Share

Terpikat Pesona Paman Suamiku
Terpikat Pesona Paman Suamiku
Author: Abigail Kusuma

Bab 1. Trapped by the Jerk

“Berikan aku vodka,” ucap Kimberly dingin pada sang bartender.

All right, Miss,” sang bartender langsung memberikan minuman yang dipesan oleh Kimberly

Kimberly menenggak vodka hingga tandas. Tak hanya satu gelas saja, tapi dia terus meminta sang bartender memberikannya minuman beralkohol tinggi itu. Sesekali, Kimberly melihat lautan manusia yang ada di lantai dansa. Rasanya wanita itu ingin menertawakan dirinya sendiri.

Semua orang berpasangan. Mereka tampak begitu mesra, sedangkan Kimberly? Wanita itu duduk di tempatnya meminum alkohol—seraya sedikit menari mengikuti alunan musik jazz yang tengah diputar oleh Disk Jockey.

Wanita berambut cokelat tebal dan bermata hazel itu sejak tadi tak luput dari pandangan banyak pria yang menatap dirinya. Tak tanggung-tanggung, para pria bahkan mengajaknya berkenalan dan juga berdansa. Akan tetapi, belum ada satu pun pria yang menarik di mata Kimberly.

“Whisky, please.” Suara berat milik seorang pria berbicara pada sang bartender begitu terdengar di telinga Kimberly.

Kimberly menoleh pada sosok pria yang duduk di sampingnya. Mata wanita itu menyipit menatap pria yang tampak tak asing itu. Kening Kimberly mengerut berusaha mengenali sosok pria itu. Namun, sayangnya alkohol begitu menguasai otaknya membuat Kimberly kesulitan mengenali pria yang meminta whisky pada sang bartender.  

Tampan. Sangat tampan. Itu yang Kimberly nilai tentang paras pria yang ada di dekatnya itu. Hanya saja Kimberly tak mampu mengingatnya. Dalam otak Kimberly—pria di sampingnya itu adalah pria yang paling tampan dari semua pria yang sejak tadi berusaha mendekatinya.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” Pria asing itu menyesap whisky yang baru saja diberikan oleh sang bartender. Tatapannya tak lepas menatap Kimberly yang sejak tadi menatapnya. Senyuman samar di wajah pria itu terus terlukis, senyum yang mampu menggoda para kaum hawa.

“Apa kita saling mengenal? Wajahmu tak asing di mataku. Aku seperti pernah melihatmu,” ucap Kimberly setengah mabuk. Dia menatap dalam sosok pria tampan yang ada di hadapannya. Tubuh gagah dan maskulin pria itu terbalut oleh jas berwarna hitam, rahangnya tegas, hidungnya mancung menjulang melebihi bibir.

Kimberly mengakui sosok pria di hadapannya ini layaknya pahatan patung Dewa Yunani yang sempurna. Bahkan di kala pria itu menyesap minumannya—pria itu tampak sangat seksi di mata Kimberly. Ini sudah gila! Alkohol membuat kewarasan di otaknya menghilang. Bisa-bisanya dia mengagumi pria asing.

“Menurutmu apa kita saling mengenal?” Pria itu mendekat pada Kimberly. Mengikis jarak di antara mereka. Sepasang iris mata cokelat itu seakan mampu menghipnotis Kimberly.

Kimberly terkekeh pelan. “Mungkin kau hanya mirip dengan pria yang aku kenal. Lupakan saja. Kepalaku sedang pusing. Jadi pasti aku salah mengenali seseorang.”

“Kenapa kau sendiri di sini?” tanya pria itu dengan sorot mata yang begitu lekat pada Kimberly. “Dari wajahmu menunjukkan kau seperti wanita yang patah hati. Apa kau memiliki masalah dengan pasanganmu?” Pria itu kembali bertanya. Nada bicaranya serak dan rendah begitu menggoda.

“Patah hati?” Kimberly mulai tertawa. “Kenapa aku harus patah hati? Come on, aku ke sini karena bosan di rumah. Tidak ada kata patah hati untuk seorang Kimberly Davies.”

Senyuman misterius di wajah pria itu terlukis. Mata sayu Kimberly begitu menggodanya. Tubuh wanita itu indah. Bahkan sangat indah. Lekuk tubuh sempurna. Payudara yang padat dan berukuran menantang membuat pria itu tak lepas menatap Kimberly. Balutan gaun berwarna merah bermodel kemben sangat cantik dan seksi. Kimberly bagaikan angel yang ada di tengah-tengah klub malam.

“Kalau begitu kita sama. Aku juga sendirian di sini. Apa kau mau berdansa denganku?” pinta pria itu seraya menatap Kimberly yang mabuk.

