muncul dan tertunduk.

"Rakyat ku.. mohon dengarkan aku berbicara, jangan ada yang menyela, sebagai gantinya, kalian bisa melakukan apapun pada ku setelah semuanya selesai" ujar dewi Anggraini langsung membuat rakyat diam.

Ya, ternyata sampai saat ini. Intensitasnya sebagai ratu tidak hilang dimata rakyat. Mereka tetap memandang dewi Anggraini sebagai ratu immortal yang bersahaja. Meski sekarang penampilannya terlihat lebih lusuh.

"Aku atas nama kerajaan, meminta maaf kepada seluruh rakyat atas kejadian ini. Kami lalai menjaga keamanan sampai pasukan iblis datang menyerang. Juga kami tidak memberikan perhatian kepada kalian dengan cepat, tapi sungguh kalian hanya cukup membalas itu semua kepada ku" ujar dewi Anggraini.

"Raja masih terbaring lemah, pangeran Kanagara terluka bersama beberapa jendral, kerajaan juga hancur sebagian. Rakyat ku menderita, aku tidak ingin hal buruk lain terjadi. Dan jika ada dari kalian keluhan, limpahkanlah itu pada ku. Dengan senang hati aku menerimanya" imbuhnya lembut.

"Dan soal bantuan, tentu ada. Kerajaan memiliki banyak persediaan makanan dari pajak yang kalian kumpulkan, kami pasti akan membagikannya. Namun memerlukan waktu karena anggota kerajaan banyak yang terluka" ujar dewi Anggraini lagi.

"Jika rakyat ku bisa menunggu, silahkan datang besok pagi. Berbarislah dengan rapi, aku akan membagikannya langsung kepada kalian" imbuhnya.

Rakyat bergemuruh, mereka saling berargumen dengan pikirannya masing-masing. Dewi Anggraini menunggu, sampai akhirnya perwakilan rakyat berseru.

"Kami percaya ratu tidak akan bohong, dan kami selalu percaya ratu adalah orang baik. Besok kami akan datang lagi kemari" ujarnya.

"Terimakasih. Aku berjanji kepada kalian, dan mengenai keluhan kalian, aku siap menanggungnya. Jika ada yang ingin melempar batu kepada ku, aku akan menerimanya dengan senang hati" timpal dewi Anggraini lembut.

"Maafkan atas kelakuan buruk kami ratu, tadi semuanya terbawa emosi" 

"Tidak masalah, aku sangat mengerti kesedihan kalian, dan itu sangatlah wajar" ujar dewi Anggraini.

Setelah itu beberapa rakyat mulai mengundurkan diri. Mereka pergi dengan keadaan tenang dan setidaknya pulang membawa kabar baik.

Immortal akan menghadapi banyak tantangan kedepannya.

Related chapters

  • The King Immortal   TK 13

    Karena rasa penasaran yang besar, Mikaila pergi ke kota untuk melihat keadaan disana, tanpa sepengetahuan Evan tentunya dan hanya mengantongi ijin dari sang isteri, Austin.Wush!Wush!Wush!Mikaila sengaja tak pergi menggunakan direwolf agar anaknya tak curiga, dan sepanjang perjalanan matanya tak henti dibuat terkejut.Beberapa wilayah seperti terdampak sebuah serangan. Ditambah beberapa orang terlihat pergi membawa banyak barang.Apa mereka akan pergi berniaga? Atau kemana? Mikaila ingin bertanya soal itu, tapi ekspresi orang-orang yang terlihat kacau dan marah membuatnya urung. Mungkin jika dia memaksa bertanya, bukan jawaban yang akan dia dapatkan.Wush!Wush!Wush!Hingga akhirnya Mikaila melihat sosok teman berdagangnya. Dia pun langsung turun dan menghampiri dia."Nura!" sapa Mikaila."Mikaila! Apa i

