The Essence of Love

The Essence of Love

last updateLast Updated : 2021-06-04
By:Ā  KinantithaOngoing
Language:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
101 ratings. 101 reviews
24Chapters
2.0Kviews
Read
Add to library

Share:Ā Ā 

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Anandhita adalah gadis yatim berusia 19 tahun, yang baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atasnya. Berharap menemukan kesuksesan untuk menggapai cita-citanya di ibukota, nyatanya Anandhita si kembang desa justru terjerat cinta seorang pengusaha sukses yang tak lain adalah bigboss di tempatnya bekerja. Xavier Rhys, pria tampan nan arogan dengan sejuta pesona dan kekuasaan.Suatu hari Xavier mengalami kecelakaan hingga membutuhkan transfusi darah, dan secara kebetulan Ananditha adalah orang dengan golongan darah yang Xavier butuhkan. Meski sebelumnya Ananditha telah di usir dari rumah utama milik keluarga Rhys, karena fitnah Bella, wanita yang diam-diam menyukai Xavier sejak dulu. Anan tetap dengan ketulusan hatinya bersedia menjadi donatur untuk sang bigboss yang di cintainya tersebutAkankan mereka mampu bersatu dalam kisah cinta yang indah?Mungkinkah seorang Xavier, jatuh hati pada seorang pelayan?Simak terus kelanjutan kisahnya exclusive hanya di GoodNovel Indonesia By: Kinantitha (ig:kinantitha)

View More

Chapter 1

Izinkan Aku Pergi

   Hamparan sawah hijau membentang luas dengan begitu indah, kicauan burung pengganggu serupa musik penenang jiwa yang tengah di rundung gelisah. Seorang gadis berkulit kuning langsat dengan rambut ekor kuda yang masing-masing di jalin menyerupai kepang. Khas gaya anak desa.

    Wajahnya menekuk, padahal hari begitu cerah ... udara juga terasa begitu menyenangkan, tak begitu terik, namun tak juga hujan ... seperti mendung dengan angin sejuk yang bertiup sepoi-sepoi memanjakan kulit.

   Ananditha, gadis desa berusia sembilan belas tahun, yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah atas beberapa hari lalu. Lulus dengan predikat sebagai siswi terbaik, tak lantas membuat jalan menuju kesuksesannya mudah seperti membalikkan telapak tangan.

   Ayahnya telah tiada sejak usianya masih duduk di bangku taman kanak-kanak ... sebuah kecelakaan kerja merenggut paksa nyawa pria yang menjadi tulang punggung keluarganya kala itu. Tanpa ada pesangon atau sumbangan duka cita, sang ayah tak meninggalkan warisan apapun, selain hutang yang harus menjadi beban sang ibu di kemudian hari setelah kepergiannya yang mendadak dan tanpa pertanda apapun jua.

   Ananditha, si gadis manis bermata coklat ... adalah gadis baik hati nan penurut. Tutur katanya yang lembut, dan keramahan yang dimilikinya, membuat seorang Ananditha si gadis yatim ... cukup menjadi salah satu gadis yang di idolakan oleh para perjaka, dan calon menantu idaman bagi para orang tua di kampungnya.

   "Itu kenapa wajah kamu kusut banget?" seru Atika, salah seorang teman dekat Ananditha.


  "Sebenarnya aku ingin pergi kerja, tapi ibu tidak mengizinkan ...." keluh Ananditha.

  "Kemana?"

  "Kota, ingin mencari pengalaman ... mencari kehidupan baru," Ananditha menerangkan harapannya.

   "Mau kerja apa?"

   "Apa saja, asal halal ...."

   "Sepupuku bilang, kota itu jahat ... dia dulu pernah kerja di kota, bukannya pulang bawa harta, malah bawa anak," papar Atika.

   "Anak kan juga harta ...." balas Ananditha polos.

   "Tssk, bukan harta yang begitu juga yang dia inginkan An ... tapi uang yang banyak," jelas Atika, seolah Ananditha benar-benar tak memahami maksudnya.