“Apa aku harus menerima tawaranmu?” Kimberly membalikkan pertanyaan pria itu.

Namun, tiba-tiba tubuh Kimberly nyaris terjatuh. Pria itu sangat sigap menangkap tubuh Kimberly. Jarak mereka begitu dekat dan intim. Aroma parfume maskulin menyeruak ke indra penciuman Kimberly membuat darah wanita itu seolah mendidih. Aroma itu sukses membuat endorfin dalam dirinya bergejolak hebat. Otaknya mulai menyusun fantasi-fantasi liar kala pria asing yang tampan itu memeluk dirinya.

“Akan lebih baik jika kau menerima tawaranku. Kau kesepian dan aku pun kesepian,” bisik pria itu serak di depan bibir Kimberly. “Kita sama-sama membutuhkan.”

Kimberly tersenyum dengan mata yang sayu. “Well, kalau begitu jangan bertanya. Silakan bawa aku ke lantai dansa.”

Seringai di bibir pria itu terlukis. Tak banyak bicara, pria itu langsung membawa Kimberly ke lantai dansa bergabung dengan lautan manusia yang sejak tadi terdansa menikmati detuman musik. Malam semakin larut, keadaan suasana klub malam itu semakin meriah dan ramai.

Musik jazz berganti dengan musik slow motion. Pria asing itu memeluk erat pinggang Kimberly. Mereka berdansa dengan sangat mesra seperti layaknya pasangan yang tengah memadu kasih.

“Kimberly … namaku Kimberly. Kenapa kau belum mengajakku berkenalkan?” racau Kimberly kian mabuk. Tangan cantik wanita itu melingkar di leher sang pria asing yang mengajaknya berdansa. Meski mabuk tapi Kimberly menyadari pria yang mengajaknya berdansa ini belum sama sekali memperkenalkan diri.

“Tadi kau sudah menyebutkan namamu, Kim,” bisik pria itu seraya membelai begitu lembut pipi Kimberly.

Mata Kimberly semakin menyipit. “Kau curang. Kau belum memperkenalkan namamu.”

Pria itu tersenyum. Lantas dia menarik dagu Kimberly sambil berbisik serak, “Aku yakin kau pasti tahu namaku.”

Tampak kening Kimberly mengerut mendengar ucapan pria itu. Otaknya mulai bekerja mencerna. Namun, alkohol yang terlalu banyak telah menguasai jalan pikiran dan ingatan Kimberly. Akhirnya, Kimberly tak mau ambil pusing dengan ucapan pria itu.

“Kenapa pria tampan sepertimu sendirian?” racau Kimberly lagi.

Pria itu terkekeh rendah dan terdengar seksi. “Aku tidak sendirian. Aku sedang berdansa denganmu.”

“Ah, iya. Kau benar.” Kimberly berjinjit—lalu dengan berani dia mengecup bibir pria itu. Awalnya hanya sebuah kecupan saja, tapi perlahan Kimberly melumat bibirnya.

“Amatiran.” Pria itu menangkup kedua pipi Kimberly, menatap mata sayu Kimberly. “Ciumanmu itu masih amatiran, Kim.”

Show me how to do the right kiss,” bisik Kimberly menggoda.

Mendengar respon Kimberly, pria itu langsung membenamkan bibirnya di permukaan bibir Kimberly, melumat dengan lembut, menggigit pelan bibir wanita itu agar membuka mulutnya. Desahan panjang lolos di bibir Kimberly kala pria itu mencium bibirnya dengan begitu panas dan liar. Ciuman pria itu seolah melumpuhkan saraf di sekujur tubuh Kimberly.

You’re a good kisser,” bisik Kimberly menggoda tepat di depan bibir pria itu. “Temani aku malam ini. Aku ingin menghabiskan malamku denganmu.”

Pria itu membelai bibir ranum Kimberly dengan jemarinya. “Jangan menantangku, Kim. Kau akan menyesali keputusanmu itu.”

“Aku tidak mungkin menyesalinya. Malam ini temani aku. Bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan kita adalah dua orang yang kesepian?” Kimberly merapatkan dadanya ke dada pria itu. Nadanya berbisik menggoda dan sukses membuat pria itu menggeram akibat suara seksi Kimberly.

Pria itu menarik dagu Kimberly, melumat kembali bibir ranum Kimberly, lalu berubah agresif dan menuntut. Tangan pria itu pun semakin memeluk pinggang Kimberly dengan erat. Memberikan remasan pelan, menyalurkan sensasi yang telah terselimuti api hasrat yang telah membara.

You know, Kim, once you give up yourself to me, there is no chance of backing out.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ismail 05
lumayanlah, menghilangkan streessss
goodnovel comment avatar
Santi Triyana
sudah pernah baca difizo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status