The CLASSMATE

The CLASSMATE

Oleh:  nanaanisaa  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
23 Peringkat
9Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kiara Margareth, adalah seorang siswi dari kalangan biasa yang harus beradaptasi dengan murid ambisius dari kalangan elite. Perangainya lugu namun penuh tekad. Caldera High School nama sekolahnya, pencetak murid-murid genius yang mengharumkan nama bangsa. Suatu hari, setelah Kiara mengatur ulang jadwal belajarnya, ia berhasil meraih peringkat pertama paralel Caldera High School atas penilaian semester pertama kelas XII. Berada di tiga besar selama hampir tiga bulan, perlahan Kiara mengerti betapa gilanya Caldera. Dapatkah Kiara bertahan di lingkungan ambisius? Atau memilih teori evolusi Darwin dimana semuanya saling bersaing untuk bertahan hidup (seleksi alam)? Mungkinkah keadaan berubah seperti yang dikemukakan Lamarck dimana semuanya beradaptasi menurut lingkungan tanpa ada persaingan (teori adaptasi)? Temukan kelanjutan kisah Kiara di sini!

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Pinokio
Aduh jadi kepikiran aku sebagai anak ipa yang ga jago kimia, fisika :( Good thorr ceritanya ada pengetahuannya keren
2021-10-27 08:00:14
1
user avatar
aledphia
sinopsisnya bikin mikir, udah kebayang persaingan di sekolah elit, penasaran!
2021-10-27 00:45:00
0
user avatar
Suci AD
Ceritanya seru. Semangat author
2021-10-25 01:07:18
0
default avatar
irnawati.nurfadilah
Bagus kak, semangat lanjut chapter berikutnya yah..
2021-09-28 11:32:26
1
user avatar
Cacak Endik
Uwooow mantap tulisannya semangat selalu
2021-09-28 10:19:38
1
user avatar
Ardaliewarts
Suka banget sama cara penulisannya. Semangat, kak!
2021-09-28 05:40:09
1
user avatar
Anihara
Ceritanya bagus kak. Semangat nulisnya ......
2021-09-27 14:05:31
1
default avatar
bittermelon
Menarik banget. Kapan up thor
2021-09-27 13:34:47
1
user avatar
Susi_miu
Bagus, kak. Tulisannya rapi. Suka banget. Semangat nulisnya, kak.
2021-09-27 13:07:37
1
user avatar
Eneng Susanti
Mantap. Keren. Benar-benar teenlit yang berbobot. Bukan sekedar cerita yang menghibur, tapi juga menyajikan pengetahuan. Jarang ada cerita remaja yang mengangkat sisi keilmuan kayak gini tapi disajikan dengan plot dan penuturan yang asik. Fix masuk rak pustaka deh ini.
2021-09-26 23:58:50
2
user avatar
Aksara Rindu
Keren dan seru ceritanya. Lanjut ya Thor
2021-09-26 14:24:32
1
user avatar
miss.possan
blurbnya menarik thor, tadi aku udh baca dan konfliknya bikin aku nostalgia. aku masukin rak!
2021-09-26 09:53:44
1
user avatar
Pena Air
Mantab nih cerita sekolah
2021-09-26 09:41:06
0
user avatar
Bill
Teenfict berbau kelas unggulan nih semangat kakak
2021-08-07 17:39:36
1
user avatar
Dewa Amour
Keren Thor ... lanjut semangat up!
2021-08-06 15:43:36
1
  • 1
  • 2
9 Bab

Section : 0 ㅡ Prolog

Seminggu sebelumnya ... “Tes hari ini kita akhiri dengan kuis tentang konsentrasi larutan.” Akhir semester II tidak selesai hanya dengan raport yang disampaikan ke seluruh wali murid. Tapi juga ujian penempatan, yang akan memutuskan di kelas mana murid – murid Caldera High School ditempatkan. Hal itu dikarenakan sekolah itu menerapkan sistem beasiswa, dimana setiap kelas diurutkan berdasarkan total akhir akumulasi nilai. Tidak ada yang mengeluh di kelas itu. Tiga puluh enam muridnya duduk tegak dan siap dengan alat tulis masing – masing.  “Presentasi 45 gram garam yang dicampurkan dengan 155 air adalah ... “ Hanya tiga detik, sampai seoran
Baca selengkapnya

