Share

VIONA

Author: Kumara
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

"Jadi, Asisten Kepala Toko yang baru itu laki-laki atau perempuan?"

Pertanyaan tepat sasaran itu langsung menyapa telinga Biola ketika dia baru memginjakkan kaki di apartemen Dion. Dihelanya napas panjang. Kekasihnya yang satu ini memang paling tidak bisa menunda jika ada hal yang mengganjal hatinya.

Mencoba santai dan tetap bersikap setenang mungkin, Biola membuka jaketnya terlebih dahulu lalu ikut duduk bersama Dion di sofa berwarna abu-abu di depan Televisi yang tengah memutar siaran berita malam.

"Kamu kenapa sih? Cemas banget! Mau dia laki-laki atau perempuan, itu nggak penting banget kok!" Dia usap manja lengan Dion yang sudah merangkulnya dengan posesif. "Aku mandi aja dulu kali, ya ... nanti kita cerita lagi."

Baru saja Biola mengangkat pantatnya dari sofa abu-abu itu, tangan besar Dion terjulur meraih pergelangan tangan kirinya. Biola agak tersentak saat Dion menariknya, lalu memaksanya untuk duduk kembali, kini bahkan duduk di atas pangkuan Dion.

Kedua tangan Dion memeluk perut Biola, wajahnya kini tepat berada di belakang leher Biola yang beraroma wangi parfum bunga dicampur sisa keringatnya setelah bekerja seharian.

"Kalau kamu bersikap kayak gini, aku yakin banget kalau orang baru itu laki-laki. Iya, kan?" todong Dion sambil membelai lembut perut Biola dari luar pakaiannya. "Kamu nggak perlu nutupin dari aku kalau emang bener, justru aku bakal merasa terganggu kalau kamu nutup-nutupin gini, loh," bisik Dion tepat di samping daun telinga Biola.

Biola sedikit bergidik merasakan sensasi geli yang merayap di sekujur tubuhnya akibat sentuhan Dion yang makin berani dan tanpa ragu-ragu.

"Di-Dion ..." Sebuah erangan meluncur dari mulut Biola ketika napas Dion meniup daun telinganya dengan lembut.

Melihat respons Biola yang begitu menggemaskan, Dion justru kian berani untuk menyentuhnya lebih lagi. Kini pria tampan itu bahkan mendekatkan wajahnya ke daun telinga Biola, menciumi kulit telinga Biola yang halus.

Lagi-lagi sebuah erangan meluncur keluar dari ujung bibir Biola yang manis dan agak basah dengan lipgloss merah muda.

"Kalau kamu nggak jujur, aku akan 'hukum' kamu sampe kamu minta ampun!" ancam Dion seraya meremas buah dada Biola yang sintal.

Akibat sentuhan mendadak yang spontan itu, Biola mengejang satu kali. "Argh! Di-Dion! A ... aku mau mandi dulu~ se-sekarang bukan waktu yang tepat buat ini, tau nggak kamu?!" Biola merengut, benci mengetahui betapa lemah dirinya di dalam kuasa tangan Dion.

Sebuah senyum miring terpancar di ujung bibir Dion, dia puas karena merasa menang.

"Kamu tau aku, aku nggak akan berenti kalau kamu belum ngasih apa yang aku mau!" Ucapan Dion terdengar agak tegas.

Ketika lidah Dion terjulur, Biola lebih-lebih tersentak lagi, bisa dia rasakan lidah itu menyentuh kulit daun telinganya seperti orang lapar.

"Di-Dion!!" Biola memekik, seluruh bulu kuduknya serasa berdiri. "I-iya aku jawab! Iya! Aku kasih tau! Dia emang cowok!" ungkapnya tanpa ragu.

Kurang dalam satu detik, Dion menjauhkan wajahnya dari daun telinga Biola, lantas dia balik tubuh Biola agar menghadap ke dirinya. Wajahnya mengeras, matanya menajam dengan rahang yang mengeras pula. Selama beberapa detik mereka sama-sama terdiam, Biola ikut kebingungan dibuatnya.