   Ananditha mengangguk, baginya setiap orang punya takdirnya masing-masing. Apa yang di dapatkan Atika belum tentu juga ia dapatkan, sebaliknya pun begitu apa yang Ananditha miliki, belum tentu Atika memilikinya.


   "Aku beneran ingin coba merubah nasib di kota," cicitnya lirih. Sebagian keyakinannya kembali pupus melihat pertentangan sang ibu yang begitu keras, tak mengizinkannya keluar dari desa tempat tinggal mereka.

  "Kalau kamu pergi, lantas simbok sama siapa?" tanya Atika menyadarkan keegoisan Anandita.

  "Bi Rasmi, Kang Hasto ... mereka kan ada, tinggal tidak jauh dari rumahku,"

  "Tapi kan mereka punya kehidupannya sendiri, punya keluarga ...," protes Atika mengingatkan

  "Simbok kan tetehnya," Ananditha masih terus bersikeras.

  "Terserah lah, ada-ada saja ...," pasrah Atika.

   Bagi Atika kehidupan di desa adalah kehidupan paling ideal dan nyaman, namun tidak dengan pikiran bebas Anandita yang ingin mencicipi dunia luar, selain zona aman di sisi sang ibu.

  *****

   Ketika malam telah bergayut mesra di atas awan, berteman pendar cahaya bulan dan kerlip bintang-bintang. Ananditha tengah berpikir keras merangkai kata rayu, untuk di utarakan pada sang ibu. Sekali lagi dengan tekad kuat, Ananditha ingin pergi meninggalkan desa, menemukan kesuksesan di kota, tempat yang di bayangkan begitu menggoda, begitu indah di televisi yang selalu ia lihat dalam sinetron-sinetron yang di tontonnya.

  "Bu ...," panggil Anan pelan. Masih ada ragu, takut dan bingung ... dirinya harus mulai dari mana?

  "Hmm ...,"

  "Anan ... Anan ... hmmm."

  "Kalau kamu mau minta pergi ke kota, ibu melarang Nan," ucap sang ibu menyela ucapan Ananditha. "Kota itu kejam, kamu anak perempuan ibu satu-satunya."

   Ananditha hening, kembali mencoba berpikir cara apa yang dapat membuat sang ibu luluh hati, hingga memberikan izin untuk pergi.

    Belum usai pikirannya melanglang buana, sebuah deru suara motor menghampiri halaman pekarangan rumahnya. Membuat rencana Ananditha buyar seketika. 

   "Siapa itu? Coba kamu lihat," perintah sang ibu yang masih sibuk dengan kedelai di nampannya.

   Ananditha beranjak dari duduknya, melaksanakan perintah sang ibu, guna mengetahui siapa gerangan tamu yang datang di malam hari seperti ini.

   Dari balik tirai jendela, Ananditha memindai pria bertubuh tambun dengan jaket hitam yang tak asing baginya, "Kang Hasto," gumam Ananditha.


  "Assalamu'alaikum ... punten," seru Kang Hasto yang tak menyadari kehadirannya telah di ketahui oleh pemilik rumah.


   "Waalaikum salam," balas Ananditha seraya membukakan pintu untuk sepupunya itu. "Kang Hasto ternyata ... ada apa malam-malam begini?" tanya Ananditha langsung, tak mampu menahan rasa penasarannya.

    "Aku ya di suruh masuk dulu, duduk, di buatin teh anget dong Nan," protes Hasto dengan mimik wajahanya yang di buat se nelangsa mungkin.


    "Hehe ... penasaran aku Kang," kikuk Ananditha. "Sebentar ya, duduk Kang,"

    Ananditha berbalik, berjalan ke dapur kembali menemui sang ibu ... memberitahu kehadiran Hasto sekaligus menyiapkan teh dan kudapan yang kebetulan masih ada, sisa jualan hari sore tadi.

   "Siapa?" tanya sang ibu, tanpa memalingkan pandangannya ke Anan, yang mulai sibuk memasak air panas, untuk menyeduh tehnya.

  "Kang Hasto."

