LOVE SICK

LOVE SICK

last updateLast Updated : 2022-09-11
By:  Kumara  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
37Chapters
3.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

(21+) Di usianya yang telah menginjak 28 tahun, hidup Biola terlihat begitu sempurna dari luar, semua berjalan melebihi harapannya. Selain baru saja mendapatkan promosi sebagai manager di toko buku tempat dia bekerja, Dion, kekasih tampan yang sudah tiga tahun menemaninya pun berniat akan segera meminangnya. Semua terlihat begitu mulus baginya! Namun Biola tak pernah menduga, bahwa kehadiran karyawan baru yang lima tahun lebih muda darinya akan langsung menjungkir-balikkan seluruh mimpi indah yang baru saja dia rajut bersama Dion. Marko, pemuda 23 tahun yang baru saja dipindah-tugaskan ke toko buku tempat Biola bekerja, pemuda iseng yang secara tiba-tiba hadir mengusik hari-hari Biola dengan tingkah usilnya yang kekanakan. Waktu yang mereka habiskan bersama secara ajaib pula menciptakan benih-benih ketertarikan di hati Marko. Meski demikian, sekuat apapun dia mencoba, di mata Biola, dia tidaklah lebih dari seorang anak-anak, bocah ingusan. Namun, jika betul Biola tidak punya rasa dengan Marko, mengapa pula dia harus cemburu tiap kali melihat Marko bersama kekasihnya? Terlebih setelah satu malam gila yang mereka habiskan bersama! Semua menjadi lebih pelik dari dugaannya ketika Biola mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung! Lantas, anak siapa yang ada di rahimnya? Bagaimana caranya untuk menghadapi rentetan masalah yang kini menjeratnya? Bagaimana akhir dari kisah cinta mereka yang kompleks? Pada siapakah pada akhirnya hati Biola tertaut?

View More

Latest chapter

Free Preview

KEKASIH POSESIF

Mata indah milik Biola perlahan terbuka ketika dia bisa merasakan benda lembut agak basah menyentuh ujung bibirnya yang manis. "Hnggg ...."Sambil bergumam pelan, dia mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Rasanya nyaman, hangat, aroma tubuh Dion yang khas menyapa indera penciumannya dengan cepat. "Selamat pagi, Tuan Puteri ..."Pagi itu menjadi lebih sempurna ketika sebuah suara yang lembut dan agak dalam menyapa lembut telinga Biola. Itu jelas suara Dion."Hm ... pagi, Sayang ..." sapa Biola seraya merenggangkan kedua tangannya yang kaku. Kedua mata almond itu terbuka, dilihatnya wajah tampan Dion begitu dekat dengannya, hanya berjarak sekitar lima senti saja darinya. Pria berkulit putih pucat itu tersenyum lebar dengan mata yang agak bengkak. Meski sejak dua bulan lalu memutuskan tinggal bersama dan membuat keduanya selalu bertemu setiap hari, rasanya Biola tak pernah bosan menatap wajah tampan kekasihnya itu. Masih bisa dia ingat jelas, bagaimana pertemuan mereka sekita

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
37 Chapters

KEKASIH POSESIF

Mata indah milik Biola perlahan terbuka ketika dia bisa merasakan benda lembut agak basah menyentuh ujung bibirnya yang manis. "Hnggg ...."Sambil bergumam pelan, dia mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Rasanya nyaman, hangat, aroma tubuh Dion yang khas menyapa indera penciumannya dengan cepat. "Selamat pagi, Tuan Puteri ..."Pagi itu menjadi lebih sempurna ketika sebuah suara yang lembut dan agak dalam menyapa lembut telinga Biola. Itu jelas suara Dion."Hm ... pagi, Sayang ..." sapa Biola seraya merenggangkan kedua tangannya yang kaku. Kedua mata almond itu terbuka, dilihatnya wajah tampan Dion begitu dekat dengannya, hanya berjarak sekitar lima senti saja darinya. Pria berkulit putih pucat itu tersenyum lebar dengan mata yang agak bengkak. Meski sejak dua bulan lalu memutuskan tinggal bersama dan membuat keduanya selalu bertemu setiap hari, rasanya Biola tak pernah bosan menatap wajah tampan kekasihnya itu. Masih bisa dia ingat jelas, bagaimana pertemuan mereka sekita
Read more