"Hm?" gumam Biola menunggu reaksi Dion.

"Betul kan firasat aku! Sekarang aku nggak akan tenang! Mungkin sebaiknya kamu cari kerja di tempat lain aja!"

Biola nyaris tak bisa mempercayai telinganya sendiri, betulkah Dion baru saja mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya? Melepas jabatan yang sudah lama dia nantikan hanya karena dia mendapat asisten seorang laki-laki?

"Hah?! Nggak! Nggak bisa gitu dong, Yang! Aku udah lama nunggu promosi ini, mana bisa aku lepas gitu aja! Kamu jangan egois!" bantah Biola.

Sumpah demi apa pun, dia tak akan melepas kesempatan emas ini hanya karena cemburu buta Dion.

"Aku akan cari kerjaan baru untuk kamu! Kamu pikir aku bisa tenang kalau mikir tiap hari kamu kerja sama laki-laki lain?!" Dion beralasan.

"Dion ... dengar, cowok itu masih muda, dia masih dua puluh tiga tahun, kamu kira aku bakal jatuh cinta atau punya hubungan sama bocah kayak gitu?"

Hanya ini satu-satunya alasan yang bisa dipakai Biola. Dan syukurlah, memang raut muka Dion sejenak berubah melembek setelah mendengar pengakuan Biola barusan.

"Dia masih dua puluh tiga tahun? Lima tahun lebih muda dari kamu?" ulang Dion ingin memastikan.

"Iya, Sayang! Kamu nggak punya alasan buat cemburu sama dia, kamu tenang aja ... kami nggak mungkin bisa lebih dari sekedar kawan kerja."

Biola memegang kedua pipi Dion dengan lembut, menatap ke dalam matanya dengan tulus. "Sayang, kamu tujuh tahun lebih tua dari dia, kamu udah tiga puluhan, kan? Kamu tau ... dia masih anak-anak di mata kita, aku nggak mungkin juga tertarik sama dia. Trust me, Babe ..." bujuknya dengan lembut.

Satu helaan napas lega meluncur dari mulut Dion.

"Haa ... kamu bikin aku khawatir aja, bayanganku, dia itu cowok seumuran kamu atau lebih tua, kalau masih anak-anak gitu sih, aku percaya kamu nggak akan tertarik sama dia ..."

Biola menarik napas lega, tapi hanya untuk sementara, sebab kemudian Dion melanjutkan, "Tapi tetap aja, bukan berarti nggak akan ada apa-apa di antara kalian, karena bisa banget malah dia yang tertarik sama kamu!"

"Kamu jangan ngaco, deh! Cowok-cowok pasti lebih suka cewek lebih muda! Lagian, mau dia tertarik sama aku kayak gimana pun, kalau akunya nggak peduli, nggak akan pernah ketemu!"

Dion mengangguk pelan, meski samar Biola masih bisa melihat keraguan terpancar di matanya, tapi setidaknya sekarang kecemasan yang melanda pria itu mulai agak berkurang.

"Hm ... untuk sementara aku pegang kata-kata kamu, tapi kalau nanti aku liat ada yang aneh dari gelagat kalian, aku nggak akan diam aja, loh."

Ultimatum dari Dion sama sekali tidak ramah di telinga Biola. Dia bersungut-sungut, entah mengapa kekasihnya yang satu ini bisa begitu posesif terhadap dirinya! Bahkan sekalipun itu tanpa alasan.

Ketika Biola hendak beranjak dari pangkuan Dion, sekali lagi Dion mencengkeramnya lalu mempertemukan kedua bibir mereka yang basah. Ciuman yang tak terduga-duga itu mengejutkan Biola.

"Aku udah bilang, kan? Aku kangen kamu ... nanti aja mandinya," bisik Dion seduktif di sela-sela ciumannya yang liar dan berani.