    Last Updated : 2021-01-14
  • The King Immortal   TK 14

    Kanagara sudah sadarkan diri, pangeran itu langsung mengeluhkan keadaan yang tengah mengelilinginya sekarang.Serangan, kerusakan, bangsa iblis, kemarahan rakyat, pelarian, prajurit, perang dan masalah-masalah lainnya. Membuat ia ingin tak sadarkan diri saja, sama seperti sang ayah yang saat ini sedang ditatapnya.Ya, untuk yang ke dua kalinya lelaki itu datang melihat raja di kamarnya. Tak ada yang berubah, orangtua itu terlihat damai nan asik dengan tidurnya."Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya tangan itu mengelus kepala ku" ujar Kanagara di samping sang ayah."Sejak lahir, kita tak pernah bermain. Jika ayah sadar jangan marah melihat sikap ku ini ya" imbuhnya tersenyum lucu.Berharap sekali saja, ada jawaban dari raja. Jujur Kanagara sangat lelah, dia ingin menyerah pada kehidupannya, yang menjadi kenyataan adalah, kehidupan rakyat biasa lebih enak daripada mengemban nama pangeran.

    Last Updated : 2021-01-15
  • The King Immortal   TK 15

    Saat ini para penasehat, dewi Chanda, Aristaeus dan kepala jendral sedang berkumpul melaksanakan rapat setelah membagikan bantuan kepada rakyat tadi.Permasalahannya tak jauh soal penyerangan bangsa iblis dan perang yang memungkinkan akan terjadi."Kita tarik semua dewa dewi muda dan jadikan mereka bala tentara perang" ujar dewi Chanda."Itu berarti kita mengobarkan masa depan immortal, aku tidak akan setuju" timpal Aristaues."Aku tidak membutuhkan persetujuan mu" ujar dewi Chanda."Tanpa kuantitas, immortal bisa kalah. Atau kamu memang ingin kerajaan ini hancur hah?" imbuhnya."Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain bertahan, tapi selama itu juga bukan berarti kita hanya diam" ujar salah satu jendral."Kita harus memperkuat pertahanan dan menyiapkan pasukan sebanyak mungkin untuk kemungkinan terburuk" imbuhnya."Lantas jendral setuju

    Last Updated : 2021-01-29
  • The King Immortal   TK 16

    Brak!Evan yang sedang melamun langsung terkejut ketika beberapa barang, jatuh tepat disampingnya.Dan si pelaku tampak menahan tangisnya, siapa lagi jika bukan Mikaila. Melihat sang ayah dengan nafas memburu seperti itu, lantas Evan berdiri menyamakan tinggi badannya."Cepat pergi dari sini" ujar Mikaila tegas."Ayah mengusir ku?" tanya Evan tak kuasa.Namun Mikaila enggan menjawab, hanya tangannya yang menunjukan arah kemana lelaki itu harus pergi."Aku tidak mau pergi ayah, aku akan tetap disi-""Kamu ingin ayah mati hah?!" ujar Mikaila berteriak."Kalau kamu tetap disini ayah akan bunuh diri!" tegasnya.Evan menggelengkan kepalanya, air mata sudah berada diujung pelupuk mata indah lelaki itu.Sret!Tanpa diduga, Mikaia membawa sebuah pisau runcing yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Dan dengan

    Last Updated : 2021-01-31
  • The King Immortal   TK 17

    Seminggu berlalu.Tak terasa saja, hari sudah berganti minggu. Selama itu pula Evan terbang. Tanpa beristirahat sejenak pun. Kalian bayangkan, tanpa beristirahat sejenak pun!.Rasa sedih, kecewa, sakit dan perasaan-perasaan lainnya yang menumpuk di hati lelaki itu, membuatnya berlaku demikian.Tak kuasa dengan semu itu dan ingin melupakannya, namun Evan berlaku salah. Keinginannya itu justru menyakiti dirinya sendiri.Saat ini pun dia juga masih belum tahu dimana?. Setelah beberapa hari lalu di terbang diatas air atau padang pasir. Kini dibawah kakinya terdapat daratan. Ada tanah yang bisa dia pijak.Nging!Brak!Kepala Evan tiba-tiba berdengung. Pandangannya mengabur dan dewa itu kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya melayang jatuh kebawah, siap menghantam apa saja yang ada dibawahnya."Aku lelah.." gumam Evan memejamkan matanya.Ditempat lain

