Share

Bab 4. A Sweet Threat

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 01:43:06

“Kimberly? Kenapa kau lama sekali di toilet?” Suara Fargo sedikit memprotes kala Kimberly baru saja masuk ke dalam ruang makan.

“Maaf.” Hanya kata itu yang bisa Kimberly katakan. Wanita itu kembali duduk di samping Fargo. Raut wajahnya terlihat jelas mati-matian menutupi hati dan pikirannya yang begitu berkecamuk.

Tak lama setelah Kimberly kembali ke ruang makan, Damian melangkahkan kakinya tegas memasuki ruang makan. Aura wajah pria tampan itu dingin, dan sangat misterius.

“Damian kau dari mana?” tanya Daston penuh interogasi pada putranya itu.

“Aku baru saja berbicara dengan seseorang yang penting,” jawab Damian datar seraya melihat Kimberly yang tampak pucat. 

“Orang penting? Siapa? Apa kau sedang dekat dengan seorang wanita?” sambung Fidelya yang penasaran.

“Bisa dikatakan seperti itu,” jawab Damian lagi dengan senyuman di wajahnya.

“Wah, aku tidak sabar mengetahui wanita yang sedang dekat denganmu, Damian,” seru Fidelya antusias dan tersirat tak sabar.

Raut wajah Kimberly semakin pucat dengan pancaran mata menunjukkan jelas ketakutannya, mendengar apa yang diucapkan oleh Damian. Dia memilih menundukkan kepala. Sungguh, Kimberly sejak tadi tak henti mengumpat merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa dia menghabiskan malam dengan paman tiri suaminya sendiri? Membayangkan itu semua rasanya membuat Kimberly ingin sekali lenyap dari dunia ini. 

Sepanjang makan malam berlangsung, tatapan Damian tak henti menatap Kimberly yang sejak tadi menundukkan kepala tak berani menatapnya. Senyuman samar di wajah Damian terlukis. Pun semua orang tak menyadari  tatapan Damian itu hanya tertuju pada Kimberly.

Hingga ketika makan malam itu berakhir, buru-buru Kimberly mengajak Fargo untuk segera kembali pulang. Fargo dan Kimberly berpamitan pada seluruh keluarga. Terlihat Damian sejak tadi hanya diam. Bahkan di kala Fargo dan Kimberly berpamitan pulang lebih dulu, tak ada satu pun respon dari Damian. Hanya saja Damian mengulas senyuman misterius dan sorot mata yang memiliki jutaan arti dalam.

Di perjalanan pulang, Kimberly tak berbicara sepatah kata pun. Sama halnya dengan Fargo yang hanya fokus melajukan mobilnya. Malam kian larut, perkotaan di Los Angeles penuh diterangi lampu jalan, mempermudah laju mobil yang melewati jalan tersebut.

“Kimberly, kau kenapa?” tanya Fargo seraya melirik Kimberly sebentar. Entah kenapa Fargo merasa ada yang berbeda dari Kimberly. 

“T-tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah saja. Aku ingin segera beristirahat,” jawab Kimberly cepat dan memaksakan senyuman di wajahnya.

“Sebentar lagi kita sampai. Kau bisa istirahat. Ingat, besok pagi kau harus ikut ke perusahaan. Ada dokumen yang wajib kau tanda tangani,” balas Fargo mengingatkan Kimberly. Nada bicaranya tak acuh dan terkesan tak peduli.

“Apa tidak bisa dokumen itu dibawa pulang olehmu? Nanti aku akan menandatanganinya di rumah,” ucap Kimberly yang enggan untuk pergi.

“Tidak bisa. Besok aku akan pulang terlambat. Aku butuh tanda tanganmu. Itu dokumen penting karena kau telah menginvestasikan uangmu ke perusahaan baruku,” jawab Fargo lagi menekankan dan tersirat memaksa Kimberly untuk datang.

Kimberly mengembuskan napas panjang. Detik selanjutnya, Kimberly memilih menganggukkan kepalanya. Tak ada pilihan lain, sekarang dia lebih memilih menghindari perdebatan. Berusaha percaya sepenuhnya pada Fargo adalah cara yang terbaik demi keutuhan rumah tangganya.