"Hnggg ..."

Hanya erangan lembut yang bisa keluar dari bibir Biola yang mungil.

TING TONG!!!

Keduanya kompak terperanjat ketika terdengar suara bel apartemen berbunyi. Sedetik keduanya saling beradu pandang. Siapa yang bertamu malam hari begini? Tidak biasanya ada yang bertamu, biasanya hanya beberapa teman kerja Dion saja yang datang, itu pun di waktu-waktu tertentu yang sudah lebih dulu mereka janjikan.

Biola bergegas berdiri untuk mengecek langsung siapa yang datang.

TING TONG!! TING TONG!!

Bel berbunyi lagi, tampaknya tamu kali ini agak tidak sabaran.

"Bentar ...!" seru Biola seraya buru-buru membuka pintu, begitu terkejut dirinya saat mendapati sosok yang familiar kini tengah berdiri di depan pintu apartemen.

Dia bengong, kaget bukan kepalang.

"Kak Biola ...!!"

Gadis belia berwajah manis itu berseru riang sambil melebarkan kedua tangannya.

"Vi-Viona?!!!"

Kesadaran Biola seketika kembali, dia baru sadar bahwa yang berada di depannya saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah adik kandungnya sendiri, Viona.

Tunggu dulu, pikirnya, dari mana Viona tahu keberadaan Biola?!! Apa yang baru terjadi?!!

Kaugnay na kabanata

  • LOVE SICK    SUMBER MASALAH

    Sudah hampir lima menit lamanya Biola melongo menatap Viona yang kini duduk manis di hadapannya dengan muka takjub campur canggung. Bagaimana tidak? Tak satu pun orang di keluarganya mengetahui soal Biola yang tinggal satu atap dengan Dion. Selama ini dia mengaku tinggal di indekos seorang diri saja. Lantas, dari mana Viona tahu? Dan mengapa dia datang?"Kamu ..." Biola bersuara ketika Viona meneguk ice lemon yang baru disuguhkan kepadanya, sesekali diliriknya Dion yang duduk kikuk di ujung sofa, diam tak berkutik. "Kamu tau dari mana kalau Kakak tinggal di sini? Ibu tau kamu ke sini?" tanya Biola ragu-ragu.Viona dengan santainya menggeleng. "Aku lagi bete sama Ibu!""Ya ... kamu mungkin lagi bete sama Ibu ... tapi--""Tenang aja, Kak. Aku udah lama tau, kok," sambar Viona dengan entengnya.Biola melongo lagi. "Iya, aku udah tau kok kalau Kakak nggak nge-kos selama ini, cuma aku diam-diam aja, pura-pura nggak tau." Viona nyengir kuda. "Lagian kenapa juga Kakak harus nutup-nutupin? S

  • LOVE SICK    PENERIMAAN

    Terdengar langkah berderap dari arah punggung Biola ketika dia hendak masuk ke dalam lift, namun dia memilih untuk tidak acuh saja. Ketika pintu lift terbuka, dan Biola masuk, seseorang ikut masuk dengan agak tergesa-gesa di sampingnya.Aroma parfum maskulin dengan sedikit aroma manis menguar menyapa indera penciuman Biola dan dia segera tahu siapa orang yang kini berada satu lift bersamanya, Marko. "Kak Biola mau ke kafetaria, kan? Kita break sama-sama aja, ganti yang kemarin," ujar Marko seenaknya sendiri.Sebetulnya Biola ingin tak acuh saja, tapi ucapan Marko kali ini tidak bisa dia abaikan begitu saja. "Kamu ini udah kayak hantu aja ..." gerutunya pelan secara spontan."Saya ini kan asisten Kakak, artinya saya harus berada di dekat Kakak terus." Marko tersenyum jahil, membuat Biola ingin segera melarikan diri dari sana.Walau sesungguhnya Biola ingin meninggalkan Marko lagi seperti semalam, tapi gejolak lapar yang menyerang perutnya terlalu sulit untuk dia tepis. Apa boleh buat