 

   Sontak sang ibu menghentikan pekerjaannya menyortir kedelai untuk dibuatnya menjadi tempe atau tepung dan di jual kembali esok atau lusa.

   "Ada apa katanya?" tanya ibu cemas. Ada gurat ketakutan di sana.

   Ananditha mengedikkan bahunya, sembari memindai ekspresi wajah ibu yang semakin bingung, "Anan gak tahu bu."

   Ibu beranjak dari duduknya, berjalan dengan sedikit tergesa untuk dapat segera tiba dan mendapar informasi apa yang Harso bawa, menuntaskan rasa penasarannya segera.

  "Has ...," panggil ibu.

   "Bi ...," balas Kang Hasto, sembari menggamit tangan ibu lalu menciumnya.

   "Abdi di suruh ambu ke sini,"

   "Ada apa?" Jawab ibu lagi. Belum melepaskan wajah penasarannya.

   "Ambu jatuh di kamar mandi karena darah rendahnya kambuh ...."


    "Dimana?" Kecemasan semakin terpancar di wajah tuanya.

    "Di rumah majikannya, di kota." Terang Hasto tertunduk. Wajahnya seketika muram.

    "Lalu, mengapa dia tidak pulang saja?" kembali dengan kebingungan ibu terus bertanya, mencecar jawaban atas kabar berita yang di bawa Hasto.

    "Belum ada yang menggantikan tugas ibu di sana ...."

    "Lalu?"


   "Abdi ke sini, berniat menanyakan apakah Ananditha bersedia menggantikan ibu di sana?" ungkap Hasto ragu, melihat mimik wajah sang bibi yang mendadak berubah tak suka.

    Ibu tak bergeming, tatapan mata tuanya memindai Hasto dengan rasa campur aduk, ia khawatir pada adiknya di sana, namun juga tak mungkin merelakan Ananditha pergi meninggalkannya.

   "Anan, tidak akan kemana-mana. Sawahku cukup untuk makan kami, dan bertahan hidup di sini, tak perlu bekerja jauh ke kota," terang ibu tegas.


    Hasto mengangguk, dirinya tahu ini tidak akan mudah ... dia mengenal betul watak keras Bi Ranty, adik dari ambunya ini.

   "Apa majikan Teh Ratna tak mengizinkannya kembali, tanpa pengganti? tanya ibu tak suka.

    Hasto menggeleng, "Ambu bilang majikannya begitu baik, sehingga ia tak tega meninggalkannya tanpa pengganti yang di rasa pantas dan mampu menggantikannya," tutur Hasto menerangkan seperti apa yang ibunya jelaskan.

    Ananditha datang menghidangkan teh dan kudapan berupa kue-kue basah yang biasa ia jual dan titipkan di beberapa warung sekitar dusunnya, sebagai mata pencaharian tambahan, selain hasil sawah milik ibunya.