***

Sebuah ruang kerja dengan desain klasik membuat ketenangan sendiri kala Kimberly duduk di sofa yang ada di ruang kerja itu. Aroma musk menyeruak ke indra penciuman Kimberly. Wanita cantik itu mulai membaca secara teliti dokumen yang baru saja diantar oleh sekretaris. Dia telah berada di ruang kerja Fargo. Wanita itu duduk seorang diri, karena Fargo sedang menemui rekan bisnisnya di luar.

Saat Kimberly sudah yakin dengan isi dokumen tersebut, dia langsung membubuhkan tanda tangannya di sana. Namun, tiba-tiba terdengar dering ponsel milik Fargo. Dia mendesah pelan, Fargo lupa membawa ponselnya. Dia mengambil ponsel suaminya itu, dan menatap bingung nama yang terpampang di sana.

“Gilda? Kenapa Gilda menghubungi Fargo?” gumam Kimberly dengan raut wajah serius. Detik selanjutnya, dia hendak menjawab panggilan telepon itu tetapi Kimberly terlambat karena Fargo lebih dulu datang dan merampas ponselnya.

“Jangan menjawab teleponku, Kimberly!” seru Fargo mengingatkan dengan nada cukup tinggi dan menegaskan.

Raut wajah Kimberly berubah kala Fargo terlihat begitu marah padanya. “Kenapa saudara tiriku menghubungimu? Sejak kapan kau dekat dengan Gilda?”

Gilda Olaf adalah saudara tiri Kimberly. Tepatnya lima tahun lalu Kimberly kehilangan ibunya akibat sang ibu sakit keras. Satu tahun setelah kepergian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan seorang janda yang memiliki satu orang putri bernama Gilda Olaf. Bisa dikatakan hubungan Kimberly dan Gilda tak pernah baik. Gilda yang selalu mencari-cari keributan hanya karena masalah kecil. Hal yang membuat Kimberly tak mengerti adalah kenapa Gilda menghubungi Fargo. Padahal selama ini dia yakin Fargo tidak pernah dekat dengan Gilda.

“Aku memiliki urusan pekerjaan dengannya,” jawab Fargo datar dan dingin.

“Pekerjaan apa? Gilda itu model. Pekerjaan macam apa yang melibatkannya?” cerca Kimberly lagi menuntut agar Fargo menjelaskan padanya.

“Hentikan tuduhanmu, Kimberly. Aku memang ada urusan pekerjaan dengan Gilda. Dia menjadi model di perusahaan temanku,” tegas Fargo yang kesal. Akan tetapi matanya memancarkan sedikit rasa khawatir dan cemas.

“Permisi, Tuan Fargo?” Seorang sekretaris melangkah masuk ke dalam ruang kerja Fargo—dan langsung membuat perdebatan Fargo dan Kimberly terhenti.

“Ada apa?” Fargo mengalihkan pandangannya, menatap sekretarisnya itu.

“Tuan, di depan sudah ada Tuan Damian Darrel. Apa beliau diperbolehkan masuk?” tanya sang sekretaris yang sontak membuat Kimberly terkejut.

“Persilakan Pamanku untuk masuk,” jawab Fargo datar.

“Baik, Tuan.” Sekretaris itu menundukkan kepalanya, pamit undur diri dari hadapan Fargo dan Kimberly.

“Fargo—”

Perkataan Kimberly terpotong kala melihat Damian masuk ke dalam ruang kerja Fargo. Tampak wajah Kimberly menjadi panik. Jantungnya berpacu dengan keras kala melihat Damian. Tadi malam Fargo tak bilang akan mengundang Damian. Andai saja Kimberly tahu, dia akan mati-matian menolak ajakan Fargo untuk datang ke perusahaan.

‘Ya Tuhan kenapa pria itu ada di sini?’ batin Kimberly resah dan gelisah.

“Paman, duduklah. Terima kasih sudah datang,” ucap Fargo pada Damian.