Section : 1 ㅡ Midnight Memories

Pertengahan malam di hari terakhir tahun 2020, tidak ada yang tidur. Pantai menjadi tempat berkumpulnya orang merayakan pergantian tahun. Menunggu sampai jarum pada jam gadang di daerah wisata itu berdenting tepat di angka 12.Selalu menjadi waktu yang paling ditunggu – tunggu. Hari terakhir, lembaran terakhir, dan harapannya akan menjadi kemalangan terakhir. Harap demi harap kerumunan orang itu sepertinya sama. Berharap tahun depan menyingkirkan keburukan tahun ini. Berharap tahun depan adalah lembaran baru yang membawa perubahan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.Semua orang menahan napas ketika denting menunjukkan kurang dari 30 detik. Di detik – detik itu, semua orang menyatukan tangan dan memejamkan mata. Menyatukan harap yang sama. Kemudian pada detik – detik terakhir. Saat jam besar itu berdentang nyaring, ratusan kembang api diletuskan ke langit. Menghiasi cakrawala gelap dengan kerlip bintang dan gemerlap cahaya warna
Baca selengkapnya

Section : 2 ㅡ That Nights

Kiara menoleh. Menunjukkan wajah yang bersemu merah. Ditemukannya seorang remaja laki – laki dengan tatapan mata yang tajam namun memiliki bulu mata lentik. Garis rahang tegas menghiasi bibir tipis yang pucat karena dinginnya samudra. Kulit putih bersih memberlihatkan urat di lengan saat laki – laki itu mengusap jejak di bibirnya.“Lo bisu?”“N-nggak.”Tatapannya semakin tajam. “Kenapa lo nolongin gue?”“Heh?” Kiara menaikkan kedua alisnya tinggi – tinggi. “Lo pikir siapa yang bakal tinggal diam waktu lihat orang mau berhenti hidup?”“Kenapa lo peduli?”“Karena gue masih punya kemanusiaan!”Laki – laki itu berdecih, menundukkan kepala, membawa air menetes dari ujung rambutnya. “Sial!”“Sekarang gue tanya. Kenapa lo
Baca selengkapnya

Section : 3 ㅡ VIP

 “Jadi ... namanya Aska?” Pertama kali seumur hidupnya, Kiara merasa otaknya bekerja sangat lambat. Seluruh tubuhnya kaku. Nyaris tak bergerak kecuali kelopak matanya yang mengerjap. Sebuah anggukan kecil dari Acha lantas membuat Kiara meluruhkan bahu serendah – rendahnya.  Oh Tuhan, bagaimana Kiara harus menjalani harinya setelah ini? “Kamu boleh duduk.” Kemudian Pak Yustin mempersilahkan Aska duduk. Sedetik kemudian, mata tajam cowok itu menyisir seluruh kelas, menemukan bangku kosong yang dia pikir adalah tempatnya. Aska mematri langkah panjang, bahu tegap dan dagunya terangkat. Seolah menunjukkan bahwa seluruh hidupnya tidak pernah ada kata ragu. Kiara hanya berani melirik melalui sudut matanya. Pergerakan santai dan aroma parfum wood yang bercampur dengan nikotin. Sejurus kemudian tubuhnya tegang sempurna oleh derit kursi yang ditarik terdengar per
Baca selengkapnya

Section : 4 ㅡ Logical Fallacy

“Jadi ini orang yang ngatain gue berhasil masuk Laude Class karena campur tangan bokap? Main kotor, ya?”    “Yoi, Bos!”   Lokasinya terletak di gedung timur Caldera High School, kelas XII/C.4, kelas murid biasa, kelas yang dihuni murid – murid peringkat bawah. Seharusnya tidak menjadi tempat kakinya berpijak, apalagi sekedar mengurusi sampah yang dengan bodoh mencampuri urusannya. Lagipula, siapa yang tidak tersinggung difitnah demikian?   Aska mengambil duduk di meja Davin. Almamaternya ditinggalkan di kelas, menyisakan kemeja putih tanpa atribut yang kedua lengannya digulung dua kali. “Ngomong depan gue langsung kalau berani.”   Siapapun pasti akan terintimidasi dengan tatapan tajam Aska. Termasuk Davin, yang hanya bergeming di tempatnya. Mengalihkan pandang ke tangannya yang mengepal di bawah meja.   “Mental banci!”    Aska menjejak kasar tubuh b
Baca selengkapnya