    Last Updated : 2021-02-01
  • The King Immortal   TK 18

    "Nggh.."Achilles tergugu ketika suara lenguhan menyapa telinganya.Matanya yang masih mengantuk dipaksakan terbuka dan melihat sekitar, ternyata lelaki yang diselamatkannya mulai sadarkan diri.Sontak Achilles langsung menghampirinya. Dengan pelan dan apatis dia menggoyangkan bahunya."Hey.. bangun.." ujar Achilles."Hm.. ahh" lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang pusing."Dimana aku?" tanyanya."Kamu sudah sadar?" timpal Achilles bertanya."Aku ingin pingsan saja, dan tidak bangun lagi" ujar lelaki itu."Hah? Kalau begitu mati saja" timpal Achilles.Lelaki itu menggeleng, mati? Bukan, bukan itu kemauannya."Tidak. Aku hanya ingin tidur dengan waktu yang lama. Agar aku tak perlu mengetahui apa saja yang terjadi di dunia ini dan aku melupakan semua rasa sakit yang ada" ujar lelaki itu.

    Last Updated : 2021-02-02
  • The King Immortal   TK 19

    Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga."Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat."Achilles" jawabnya.Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu."Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya."Aku.." ujar lelaki itu menggantung."Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles."Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu

    Last Updated : 2021-02-04
  • The King Immortal   Prolog

    Siapa yang tahu jika dunia ini terbagi lagi dalam beberapa golongan, manusia adalah yang paling bodoh dan miskin. Mereka yang dianggap mitos, ternyata hidup di negeri atas. Yang manusia sebut, bernama kahyangan.Di dunia atas itu kita banyak di dongengkan dewa, dewi, malaikat, dan sosok baik hati nan cantik rupa tinggal. Yang kita sebut bangsa immortal. Tapi sebenarnya tidak seperti itu. Dongeng itu hanyalah sedikit cerita manis untuk menghibur anak-anak.Kisah yang sebenarnya ada disini. Di atas langit sana, terdapat sebuah kerajaan langit penguasa dunia immortal. Tempat dewa dewi, malaikat dan kaum bersayap lainnya tinggal.Kerajaan immortal namanya, dipimpin oleh seorang raja yang tegas, kuat dan bijak. Sebut ia Baswara.Raja itu hanya mencintai seorang perempuan, dia adalah dewi yang sederhana, baik hati, lemah lembut dan bersahaja. Kerajaannya semakin tersohor dipimpin bersamanya.

    Last Updated : 2020-12-30

Latest chapter

  • The King Immortal   TK 19

    Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga."Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat."Achilles" jawabnya.Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu."Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya."Aku.." ujar lelaki itu menggantung."Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles."Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu

  • The King Immortal   TK 18

    "Nggh.."Achilles tergugu ketika suara lenguhan menyapa telinganya.Matanya yang masih mengantuk dipaksakan terbuka dan melihat sekitar, ternyata lelaki yang diselamatkannya mulai sadarkan diri.Sontak Achilles langsung menghampirinya. Dengan pelan dan apatis dia menggoyangkan bahunya."Hey.. bangun.." ujar Achilles."Hm.. ahh" lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang pusing."Dimana aku?" tanyanya."Kamu sudah sadar?" timpal Achilles bertanya."Aku ingin pingsan saja, dan tidak bangun lagi" ujar lelaki itu."Hah? Kalau begitu mati saja" timpal Achilles.Lelaki itu menggeleng, mati? Bukan, bukan itu kemauannya."Tidak. Aku hanya ingin tidur dengan waktu yang lama. Agar aku tak perlu mengetahui apa saja yang terjadi di dunia ini dan aku melupakan semua rasa sakit yang ada" ujar lelaki itu.