MARKO

Kulitnya yang sawo matang terlihat sehat, hidungnya mancung dengan mata besar yang berbinar. Untuk ukuran pemuda berusia dua puluh tiga tahun, tubuhnya terbilang cukup tinggi, Biola hanya selehernya saja.Semua pendapat yang dominan memuji itu terus mengisi kepala Biola sejak pertama kali dia bertemu mata dengan Marko, Asisten Kepala Toko Buku yang baru. *** "Hari ini ada suplai baru dari pusat, tolong di-cek ya apa semuanya udah benar," perintah Biola berusaha terlihat biasa saja.Alih-alih menyahut dengan jelas dan lantang, Marko justru mengumbar senyum yang tampak nakal, membuat Biola bergidik ngeri. Apa maksud tatapan bocah ini? batin Biola kebingungan."Kenapa kamu ngeliatin saya kayak gitu?!" tanya Biola terus terang, mulai terusik."Ah, maaf." Marko malah memberi respons setengah hati sambil tertawa kecil, membuat hati Biola justru tambah jengkel. "Saya terlalu fokus ngeliat muka Kakak makanya saya jadi nggak fokus sama apa yang Kakak bilang."Biola melongo, baru kali ini di
Read more

VIONA

"Jadi, Asisten Kepala Toko yang baru itu laki-laki atau perempuan?"Pertanyaan tepat sasaran itu langsung menyapa telinga Biola ketika dia baru memginjakkan kaki di apartemen Dion. Dihelanya napas panjang. Kekasihnya yang satu ini memang paling tidak bisa menunda jika ada hal yang mengganjal hatinya.Mencoba santai dan tetap bersikap setenang mungkin, Biola membuka jaketnya terlebih dahulu lalu ikut duduk bersama Dion di sofa berwarna abu-abu di depan Televisi yang tengah memutar siaran berita malam."Kamu kenapa sih? Cemas banget! Mau dia laki-laki atau perempuan, itu nggak penting banget kok!" Dia usap manja lengan Dion yang sudah merangkulnya dengan posesif. "Aku mandi aja dulu kali, ya ... nanti kita cerita lagi."Baru saja Biola mengangkat pantatnya dari sofa abu-abu itu, tangan besar Dion terjulur meraih pergelangan tangan kirinya. Biola agak tersentak saat Dion menariknya, lalu memaksanya untuk duduk kembali, kini bahkan duduk di atas pangkuan Dion. Kedua tangan Dion memeluk p
Read more

SUMBER MASALAH

Sudah hampir lima menit lamanya Biola melongo menatap Viona yang kini duduk manis di hadapannya dengan muka takjub campur canggung. Bagaimana tidak? Tak satu pun orang di keluarganya mengetahui soal Biola yang tinggal satu atap dengan Dion. Selama ini dia mengaku tinggal di indekos seorang diri saja. Lantas, dari mana Viona tahu? Dan mengapa dia datang?"Kamu ..." Biola bersuara ketika Viona meneguk ice lemon yang baru disuguhkan kepadanya, sesekali diliriknya Dion yang duduk kikuk di ujung sofa, diam tak berkutik. "Kamu tau dari mana kalau Kakak tinggal di sini? Ibu tau kamu ke sini?" tanya Biola ragu-ragu.Viona dengan santainya menggeleng. "Aku lagi bete sama Ibu!""Ya ... kamu mungkin lagi bete sama Ibu ... tapi--""Tenang aja, Kak. Aku udah lama tau, kok," sambar Viona dengan entengnya.Biola melongo lagi. "Iya, aku udah tau kok kalau Kakak nggak nge-kos selama ini, cuma aku diam-diam aja, pura-pura nggak tau." Viona nyengir kuda. "Lagian kenapa juga Kakak harus nutup-nutupin? S
Read more