Damian mengangguk singkat. Pria itu duduk tak jauh dari Kimberly. Senyuman di wajah Damian terlukis. Pria itu tahu Kimberly terkejut sekaligus panik melihatnya. Namun, dia tetap santai tanpa beban seolah tak memiliki masalah.

“Kimberly, Paman Damian akan menjadi investor terbesar di perusahaan baruku,” ujar Fargo memberi tahu Kimberly.

“Ah, begitu.” Kimberly tersenyum pucat mendengar fakta yang terucap di bibir sang suami. Tenggorokannya seakan tercekat dan dia tak mampu merangkai kata. Ketakutan dan kecemasan terus menelusup ke dalam dirinya.

Getar ponsel begitu terasa di saku celana Fargo. Terlihat wajah Fargo panik kala mendapatkan panggilan telepon tepat di depan Kimberly. Pria tampan itu sedikit gelagapan, tapi dia berusaha menyembunyikan rasa cemasnya.

“Maaf, aku harus ke toilet sebentar.” Fargo langsung meninggalkan Damian dan Kimberly di ruangannya itu.

“Fargo, tunggu!” Kimberly ingin sekali ikut dengan Fargo, tapi apa alasannya? Tidak mungkin dia mengikuti sang suami yang ingin pergi ke toilet.  

“Aku baru tahu ada seorang wanita yang merelakan uang tidak sedikit demi suaminya. Great. Aku jarang menemui wanita sepertimu, Kim.” Damian berucap kala dirinya membaca dokumen di hadapannya. Pria itu melihat Kimberly sebagai investor dengan jumlah nominal cukup besar, tapi tentu itu tak ada artinya bagi Damian.

Kimberly mengembuskan napas kasar mendengar ucapan Damian. Wanita itu memberikan tatapan dingin dan tak ramah. “Fargo adalah suamiku, jelas aku wajib membantunya. Uang bukanlah masalah.”

Well, istri yang baik,” komentar Damian dengan senyuman misterius di wajahnya. Pria itu mengambil pena miliknya dan membubuhkan tanda tangan di dokumen tersebut. Dia meletakkan dokumen yang sudah dia tanda tangani ke atas meja, dan menatap lekat Kimberly. “Jangan terlalu naif menjadi wanita, Kimberly. Kau boleh baik, tapi jangan bodoh.”

“Apa maksudmu?” Kening Kimberly mengerut, tatapannya kian tajam pada Damian.

Damian tak banyak bicara, pria itu menarik tangan Kimberly. Merapatkan tubuhnya pada tubuh wanita itu. Sontak Kimberly terkejut kala Damian memeluk erat tubuhnya.

“Le-lepaskan aku, P-Paman!” Kimberly memukul-mukul lengan kekar Damian.

“Panggil namaku, Kim,” bisik Damian serak di depan Kimberly.

“Jangan konyol, Paman! Lepaskan aku! Nanti suamiku bisa melihat!” seru Kimberly tegas bercampur dengan kepanikan nyata.

“Panggil namaku, maka aku akan melepaskanku,” bisik Damian lagi seraya membelai kasar pipi Kimberly.

“Damian Darrel, lepaskan aku!” tegas Kimberly dengan napas memburu penuh emosi.

Damian tersenyum misterius. Pria itu melepaskan pelukan Kimberly. Namun sayangnya dia tak benar-benar melepaskan. Dia menarik dagu Kimberly, mendekatkan bibir wanita itu ke bibirnya. “Kau seperti harimau liar ketika marah. Aku menyukai amarahmu, Kim,” bisiknya serak.

“Kau sudah gila, Damian! Aku ini sudah memiliki suami! Lupakan kejadian waktu itu!” seru Kimberly penuh peringatan.

“Sayangnya aku tidak bisa melupakan fantasi baruku, Kim,” jawab Damian seraya menatap dalam manik mata hazel Kimberly yang menunjukkan jelas kobaran kemarahannya. “Aku jadi penasaran, bagaimana suamimu tahu tentang skandal kita ini?”