  • LOVE SICK    PEMUDA MISTERIUS

    Kepala Viona celingak-celinguk memperhatikan sekeliling halaman tempat dirinya tengah menunggu Biola keluar dari toko buku. "Harusnya jam segini Kak Biola udah balik," bisik Viona berdesis pada dirinya sendiri. Ketika dia tengah menghadap sebuah pohon besar di dekat halaman parkir, matanya menangkap sesosok yang dia kenali. Matanya terbelalak, bibirnya setengah terbuka. Setelah kembali pada kesadarannya, Viona bergegas setengah berlari ke arah sosok yang dia kenali itu. "Marko?!" panggil Viona agak memekik.Marko yang tampak bersiap untuk menyalakan sepeda motornya menoleh ke arah sumber suara. Cahaya senja yang jatuh tepat pada wajah cantik Viona sempat membuatnya mengernyitkan kening."Siapa ...?""Viona! Viona!" seru Viona sambil menunjuk mukanya sendiri. "Masa sih kamu nggak ingat aku?! Teman SMA kamu! Viona!"Wajah Marko yang sebelumnya agak redup seketika berubah cerah."Eh?! Viona?! Kamu ... kok ada di sini?!" seru Marko tak percaya."Iya ... aku lagi nunggu kakak aku yang k

  • LOVE SICK    GANTUNG

    Ruang rawat inap itu dominan gelap. Pada ranjang pasien, terbaring seorang wanita paruh baya dengan selang infus menancap pada punggung tangannya yang kurus kering keriput. Matanya yang cekung perlahan terbuka ketika pintu ruang rawat inap terbuka. Tampak siluet sesosok bertubuh tinggi. Meski inderanya sudah tidak mampu bekerja sempurna, tapi dia masih bisa mencium aroma parfum sosok tinggi yang baru hadir itu. "Marko ...?" Suaranya yang lemah menyapa."Ya, Bu? Ini Marko." Pintu ruang rawat inap ditutup kembali oleh Marko, lalu dia berjalan ke ranjang pasien tempat ibunya sedang terbaring lemah. "Kenapa Ibu bangun? Tidur aja lagi, apa aku ganggu Ibu?" tanya Marko hati-hati. "Mana mungkin kamu ganggu Ibu, Nak ... malahan Ibu kangen kamu, kamu yang Ibu tunggu-tunggu dari pagi ... akhirnya kamu datang juga, Ko." Meski tampak lelah dan lemah, ibu Marko berusaha memaksa diri untuk tersenyum. Matanya yang sayu menatap puteranya dengan penuh kasih sayang. "Makasih ya, Marko. Maaf ... ma

  • LOVE SICK    DINDA

    "Kerjaan apa di tempat kayak gini?" Hal itu menjadi yang pertama kali ditanyakan oleh Viona saat dirinya turun dari mobil Dion. "Jangan langsung berpikir negatif dulu, ini tempat kerjanya dekat sama toko buku tempat Biola kerja, jadi gampang kalian bisa pergi dan pulang bareng." Dion berjalan masuk ke toko bunga itu mendahului Viona.Toko Bunga Daisy, memang berada tidak jauh dari toko buku tempat Biola bekerja. Dan berhubung masih pagi hari, toko bunga itu tampaknya sedang siap-siap untuk buka. "Permisi ..." Dengan santainya Dion membuka pintu kaca toko bunga itu, dan seorang wanita muda segera menyambut mereka."Ya, Mas? Ada yang bisa kami bantu? Tapi maaf sebelumnya, kami belum buka untuk sekarang," sapa karyawan perempuan itu dengan sopan. "Oh, bukan ... kami bukan mau beli bunga, tapi saya mau ketemu sama ownernya, ada?" jawab Dion."Mbak Dinda? Mohon tunggu sebentar ya, Mas."Karyawan perempuan itu naik ke lantai atas, meninggalkan Dion dan Viona berdua saja. Selama menunggu