    "Bu, izinkan aku pergi ya ...."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(101)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
101 ratings Ā· 101 reviews
Write a review
user avatar
The ShineOne
I think this is amazing stories ever. The stories are as if i were in the true story. The plot of the stories are good.
2024-11-11 18:29:12
0
user avatar
Hansa Allura
Bagusssssss😘✨
2021-07-02 11:31:56
0
user avatar
MetiMo
Suka bgd ama novelnya, semangt thorrrr up nyaaaa
2021-06-16 16:43:37
0
user avatar
Imam Khan Imnotterroriss
semangat berkarya mak..🤩🤩
2021-05-31 23:07:26
0
user avatar
Imam Khan Imnotterroriss
semangat makk
2021-05-31 23:06:38
0
user avatar
Anggraeni Puspitawati
ceritanya menarik
2021-05-31 23:05:14
0
user avatar
Anggraeni Puspitawati
love this novel
2021-05-31 23:04:52
0
user avatar
Anggraeni Puspitawati
good novel..syukaa sama ceritanya. .
2021-05-31 23:04:38
0
user avatar
Luna Lupin
Menarik nih, up lagi kaaak šŸ˜šŸ˜
2021-05-30 20:10:38
0
user avatar
Chocolatte
Gemes banget sama bela Btw semangat thor
2021-05-30 19:01:34
0
user avatar
Senjahari_ID24
seru thor šŸ˜
2021-05-30 10:16:31
0
user avatar
Syaesha
Lanjut terus kak
2021-05-29 13:10:36
0
user avatar
Syaesha
Lanjut terus kak
2021-05-29 13:10:34
0
user avatar
Syaesha
Lanjut terus kak
2021-05-29 13:10:34
0
user avatar
Syaesha
Lanjut terus kak
2021-05-29 13:10:34
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 7
24 Chapters
Izinkan Aku Pergi
   Hamparan sawah hijau membentang luas dengan begitu indah, kicauan burung pengganggu serupa musik penenang jiwa yang tengah di rundung gelisah. Seorang gadis berkulit kuning langsat dengan rambut ekor kuda yang masing-masing di jalin menyerupai kepang. Khas gaya anak desa.    Wajahnya menekuk, padahal hari begitu cerah ... udara juga terasa begitu menyenangkan, tak begitu terik, namun tak juga hujan ... seperti mendung dengan angin sejuk yang bertiup sepoi-sepoi memanjakan kulit.   Ananditha, gadis desa berusia sembilan belas tahun, yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah atas beberapa hari lalu. Lulus dengan predikat sebagai siswi terbaik, tak lantas membuat jalan menuju kesuksesannya mudah seperti membalikkan telapak tangan.   Ayahnya telah tiada sejak usianya masih duduk di bangku taman kanak-kanak ... sebuah kecelakaan kerja merenggut paksa nyawa pria yang menjadi tulang punggun
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more
Hello City World
  "Bu, izinkan aku pergi ya," rengek Ananditha dengan mata berkaca-kaca.   Ranty melihat Ananditha dengan tatapan dingin menusuk, membuat nyali Ananditha ciut, tak berani melanjutkan aksinya.    "Ambu tidak mungkin memberikan pekerjaan yang buruk pada Anan, Bi." seru Hasto meyakinkan Ranty kembali.    Masih dengan wajah yang di tekuk tidak suka, Ranty kini memandang Hasto dengan tatapan tidak suka.    "Apa yang dapat menjamin keselamatan Ananditha di sana?" tanya Ranty dingin. "Siapa yang akan bertanggung jawab pada keselamatan putriku, yang hanya satu-satunya ini?" lagi dengan ketus Ranty melontarkan tanya yang masih di tanggapi hening oleh kedua lawan bicaranya itu.   Hanya suara jangkrik, dan belaian angin malam yang kini membersamai keheningan tiga anak manusia beda generasi itu. Sebelum akhirnya sesaat kemudian, Anan bersimpuh di hadapan sang ibu, memohon dengan amat sangat untuk melulu
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more
Perjalanan Pertama