Raut wajah Kimberly begitu takut sekaligus memucat mendengar ucapan Damian. “A-aku peringatkan kau, jangan pernah kau mengatakan pada siapa pun tentang kejadian di klub malam. Atau aku akan—”

“Atau apa, Kimberly? Kau ingin mengancamku, hm?”

“Iya! Aku akan memberikan pelajaran untukmu, jika kau sampai memberi tahu pada orang lain! Aku tidak main-main dengan ucapanku, Damian!” tegas Kimberly menekankan.

Damian kembali terkekeh mendengar ancaman Kimberly. Ini pertama kalinya ada orang yang mengancam seorang Damian Darrel. Pria tampan itu kini semakin menarik Kimberly mendekat padanya. Bahkan bibir mereka bersentuhan. Deru napas saling menerpa kulit masing-masing. Manik mata cokelat gelap Damian mengunci tatapan manik mata hazel Kimberly.

“Ancaman yang sangat manis, Kim. Aku menyukai ancamanmu.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Halima Limah
lanjut baca ach...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 5. Complicated

    Seorang pria tampan dan gagah berdiri di ruang kerjanya yang megah seraya menatap gedung-gedung bertingkat di Los Angeles dari jendela tinggi. Pria tampan itu menyesap wine di tangannya perlahan. Tatapannya menatap lurus ke depan dengan pikiran yang menerawang. Senyuman samar di wajahnya pun terlukis begitu misterius. Aura dingin dan sorot mata tegas menyelimutinya.“Tuan Damian,” sapa Freddy, asisten Damian yang melangkah mendekat.“Ada apa?” Damian mengalihkan pandangannya, menatap dingin Freddy yang berdiri di hadapannya.“Tuan, apa Anda masih lama berada di Los Angeles? Minggu depan Anda memiliki meeting penting. Apa memungkinkan empat hari lagi Anda kembali ke Seattle?” tanya Freddy sopan.Damian terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan Freddy. “Untuk sementara aku akan tetap di sini sampai waktu yang belum bisa aku tentukan. Meeting di Seattle, bisa kau minta direktur perwakilan untuk menggantikanku.”Freddy sedikit bingung dan tak mengerti. “Maaf, Tuan. Bukankah sebelumnya An

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 6. Are You Jealous?

    “Kimberly? Apa kabar, Sayang?”Seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik menyapa hangat Kimberly yang masuk ke dalam rumah. Maisie Davies—ibu tiri Kimberly yang terkenal ramah itu selalu bersikap baik pada Kimberly. Sayangnya, Kimberly tak pernah ramah pada Maisie. Seperti saat ini, Kimberly memasang wajah dingin kala Maisie menyapanya.“Aku baik. Di mana ayahku? Apa dia masih di kantor?” Kimberly menjawab pertanyaan Maisie dengan nada yang dingin tapi tetap sopan pada ibu tirinya.Senyuman di wajah Maisie terlukis. “Iya, Kimberly. Ayahmu masih di kantor. Tadi ayahmu bilang dia akan pulang terlambat. Belakangan ini ayahmu sibuk dengan project di perusahaannya yang terbaru.”Kimberly mendesah pelan mendengar ucapan Maisie. Sudah tak heran dia mendapatkan jawaban seperti itu, karena dia tahu ayahnya itu terlalu sibuk dengan pekerjaan. Akan tetapi kesibukan ayahnya berbeda dengan Fargo. Bisa dikatakan ayahnya itu mencintai ibu tirinya. Setiap kali sibuk, ayahnya pasti akan membe