  • LOVE SICK    BALIKAN

    Nyaris selama sepuluh menit lamanya Marko dan Dinda saling terpaku, terkunci dalam kesenyapan yang sama-sama menyiksa mereka. Udara malam yang berembus lembut meniup ujung rambut Dinda menambah canggung suasana.Marko melepas jaket denim yang dia kenakan lalu memakaikannya di atas pundak Dinda. Lantaran masih kikuk, Dinda hanya mengangguk samar sebagai ucapan terima kasih."Agak dingin di sini, mau duduk di kafe aja? Atau restoran sekalian makan?" tanya Marko memecah keheningan, pada akhirnya. "Iya ... kita duduk di kafe aja kali, ya? Aku tadi udah makan, aku mau minum kopi aja, biar badan agak hangat sedikit."Marko mengangguk cepat, lantas menyalakan sepeda motornya. Dinda masuk lagi ke dalam mobilnya, mengekor sepeda motor Marko yang sudah lebih dulu meninggalkan taman di dekat toko bunga tempat mereka tadi bertemu.*** Suasana yang tadi amat canggung dan beku perlahan mencair juga setelah Marko dan Dinda menyesap segelas kopi hangat masing-masing. Sebuah kafe indoor yang sudah s

  • LOVE SICK    KECANDUAN KAMU

    Langit gelap sudah merajai malam. Samar-samar dari kejauhan, cahaya dari rembulan menembus kaca jendela kamar, jatuh di atas tempat tidur Biola dan Dion yang terlihat agak berantakan. Biola baru keluar dari kamar mandi ketika Dion memutuskan untuk membuka balkon, dan berencana untuk menyesap sebatang rokok di sana. Biola bergegas memakai piyama tidurnya, lalu menyusul Dion yang masih berada di balkon. Dengan manja, Biola mendekat kemudian memeluk punggung Dion. "Viona kamu masukin kerja di mana sih?" tanyanya.Dion lebih dulu mengembuskan asap rokoknya sebelum menjawab, "Toko bunga punya keluarga teman aku," jawabnya sekenanya. "Sampe sekarang ibu kami belum nyariin dia, kayaknya udah capek juga sama tingkahnya. Entah sampe kapan dia bakal di sini, aku takut dia ganggu kamu, Yang ... maaf banget ya.""Hei ... jangan ngomong gitu, keluarga kamu kan keluarga aku, adik kamu ya adik aku, santai aja kali, Yang."Biola mencium aroma sisa keringat dari punggung hangat Dion yang lebar. "

  • LOVE SICK    SALAH PAHAM

    Ada yang berbeda hari ini. Tak seperti biasanya, Biola hari ini punya rencana untuk membuat kue ulang tahun. Viona yang melihat gelagat lain dari kakaknya pun lantas menghampiri gadis itu di dapur. "Kakak lagi ngapain? Hari minggu gini tumben udah sibuk aja di dapur," tanya Viona usil.Tanpa beralih dari kegiatannya, Biola menjawab, "Hari ini ulang tahun Dion, kamu pergi aja ya sama temen kamu hari ini. Nonton, kek, ngapain, kek, balik malam aja nggak apa-apa, Kakak mau kasih dia kejutan, mau makan malam berdua nanti, sekarang dia lagi di rumah orang tuanya, ada acara kayaknya, Kakak sengaja nggak ikutan," urai Biola."Giliran kayak gini aja Kakak minta aku di luar ya! Ngusir!" gerutu Viona. "Tapi nggak apa-apa deh, aku juga nggak mau ganggu kegiatan kalian! Tapi ..." Viona nyengir kuda. "Mana uangnya tapi? He he ...""Ish dasar bocah!" Biola mengeluarkan uang seratus ribuan dari saku celananya. "Kamu udah kerja masih aja minta dari Kakak! Apa nggak malu?!""Kan belum gajian juga, Ka