  • The King Immortal   TK 17

    Seminggu berlalu.Tak terasa saja, hari sudah berganti minggu. Selama itu pula Evan terbang. Tanpa beristirahat sejenak pun. Kalian bayangkan, tanpa beristirahat sejenak pun!.Rasa sedih, kecewa, sakit dan perasaan-perasaan lainnya yang menumpuk di hati lelaki itu, membuatnya berlaku demikian.Tak kuasa dengan semu itu dan ingin melupakannya, namun Evan berlaku salah. Keinginannya itu justru menyakiti dirinya sendiri.Saat ini pun dia juga masih belum tahu dimana?. Setelah beberapa hari lalu di terbang diatas air atau padang pasir. Kini dibawah kakinya terdapat daratan. Ada tanah yang bisa dia pijak.Nging!Brak!Kepala Evan tiba-tiba berdengung. Pandangannya mengabur dan dewa itu kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya melayang jatuh kebawah, siap menghantam apa saja yang ada dibawahnya."Aku lelah.." gumam Evan memejamkan matanya.Ditempat lain

  • The King Immortal   TK 16

    Brak!Evan yang sedang melamun langsung terkejut ketika beberapa barang, jatuh tepat disampingnya.Dan si pelaku tampak menahan tangisnya, siapa lagi jika bukan Mikaila. Melihat sang ayah dengan nafas memburu seperti itu, lantas Evan berdiri menyamakan tinggi badannya."Cepat pergi dari sini" ujar Mikaila tegas."Ayah mengusir ku?" tanya Evan tak kuasa.Namun Mikaila enggan menjawab, hanya tangannya yang menunjukan arah kemana lelaki itu harus pergi."Aku tidak mau pergi ayah, aku akan tetap disi-""Kamu ingin ayah mati hah?!" ujar Mikaila berteriak."Kalau kamu tetap disini ayah akan bunuh diri!" tegasnya.Evan menggelengkan kepalanya, air mata sudah berada diujung pelupuk mata indah lelaki itu.Sret!Tanpa diduga, Mikaia membawa sebuah pisau runcing yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Dan dengan

  • The King Immortal   TK 15

    Saat ini para penasehat, dewi Chanda, Aristaeus dan kepala jendral sedang berkumpul melaksanakan rapat setelah membagikan bantuan kepada rakyat tadi.Permasalahannya tak jauh soal penyerangan bangsa iblis dan perang yang memungkinkan akan terjadi."Kita tarik semua dewa dewi muda dan jadikan mereka bala tentara perang" ujar dewi Chanda."Itu berarti kita mengobarkan masa depan immortal, aku tidak akan setuju" timpal Aristaues."Aku tidak membutuhkan persetujuan mu" ujar dewi Chanda."Tanpa kuantitas, immortal bisa kalah. Atau kamu memang ingin kerajaan ini hancur hah?" imbuhnya."Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain bertahan, tapi selama itu juga bukan berarti kita hanya diam" ujar salah satu jendral."Kita harus memperkuat pertahanan dan menyiapkan pasukan sebanyak mungkin untuk kemungkinan terburuk" imbuhnya."Lantas jendral setuju