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 7. Beautiful Affair

    Suara Damian berbisik dengan nada rendah dan serak tepat di depan bibir Kimberly. Tubuh gagah pria itu semakin menghimpit Kimberly, membuat wanita itu tak bisa bergerak sedikitpun darinya. Tampak sorot mata pria tampan itu menatap Kimberly dengan tatapan seperti singa lapar. “Berengsek!” Raut wajah Kimberly berubah mendengar ucapan vulgar Damian. Emosi Kimberly tersulut. Wanita itu hendak melayangkan tangannya menampar Damian, tetapi sayangnya gerak pria itu begitu cepat. Damian menangkap tangannya dengan mudah—lantas meletakan tangan wanita itu tepat di atas kepala.“Lepaskan aku, Bajingan!” Kimberly berontak sekuat tenaga.“Wanita sepertimu tidak cocok mengeluarkan kata-kata umpatan, Kim.” Damian mencium leher Kimberly, embusan napasnya menerpa kulit membuat tubuhnya meremang.Kimberly memejamkan matanya seraya menggigit kuat bibirnya kala embusan napas Damian sukses membangkitkan api gairah dalam dirinya. Shit! Kimberly merutuki tubuhnya yang malah seolah memberikan respon akan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 8. Annoying Man

    “Nyonya Kimberly, apa Anda tadi malam kurang tidur? Lingkar mata Anda sedikit gelap, Nyonya.” Sebuah kalimat lolos di bibir Brisa, asisten pribadi Kimberly kala Kimberly baru saja menyudahi rapat. Pagi-pagi Kimberly sudah berada di kantor karena memiliki meeting penting.“Benarkah? Apa penampilanku sangat kacau hari ini?” Kimberly mengambil ponselnya, menyalakan kamera, menatap ke kamera depan ponselnya. Benar saja. Lingkar matanya sedikit gelap. Astaga! Ini penampilannya yang paling kacau.“Hanya sedikit, Nyonya. Anda masih terlihat sangat cantik,” puji Brisa hangat.Kimberly mendengkus tak suka. “Kau itu tidak usah membuatku senang. Aku tahu penampilanku kacau. Lebih baik kau selesaikan saja pekerjaanmu. Jangan ganggu aku.”“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Brisa menundukkan kepalanya, pamit undur diri dari hadapan Kimberly.Kimberly hendak menuju ruang kerjanya, tiba-tiba langkah Kimberly terhenti melihat sekretarisnya melangkah dengan terburu-buru…“Nyonya Kimberly,” sapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 9. Annoying Man II

    Damian meletakan ponselnya ke atas meja. Pria itu baru saja mengakhiri panggilan dengan asistennya. Tampak Damian tersenyum puas kala tahu Kimberly akan datang menemuinya. Well, ini adalah yang Damian tunggu-tunggu. Dalam otak Damian saat ini membayangkan wajah cantik Kimberly yang emosi padanya. Sayangnya emosi Kimberly bukan membuat wanita itu menjadi buruk, melainkan malah terlihat sangat seksi.Damian tak menampik Kimberly memiliki tubuh yang indah. Kulit putih mulus layaknya porselen. Rambut cokelat terang tebal yang akan berantakan jika sudah terbaring di ranjang sangat seksi—membuatnya ingin sekali menarik Kimberly kembali ke ranjangnya. Keindahan tubuh Kimberly membuat otak Damian selalu terselimuti hasrat. Anggaplah Damian memang berengsek meniduri istri keponakannya sendiri. Namun, memang apa salahnya? Lagi pula selama ini Fargo belum menyentuh Kimberly. Itu menandakan hubungan Kimberly dan Fargo memang sudah renggang.Suara ketukan pintu terdengar…“Masuk!” titah Damian teg

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 10. Craziest Question

    Kimberly melempar heels-nya ke lantai kamar sembarangan dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Tampak raut wajah Kimberly begitu kesal dan memendung amarah. Wanita itu menyugar rambutnya kasar. Amarah dalam dirinya menelusup hingga sulit dikendalikan.Kilat mata hazel Kimberly memerah menunjukkan wanita itu sangat emosi. Dia terkenal dengan sosok wanita cantik yang selalu berpenampilan memesona. Namun, untuk kali ini penampilannya seakan begitu kacau akibat amarah yang tertahan dan telah mengumpul dalam diri.“Sialan!” Kimberly mengumpat seraya membanting pelan punggungnya ke sandaran sofa. Benak Kimberly memikirkan tentang pertemuannya dengan Damian tadi. Demi Tuhan! Kesialan macam apa ini? Tujuan Kimberly pergi ke klub malam karena ingin menghilangkan kepenatan dalam otaknya. Namun, kenapa dia malah semakin terjerumus seperti ini?Kimberly memejamkan matanya. Memikirkan cara agar kerja sama ayahnya dan Damian batal. Dia tahu pria berengsek itu pasti akan mencari kesempatan dalam kesemp