Pinakabagong kabanata

  • LOVE SICK    DELIMA

    Ketika Viona tahu soal rencana pernikahan Biola dan Marko, gadis itu menjerit histeris, murka luar biasa. Dengan membabi buta, Viona mengambil vas bunga yang berada di dekat lemari TV kemudian melemparkannya sampai pecah di dinding. Sontak Biola terperangah."Viona! Kamu tau kan kalau Dion udah cukup berbaik hati mau ngasih kita waktu tinggal di sini sampe Kakak dapat kos yang murah, jangan kamu malah ngulah, bisa-bisa kita diusir!!" bentak Biola berang."Kakak egois!! Aku nggak peduli! Sekalian ini rumah aku bakar juga aku nggak bakal peduli, kok!" "Kakak yang kamu sebut egois?!! Kamu yang egois, kamu kenapa nggak terima kalau Kakak bakal nikah sama Marko? Kamu pikirin gimana nasib janin yang lagi Kakak kandung sekarang, ini emang anak Marko, Viona!"Mendengar Biola menegaskan hubungannya dengan Marko justru membuat hati Viona kian geram dan panas. "Aku nggak mau dengar!! Aku nggak mau tau soal itu!!"Selama beberapa menit, Biola terhenyak, memandangi adiknya yang tampak seperti o

  • LOVE SICK    PERSETUJUAN

    Marko menyeret langkah gontai keluar dari ruang rawat inap tempat ibunya terbaring, kondisi sang ibu memang kian lemah, menambah rasa sesal yang menyesaki hatinya, namun tak ada yang bisa dia perbuat. Belum lagi saat ini dirinya tengah dijauhi oleh keluarga bahkan adiknya sendiri, dia tak tahu harus pergi ke mana di saat seperti ini. Bahkan sekadar datang ke Toko Buku untuk bekerja saja rasanya sangat canggung baginya, kakinya terasa berat untuk melangkah ke sana.Mata Marko terbelalak begitu kakinya menapak di teras rumah sakit. Sesosok yang tak asing muncul di hadapannya, secara tak terduga. "Bi ... Biola?" desis Marko seraya mendekat. "Kak Biola kok ada di sini? Nyari aku?"Biola mengerling tajam, "Nggak usah kepedean deh, aku baru aja dari poli kandungan!" jawab Biola ketus. Seketika mata Marko berbinar mendengar jawaban Biola, "Habis cek kandungan? Apa kata Dokter? Apa janinnya baik-baik aja?" tanya Marko antusias. "Apa urusannya sama kamu? Kamu urus aja diri kamu sendiri!" pu

  • LOVE SICK    KITA SELESAI

    "Aku nggak nyangka kalau kamu sebrengsek ini, Dion!!" teriak Biola begitu dia dan Dion kembali ke apartemen. Tanpa terlihat merasa bersalah, Dion malah balas berkata, "Aku? Aku yang kamu sebut brengsek? Kamu nggak mau ngaca dulu gitu? Masih nggak punya malu kamu?"Dengan mata yang telah membendung air, Biola menggigit bibir bawahnya dengan pilu. "Aku tau aku salah ... tapi apa perlu kamu sejauh ini, Dion? Perlu kamu sampe harus ngancurin kebahagiaan orang lain? Pernikahan mereka batal! Apa lagi Ibu Marko lagi sakit keras gitu, kalau tadi tiba-tiba dia pingsan, tiba-tiba dia kena serangan jantung atau apa pun itu, kamu siap tanggung jawab?!!" "Halah ... nggak usah sok ngalihin topik deh kamu! Intinya, kamu emang hamil anak si bajingan itu, kan?!!" teriak Dion berang, matanya yang tajam tampak berkilat-kilat. Tangan Biola sudah terkepal di sisi gaunnya, rasanya dia ingin sekali mengelak, ingin memukul Dion dengan keras, marah, tapi nyatanya, semua itu memang benar, kini dia memang te