     Flashback on  Malam itu setelah Ananditha masuk ke dalam kamarnya, Ranty meminta Hasto menelpon Ratna, adiknya.   Ranty meminta Ratna menjelaskan segalanya, demi jaminan keselamatan Ananditha, putri semata wayangnya.   "Aman Ty, Anan akan baik-baik saja di sini ... majikanku baik banget, dan jarang di rumah, pekerjaannya juga gak berat," terang Ratna dari sebrang sambungan telepon itu.   "Kamu tahu Teh, Anan belum pernah pergi jauh dariku, siapa di sana yang akan menjaganya?" tanya Ranty masih ragu.   "Anan tidak bekerja sendiri Ty, di sini ada banyak pekerja ... dan mereka semua adalah teman yang baik untuk Anan,"   "Majikanmu, laki-laki, atau perempuan? Sudah berkeluarga atau belum?"   "Laki-laki muda Ty, dia pengusaha sukses, bisnisnya di mana-mana ... sering keluar negeri, jarang ada di rumah."   "Baiklah, aku percaya ... akan aku bicarakan dangan Hasto
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more
Hi Boss
  Empat jam perjalanan ... tidak membuat seorang Ananditha terlihat kelelahan, masih dengan penuh semangat gadis belia tersebut melangkah, memasuki pintu gerbang yang berukuran sangat besar itu, tingginya mungkin lima kali dari tinggi badannya. "Ini rumahnya Kang?" tanya Anan kagum. Pasalnya, di kampung tempat Anan tinggal tidak ada satupun yang memiliki rumah sebesar ini, meskioun dia seorang juragan kebun teh.  Hasto mengangguk, "Iya, ini rumah majikan Ambu." "Lebih mirip istana, daripada rumah."  "Berdoa, siapa tahu kamu besok punya rumah seperti ini Nan," ucap Hasto menggoda sepupunya itu "Mimpi!" seru Ananditha, mengundang gelak tawa Hasto dan dirinya bersamaan.  Seorang berseragam security terlihat bersiaga tepat di dekat pos penjagaannya.  "Pak Wardi!" panggil Hasto yang sepertinya sudah mengenal pria bertubuh tinggi dan gagah dengan kumis tebal.  Seseorang bernama W
last updateLast Updated : 2021-05-06
Read more
Perkenalan
  Malam kian larut, di sudut rumah besar tersebut terdapat sebuah jam besar berdiri kokoh, dengan suara dentangan yang membahana di seluruh ruangan pada waktu-waktu tertentu, seperti beberapa menit yang lalu.  Ananditha masih terjaga, majikan tampan tempatnya akan mengabdi sejak hari ini belum juga terlihat batang hidung bangirnya yang sempat menggoda iman Ananditha siang tadi. Sedangkan, jarum jam sudah menunjukkan pukul 23:10 waktu Indonesia bagian barat.  Sebuah novel romance menjadi teman Anan, menanti kepulangan seorang Xavier malam ini. Seperti pesan bi Ratna sebelum kembali ke kampung halamannya bersama Hasto sore tadi. Anan harus berjaga hingga sang majikan masuk ke dalam kamarnya dan memastikan segala kebutuhannya telah terpenuhi, tanpa ada kurang. Sebab, ini adalah hari pertamanya bekerja di sini.  Sebuah derap langkah sepatu yang bertumburan dengan lantai marmer samar-samar mulai mendekat, bersamaan dengan lampu ruang tamy
last updateLast Updated : 2021-05-06
Read more
Perkenalan (2)
   "Aku suka kopi buatanmu malam ini, aku harap kau stabil meraciknya," pesan Xavier saat langkah Anan tersisa beberapa langkah lagi saja untuk segera keluar dari kamarnya.    Anan kembali membalikkan tubuhnya, mengangguk, seraya memegangi jantungnya yang nyaris terlepas dari tempatnya, sebab keterkejutan yang di dapati dari suara bariton yang tanoa aba-aba tersebut. "Baik Tuan, saya pamit." balas Anan sopan.   Sesampainya di dalam kamar Ananditha tak dapat tidur, padahal kasur di sini lebih bagus dan empuk di bandingkan dengan tempat tidur yang biasa ia tempati sebagai peraduan mimpi di rumahnya.   Kata-kata "besok aku akan aku akan berkenalan lebuh lanjut"  yang Xavier ucapkan tadi, menjadi momok tersendiri baginya. Dalam bayangannya entah apa yang akan dilakukan oleh Tuan muda itu esok padanya.   Kembali Anan merindukan sang ibu, malam ini meruoakan malam oertama baginya t
last updateLast Updated : 2021-05-07
Read more
The Beautiful Housemaid