Section : 5 - Gold, Genius, Gifted

 **** Prak! Dari kursi yang biasa diduduki perawat, Kiara tersentak dengan suara buku tebal yang dibanting ke atas meja di hadapannya. Wajahnya segera terangkat menghadap si tersangka. “Gue nggak berterimakasih.” Kalimat itu membawa dialog malam tahun baru. Aska hanya mengawasi pergerakan Kiara dengan wajah datar. “Sekarang tugas lo.” “Iya iyaaa,” sahut Kiara malas. Jemarinya bergerak menarik kotak P3K dan membawanya ke bangsal UKS. Sementara Aska mengekor di belakangnya. “Lo habis ngapain, sih, bisa babak belur kaya gitu?” Sebelum cowok itu berniat menjawab, Kiara buru – buru menyela, “Oh iya, lo nggak bahas masalah pribadi ke orang asing, ‘kan? Maaf maaf.” Sekali lagi Aska melayangkan death glare-nya pada cewek cerewet yang gemar sekali mencampuri urusa
Baca selengkapnya

Section : 6 - Manipulative

“Lo nggak seharusnya ngomong kaya gitu ke Davin,” tegur Darren. Setelah Davin menjauh dalam radius kisaran 10 meter. Aska mengedikkan bahu tidak peduli. “Emang harusnya gue ngomong apa?” Darren membuang muka mendengar pertanyaan bdoh dengan nada sangat menyebalkan itu. “Lebih baik nggak ngomong apapun daripada dia sakit hati sama ucapan lo.” “Lo pikir gue peduli?” Si cowok berkacamata itu mendesis pelan sembari maju selangkah mendekati Aska. “Gue nggak habis pikir sama kelakuan lo. Sebenarnya apa, sih, yang lo mau dari kita?” Butuh tiga detik bagi Aska untuk berpikir, kemudian menjawab, “Jangan terlihat di hadapan gue lagi.” “Lo yang punya masalah, harusnya lo yang menghindar.” “Gue nggak ngerasa punya masalah sama siapapun,” ucap Aska dengan n
Baca selengkapnya

Section : 7 - Another Him

  Awan putih membentang luas di cakrawala. Menurunkan rintik lembut gerimis disela petang tanpa matahari. Mendasari Darren membelokkan motornya ke salah satu warteg yang dia lewati. Warteg sederhana dekat lampu merah di persimpangan.   Indomie kuah yang ditaburi potogan cabai rawit merah dan telur mungkin bakal jadi menu yang sempurna sore ini. Huh! Membayangkan saja Darren sudah ngiler.   Cowok itu pun melepas helm full face di kepalanya. Gegas mengambil langkah panjang masuk ke dalam warung. “Indomie kuah plus telur, cabe rawitnya yang banyak ya, Bu,” pesannya pada si penjual dengan senyum termanis.   “Oke, Mas! Ditunggu, ya!”   “Siap, Bu.” Pandangan Darren beredar mencari bangku kosong ditengah ramainya pengunjung yang mayoritas adalah bapak – bapak. Kemudian menyipitkan mata, terasa tak asing saat melihat gadis di sudut ruang yang sedang belajar.   Darren mengham
Baca selengkapnya

Section : 8 - Thanks

-flashback- Malam tahun baru, ketika Aska mulai pesimis dengan dirinya sendiri. Di tepian tebing karang, ia berdiri dengan putus asa. Melalui hembusan napasnya, ia mengeluh. Mengumpati semesta, menyalahkan Sang papa, mengutuk seisi bumi. Apapun itu. Asalkan itu bisa membuatnya merasa lepas. Lepas dari seluruh beban di dunia ini.   Sekali lagi Aska melirik riak air dibawahnya. Tampak dingin, gelap, dan dalam. Laki-laki itu tidak pernah tahu apa yang terjadi kemudian setelah ia menjatuhkan diri. Namun bila dibayangkan, sepertinya mengerikan.   “Kenapa ... Caldera mengincarku?” Desahan lirih mungkin hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Sepersekian detik selanjutnya, ia memejamkan mata. Menghirup dalam-dalam amis lautan hingga memenuhi paru-parunya, hingga dadanya terasa sangat sesak.   Lalu dengan ragu, perlahan menjatuhkan tubuh. Menjeblak permukaan air, memperdengarkan kecipak menakutkan. Dingin dan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status