PENERIMAAN

Terdengar langkah berderap dari arah punggung Biola ketika dia hendak masuk ke dalam lift, namun dia memilih untuk tidak acuh saja. Ketika pintu lift terbuka, dan Biola masuk, seseorang ikut masuk dengan agak tergesa-gesa di sampingnya.Aroma parfum maskulin dengan sedikit aroma manis menguar menyapa indera penciuman Biola dan dia segera tahu siapa orang yang kini berada satu lift bersamanya, Marko. "Kak Biola mau ke kafetaria, kan? Kita break sama-sama aja, ganti yang kemarin," ujar Marko seenaknya sendiri.Sebetulnya Biola ingin tak acuh saja, tapi ucapan Marko kali ini tidak bisa dia abaikan begitu saja. "Kamu ini udah kayak hantu aja ..." gerutunya pelan secara spontan."Saya ini kan asisten Kakak, artinya saya harus berada di dekat Kakak terus." Marko tersenyum jahil, membuat Biola ingin segera melarikan diri dari sana.Walau sesungguhnya Biola ingin meninggalkan Marko lagi seperti semalam, tapi gejolak lapar yang menyerang perutnya terlalu sulit untuk dia tepis. Apa boleh buat
Read more

PEMUDA MISTERIUS

Kepala Viona celingak-celinguk memperhatikan sekeliling halaman tempat dirinya tengah menunggu Biola keluar dari toko buku. "Harusnya jam segini Kak Biola udah balik," bisik Viona berdesis pada dirinya sendiri. Ketika dia tengah menghadap sebuah pohon besar di dekat halaman parkir, matanya menangkap sesosok yang dia kenali. Matanya terbelalak, bibirnya setengah terbuka. Setelah kembali pada kesadarannya, Viona bergegas setengah berlari ke arah sosok yang dia kenali itu. "Marko?!" panggil Viona agak memekik.Marko yang tampak bersiap untuk menyalakan sepeda motornya menoleh ke arah sumber suara. Cahaya senja yang jatuh tepat pada wajah cantik Viona sempat membuatnya mengernyitkan kening."Siapa ...?""Viona! Viona!" seru Viona sambil menunjuk mukanya sendiri. "Masa sih kamu nggak ingat aku?! Teman SMA kamu! Viona!"Wajah Marko yang sebelumnya agak redup seketika berubah cerah."Eh?! Viona?! Kamu ... kok ada di sini?!" seru Marko tak percaya."Iya ... aku lagi nunggu kakak aku yang k
Read more

GANTUNG

Ruang rawat inap itu dominan gelap. Pada ranjang pasien, terbaring seorang wanita paruh baya dengan selang infus menancap pada punggung tangannya yang kurus kering keriput. Matanya yang cekung perlahan terbuka ketika pintu ruang rawat inap terbuka. Tampak siluet sesosok bertubuh tinggi. Meski inderanya sudah tidak mampu bekerja sempurna, tapi dia masih bisa mencium aroma parfum sosok tinggi yang baru hadir itu. "Marko ...?" Suaranya yang lemah menyapa."Ya, Bu? Ini Marko." Pintu ruang rawat inap ditutup kembali oleh Marko, lalu dia berjalan ke ranjang pasien tempat ibunya sedang terbaring lemah. "Kenapa Ibu bangun? Tidur aja lagi, apa aku ganggu Ibu?" tanya Marko hati-hati. "Mana mungkin kamu ganggu Ibu, Nak ... malahan Ibu kangen kamu, kamu yang Ibu tunggu-tunggu dari pagi ... akhirnya kamu datang juga, Ko." Meski tampak lelah dan lemah, ibu Marko berusaha memaksa diri untuk tersenyum. Matanya yang sayu menatap puteranya dengan penuh kasih sayang. "Makasih ya, Marko. Maaf ... ma
Read more