  "Duduk!" perintah Xavier ketus membuat jantung Anan kembali ngilu, karena ritmenya yang kencang dan tidak beraturan.    Ananditha patuh, dengan penuh kehati-hatian dirinya duduk di sebuah sofa berwarna maroon berbahan bludru yang begitu lembut, empuk dan sangat nyaman.   Dengan penuh perhatian Xavier memindai pelayan pribadinya ini. Sangat berbeda dengan sang bibi ya yang telah berusia lanjut, Xavier justru merasa kedepannya, bukan Anan yang akan melayaninya, melainkan Xavierlah yang akan melayani Anan.   "Cantik!" batin Xavier dalam hati.   Sebuah senyum smirk tercetak sempurna di bibir Xavier, melihat betapa kikuknya Anan yang seperti di penjara berada dalam ruangan kerja mewah tersebut.   "Salam kenal, nona Ananditha," sapa Derryl ramah, penuh senyum. "Saya Derryl Antoni, sekretaris pribadi, Tuan muda Xavier," terang Derryl masih dengan senyum menawan.   Ananditha menyambut uluran t
last updateLast Updated : 2021-05-08
Read more
Tidur di Sini
  Hari ini tidak ada agenda Xavier makan siang di rumah seperti kemarin, bahkan menurut jadwal yang sekretaris Derryl sampaikan, Xavier akan kembali setelah makan malam. Sekitar pukul sepuluh malam.   Dengan santai, Ananditha melakukan aktivitas membersihkan kamar Xavier, tanpa merubah tata letak barang-barang yang ada di sana. Hanya sekedar menjauhkan debu dan merapikan. Tanpa membuang selembarpun kertas yang ada di sana. Begitu pesannya.   Sambil sesekali mengambil foto dengan beraneka gaya di beberapa sudut kamar Xavier. Ananditha begitu polos, tanpa menyadari CCTV yang terpasang di dalam kamar tersebut.   Ananditha bersenandung dan menari gembira, gadis belia yang pada dasarnya memiliki sifat periang, ceria dan manja ini, begitu menikmati tugasnya hari ini, tanpa merasa terintimidasi oleh tatapan sang bos yang seringkali membuat bulu halus di tengkuknya meremang, ngeri.   Di lain tempat, Xavier dengan senyu
last updateLast Updated : 2021-05-10
Read more
Dream
  "Apa? ... ti-tidur di sini?" beo Anan tidak menyangka Xavier akan memberikan perintah seperti itu.   Xavier mengangguk dan tidak mengulang perintahnya, seraya berbalik arah kembali pada tujuan awalnya untuk membersihkan tubuhnya yang lengket akibat peluh.   Sementara itu Anan yang di tinggalkan  Xavier begitu saja, merasa kikuk, bingung ... "Perintah macam apa ini?" batin Anan   Butuh waktu sekian menit untuk Anan kembali pada kesadarannya. Melangkah keluar kamar, menuju dapur menyampaikan pesan Tuan muda-nya.   Setelahnya Anan tidak langsung kembali ke kamar Xavier seperti yang diperintahkansang majikn tersebut. Anan justru kembali ke kamarnya, berdiam di atas kasurnya. Memganggap perintah bos-nya kali ini hanyalah gurauan.  Hingga tak selang beberapa menit kemudian ponsel Anan berdering, sebuah nama yang tidak asing muncul di layar bemda pipih tersebut  dan memacu detak jantungngya hingga berdebar
last updateLast Updated : 2021-05-12
Read more
Mie Instan
  "Anan, apa kau sudah tidur?" tanya Xavier yang telah keluar dari toilet.   "Belum Tuan," jawab Anan yang masih berusaha menghitung domba untuk kembali terlelap.   "Aku mendadak ingin makan mie instan," ujar Xavier santai.   "Haiss ...sudah jam berapa ini?" batin Anan kesal.   "Apa kau keberatan untuk menolongku membuatkannya?" tanya Xavier lagi dengan tatapan memelas.   Anan beranjak malas dari posisi tidurnya, "Tidak Tuan, baiklah ... akan aku buatkan."   Anan hendak melangkah keluar dari kamar Xavier, ketika tanpa dinduga Xavier juga ikut bangkit dari kasurnya ... berjalan mengikuti langkah kecil Anan di depannya.   "Tuan, Anda mau kemana?" tanya Anan bingung.  "Ingin melihatmu memasak mie instan."   "Tuan, aku bisa melakukannya ... percayalah."   Xavier tidak menghiraukan perkataan Anan, langkahnya tetap menyamai langkah Anan, hingga
last updateLast Updated : 2021-05-14
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status