  • LOVE SICK    PENGAKUAN MENGGEMPARKAN

    Suasana yang tadinya sakral seketika berubah ricuh, mulai terdengar suara bisik-bisik dari segala arah, mata para tamu silih berganti mengarah pada Dion lalu beralih kepada Marko.Plak!!!Suasana kacau itu tak bisa menjadi lebih buruk saat satu tamparan keras dilayangkan Biola tepat di pipi Dion. Semua terpana kembali. Air mata Biola sudah membendung hebat di pelupuk matanya, dia tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut Dion. "Dion ..." lirih Biola pedih.Rahang Dion mengeras, matanya berkilat-kilat, tak terlihat sedikit pun rasa bersalah, hanya tersisa rasa muak, benci, amarah."Apa-apaan ini?! Apa maksudnya ini semua?!" pekik Dinda panik, ditatapnya Marko dengan muka tak percaya. "Please Ko ... please kasih tau aku kalau semua ini nggak benar, ini semua bohong!" teriak Dinda memohon. Alih-alih memberi jawaban tegas, sikap diam Marko justru menimbulkan kecurigaan yang lebih besar. Mata Marko nanar, kemudian sorot matanya meredup, Dinda langsung mengerti apa sebe

  • LOVE SICK    JANJI SUCI YANG TERNODA

    Sejak semalam Dinda tak bisa memejamkan matanya barang sejenak, hatinya gundah gulana tak tentu arah saking antusiasnya dia memikirkan tentang pernikahannya dengan Marko yang akan berlangsung hari ini. Wajah gadis cantik itu berseri dari ujung kuping kiri ke kuping kanan, senyum lebar tak bisa pudar dari paras indahnya. Bayangan soal pernikahan impian sudah terbayang begitu jelas dan jernih di benaknya. Sebentar lagi semua itu akan terwujud. Sebaliknya, Marko justru tak bersemangat sama sekali. Dia terus mengumpati dirinya sendiri, marah karena merasa tak punya cukup keberanian untuk menghentikan semuanya sebelum terlambat. Kegundahan yang sama pun melanda Biola pula, dia tak tahu harus pergi atau tidak ke pesta pernikahan Marko. "Kak Biola tau kan kalau hari ini Marko nikah?"Suara Viona memecah lamunan Biola, namun Biola lekas bersikap biasa saja. Gadis itu masih pura-pura asyik menonton televisi meski pikirannya sama sekali tidak berada di sana. "Hm ... tau, kenapa?" Biola bal

  • LOVE SICK    TERIMA KENYATAAN

    Keringat dingin sudah membanjiri muka serta punggung Biola, sedangkan mulutnya kaku, lidahnya kelu, dia tak tahu harus berkata apa, dan entah bagaimana juga Dion bisa tahu soal dirinya dan Marko. "Dion ..." Hanya kata-kata lirih yang bisa meluncur dari bibir pucat Biola. Dengan mata berkaca-kaca, Biola mengangkat kedua tangannya, hendak memegang lengan Dion, berusaha untuk membujuk kekasihnya itu, namun Dion tampak tak bergeming, amarah masih menguasai akal sehatnya. "Kenapa? Kok diam?" tanya Dion dingin. "Apa yang aku omongin betul, kan? Kamu sekarang bingung cara ngebantahnya? Hm?" "Sayang ... aku ..." Biola terbata-bata. "Jangan panggil aku 'sayang'!!!" teriak Dion tambah murka. "Jangan berani-berani kamu mau membujuk aku pake muka kotor kamu itu!!" bentak Dion kasar. "Aku ...""Jawab aku!! Anak siapa yang kamu kandung itu?! Anak siapa?!!" bentak Dion.Kedua tangan Dion mencengkeram kuat kedua lengan Biola, rahangnya lebih mengeras lagi. "Jawab aku, Biola ... jangan bikin ak