  • The King Immortal   TK 14

    Kanagara sudah sadarkan diri, pangeran itu langsung mengeluhkan keadaan yang tengah mengelilinginya sekarang.Serangan, kerusakan, bangsa iblis, kemarahan rakyat, pelarian, prajurit, perang dan masalah-masalah lainnya. Membuat ia ingin tak sadarkan diri saja, sama seperti sang ayah yang saat ini sedang ditatapnya.Ya, untuk yang ke dua kalinya lelaki itu datang melihat raja di kamarnya. Tak ada yang berubah, orangtua itu terlihat damai nan asik dengan tidurnya."Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya tangan itu mengelus kepala ku" ujar Kanagara di samping sang ayah."Sejak lahir, kita tak pernah bermain. Jika ayah sadar jangan marah melihat sikap ku ini ya" imbuhnya tersenyum lucu.Berharap sekali saja, ada jawaban dari raja. Jujur Kanagara sangat lelah, dia ingin menyerah pada kehidupannya, yang menjadi kenyataan adalah, kehidupan rakyat biasa lebih enak daripada mengemban nama pangeran.

  • The King Immortal   TK 13

    Karena rasa penasaran yang besar, Mikaila pergi ke kota untuk melihat keadaan disana, tanpa sepengetahuan Evan tentunya dan hanya mengantongi ijin dari sang isteri, Austin.Wush!Wush!Wush!Mikaila sengaja tak pergi menggunakan direwolf agar anaknya tak curiga, dan sepanjang perjalanan matanya tak henti dibuat terkejut.Beberapa wilayah seperti terdampak sebuah serangan. Ditambah beberapa orang terlihat pergi membawa banyak barang.Apa mereka akan pergi berniaga? Atau kemana? Mikaila ingin bertanya soal itu, tapi ekspresi orang-orang yang terlihat kacau dan marah membuatnya urung. Mungkin jika dia memaksa bertanya, bukan jawaban yang akan dia dapatkan.Wush!Wush!Wush!Hingga akhirnya Mikaila melihat sosok teman berdagangnya. Dia pun langsung turun dan menghampiri dia."Nura!" sapa Mikaila."Mikaila! Apa i

  • The King Immortal   TK 12

    Immortal dalam keadaan sangat kacau, kerajaan tak mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat sebagaimana mestinya.Beberapa melakukan demo ditengah kerusakan istana, mereka menuntut bantuan kepada raja. Banyak rumah dan ladang yang hancur, dan tak ada satupun penyuluhan atas semua itu.Rakyat merasa diabaikan. Namun apa yang bisa dilakukan? Pihak kerajaan juga tak bisa berbuat apa-apa, terlebih ratu yang sibuk menangisi anaknya.Dewi Chanda tak sama sekali memperdulikan masyarakat di luar, dia tak ingin meninggalkan anaknya, padahal tabib jelas mengatakan hanya menderita luka ringan."Dewi Chanda! Masyarakat terus mengamuk diluar" ujar Arietaeus kembali mengingatkan.Perempuan itu merasa terpanggil, lantas kepalanya menoleh menatap sosok penasehat kerajaannya sedang berdiri sembari bersidekap tangan depan dada."Berani sekali kamu memanggil ku seperti itu" desis dewi Ch

  • The King Immortal   TK 11

    Evan dan kedua orangtuanya masih berdebat, akan tetapi hal itu terganggu dengan suara ledakan yang terdengar samar-samar dari rumahnya.Duar!Sontak Evan, Mikaila dan Austin berlari keluar rumah. Dapat mereka lihat ada asap mengepul dari arah kota."Ada apa itu ayah?" tanya Evan terkejut.Mikaila menggeleng, dia pun baru pertama kali melihat hal semacam ini terjadi. Evan sendiri dibuat semakin gelisah melihat kepulan asap itu."Ayah aku ingin pergi kesana" ujar Evan tiba-tiba."Jangan sayang itu berbahaya" timpal Austin khawatir.Ekspresi Evan lah yang membuat kedua orangtuanya ikut tak tenang, mereka jelas melihat gurat gelisah di wajah anaknya itu, meski tak tahu kenapa?."Perasaan ku tidak enak, entah karena apa. Aku tidak mengerti" gumam Evan.Mikaila dan Austin hanya bisa saling pandang, larut dengan pikirannya masing-mas

DMCA.com Protection Status