DINDA

"Kerjaan apa di tempat kayak gini?" Hal itu menjadi yang pertama kali ditanyakan oleh Viona saat dirinya turun dari mobil Dion. "Jangan langsung berpikir negatif dulu, ini tempat kerjanya dekat sama toko buku tempat Biola kerja, jadi gampang kalian bisa pergi dan pulang bareng." Dion berjalan masuk ke toko bunga itu mendahului Viona.Toko Bunga Daisy, memang berada tidak jauh dari toko buku tempat Biola bekerja. Dan berhubung masih pagi hari, toko bunga itu tampaknya sedang siap-siap untuk buka. "Permisi ..." Dengan santainya Dion membuka pintu kaca toko bunga itu, dan seorang wanita muda segera menyambut mereka."Ya, Mas? Ada yang bisa kami bantu? Tapi maaf sebelumnya, kami belum buka untuk sekarang," sapa karyawan perempuan itu dengan sopan. "Oh, bukan ... kami bukan mau beli bunga, tapi saya mau ketemu sama ownernya, ada?" jawab Dion."Mbak Dinda? Mohon tunggu sebentar ya, Mas."Karyawan perempuan itu naik ke lantai atas, meninggalkan Dion dan Viona berdua saja. Selama menunggu
Read more

BALIKAN

Nyaris selama sepuluh menit lamanya Marko dan Dinda saling terpaku, terkunci dalam kesenyapan yang sama-sama menyiksa mereka. Udara malam yang berembus lembut meniup ujung rambut Dinda menambah canggung suasana.Marko melepas jaket denim yang dia kenakan lalu memakaikannya di atas pundak Dinda. Lantaran masih kikuk, Dinda hanya mengangguk samar sebagai ucapan terima kasih."Agak dingin di sini, mau duduk di kafe aja? Atau restoran sekalian makan?" tanya Marko memecah keheningan, pada akhirnya. "Iya ... kita duduk di kafe aja kali, ya? Aku tadi udah makan, aku mau minum kopi aja, biar badan agak hangat sedikit."Marko mengangguk cepat, lantas menyalakan sepeda motornya. Dinda masuk lagi ke dalam mobilnya, mengekor sepeda motor Marko yang sudah lebih dulu meninggalkan taman di dekat toko bunga tempat mereka tadi bertemu.*** Suasana yang tadi amat canggung dan beku perlahan mencair juga setelah Marko dan Dinda menyesap segelas kopi hangat masing-masing. Sebuah kafe indoor yang sudah s
Read more

KECANDUAN KAMU

Langit gelap sudah merajai malam. Samar-samar dari kejauhan, cahaya dari rembulan menembus kaca jendela kamar, jatuh di atas tempat tidur Biola dan Dion yang terlihat agak berantakan. Biola baru keluar dari kamar mandi ketika Dion memutuskan untuk membuka balkon, dan berencana untuk menyesap sebatang rokok di sana. Biola bergegas memakai piyama tidurnya, lalu menyusul Dion yang masih berada di balkon. Dengan manja, Biola mendekat kemudian memeluk punggung Dion. "Viona kamu masukin kerja di mana sih?" tanyanya.Dion lebih dulu mengembuskan asap rokoknya sebelum menjawab, "Toko bunga punya keluarga teman aku," jawabnya sekenanya. "Sampe sekarang ibu kami belum nyariin dia, kayaknya udah capek juga sama tingkahnya. Entah sampe kapan dia bakal di sini, aku takut dia ganggu kamu, Yang ... maaf banget ya.""Hei ... jangan ngomong gitu, keluarga kamu kan keluarga aku, adik kamu ya adik aku, santai aja kali, Yang."Biola mencium aroma sisa keringat dari punggung hangat Dion yang lebar. "
Read more
DMCA.com Protection Status