  • LOVE SICK    DION MENGAMUK

    "Masih nggak percaya loh aku ..."Akhirnya, setelah sama-sama kompak membisu nyaris setengah jam, Dinda membuka mulutnya juga. Perhatian Dion, Biola, dan Marko langsung beralih pula kepada gadis itu, menunggu apa yang akan dia ucapkan. "Iya," lanjut Dinda, "bisa-bisanya pacar Bang Dion ternyata atasan dari pacar aku juga, kayak ... ini tuh entah kebetulan atau apa ya, dan lagian juga, kita sama-sama punya rencana menikah di waktu yang berdekatan kayak gini.""Kalau itu mungkin cuma kebetulan aja, karena kami nikah karena Biola sudah hamil sekarang."Tanpa ada ragu, tanpa rasa malu Dion mengungkap soal kehamilan Biola yang langsung membuat satu meja terpana tak percaya. "Dion!" bisik Biola, memberi isyarat agar Dion menutup mulutnya. "Hah? Kak Biola hamil?" tanya Dinda dengan muka terkejut."Dion ... kamu apa-apaan sih?" protes Biola, mukanya sudah mengeras sejak tadi. Bukannya meminta maaf atau menyadari kesalahannya, Dion malah menarik tangan Biola kemudian mengecup punggung tang

  • LOVE SICK    FITTING BUSANA PENGANTIN

    "Kamu kenapa, Ko?"Tubuh Marko tersentak ketika tangan mungil milik Dinda menyentuh pundaknya, sedang suaranya yang lembut menyapa indera pendengaran Marko yang sejak tadi berdiri melamun di balkon rumah sakit. "Nggak ada ... nggak apa-apa," jawab Marko sekenanya, meski sebetulnya sudah beberapa hari ini pikirannya diisi oleh keberadaan Biola saja, serta kabar tentang kehamilannya, Marko masih bersikeras dalam hatinya bahwa janin yang tengah dikandung oleh Biola adalah darah dagingnya. Hanya saja, dia belum bisa membuktikan kebenaran akan hal itu. "Omong-omong, hari ini kita mau fitting pakaian pengantin, loh! Kamu ingat, kan? Kita berangkat sekarang?" tanya Dinda.Marko menghela napas. Dirinya dihempas lagi pada kenyataan. "Hm, ayo ..."*** Sejak kejadian tempo hari di office toko buku, sikap Dion bertambah-tambah dingin saja kepada Biola, namun mulutnya tetap bungkam, tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Bagi Biola, Dion diam tanpa sebab. Bahkan sampai hari ini, di mana mere

  • LOVE SICK    HAMIL ANAK SIAPA?!!

    Setelah beberapa waktu lalu Biola dikejutkan dengan surat undangan pernikahan Marko, hari ini malah sebaliknya, Marko yang amat terkejut saat mendapati meja kerjanya telah diisi sebuah surat undangan, lebih tepatnya surat undangan pernikahan Biola. Mata Marko menatap surat undangan itu dengan nanar, sekujur tubuhnya mendadak terasa tidak nyaman. Dan tepat saat Marko hendak meraih surat undangan, pintu office terbuka, Biola muncul begitu saja. Keduanya kompak terkejut, saling menatap satu sama lain dengan muka penuh tanda tanya. Biola langsung berbalik, hendak meninggalkan office begitu saja, tapi Marko lekas menyusul, menahan langkah Biola dengan sigap. "Kamu mau nikah juga sekarang?! Kamu sengaja?!" hardik Marko seraya berdiri kaku di depan Biola. Dalam situasi seperti ini, Marko bahkan tidak peduli lagi dengan tata krama maupun sopan santun yang berlaku di kantor."Apaan sih? Penting banget ya kamu mau tau urusan saya?! Lepasin saya! Kamu saya undang aja udah syukur tau nggak k

DMCA.com Protection Status