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 11. Still, Want to Enjoy Life

    Kimberly menyemburkan susu almond yang dia tenggak kala mendengar pertanyaan Damian. Refleks, Fargo memberikan tisu untuk Kimberly. Pun Kimberly menerima tisu dari Fargo dan segera membersihkan bibirnya.Kimberly atau Fargo sama-sama tampak kompak memasang wajah pucat. Fargo cukup cerdas menutupi wajah paniknya. Lain halnya dengan Kimberly yang tak pandai menutupi wajah panik. Namun sebisa mungkin Kimberly tenang.“Hati-hati, Kim. Jika kau sedang minum, tidak baik memikirkan sesuatu. Kau lihat sendiri, kan? Sekarang kau tersedak,” ucap Damian dengan senyuman penuh kemenangan di wajahnya.Kimberly tersenyum canggung. “Maaf, Paman. Otakku terlalu memikirkan pekerjaanku yang sering tertunda.” Dalam hati Kimberly tak henti-hentinya memberikan umpatan untuk Damian. Sungguh, andai saja Fargo tak ada di ruang makan ini, sudah pasti Kimberly akan melempar gelas di tangannya pada Damian.Damian mengangguk-anggukan kepalanya, seolah memercayai ucapan Kimberly.“Ehm.” Fargo berdeham sebentar. Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 12. Bad Luck

    “Pria sialan! Kenapa tidak mati saja!” Kimberly menghentakkan kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya. Sejak tadi sepanjang jalan menuju ruang kerjanya—yang dilakukan Kimberly hanya mengumpati Damian. Bahkan semua sapaan para karyawan tak ada yang dia gubris. Bukan bermaksud angkuh, tapi otaknya sedang dalam pikiran yang kacau akibat pria berengsek yang selalu mengganggu hidupnya.“Apa yang membuatmu datang ke ruang kerjamu dan langsung mengumpat seperti ini? Pria sialan mana yang kau maksud?” Carol sudah lama menunggu Kimberly di ruang kerja teman baiknya itu. Namun, kala Carol membaca majalah, wanita itu dikejutkan dengan Kimberly yang masuk ke dalam ruang kerja dalam keadaan mengumpat.Langkah kaki Kimberly terhenti mendengar suara Carol. Tampak Kimberly mengembuskan napas kasar melihat ternyata di ruang kerjanya ada temannya. Emosi dalam dirinya tak bisa terkendali sampai dia tadi mengabaikan asistennya yang bicara padanya. Dia yakin pasti asistennya tadi sudah memberi tahu ada Caro

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25

Bab terbaru

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 167. Extra Part Tujuh (ENDING SCENE)

    Usia Diego saat ini sudah enam bulan. Semakin hari Diego semakin aktif dan sangat pintar. Tubuh Diego semakin gemuk dan sehat. Tangan dan kaki Diego sudah penuh dengan rolls layaknya roti sobek yang menggemaskan. Pipi tembam memerah persis seperti bakpau yang ingin digigit. Rambut Diego cokelat gelap menurun seperti rambut Damian. Manik mata cokelat gelap berkilat memancarkan keindahan yang tak terkira.Diego seperti cerminan Damian. Semua benar-benar mirip layaknya buah apel yang telah terbagi menjadi dua. Memiliki paras yang sama tak berubah. Sesuai dengan keinginan Kimberly. Ya, sejak hamil memang Kimberly berharap anak pertamanya adalah laki-laki agar bisa melihat Damian kecil. Ternyata semesta mencatat apa yang menjadi keinginan Kimberly. Terbukti anak pertamanya adalah laki-laki yang sangat tampan.Di usia Diego yang sudah enam bulan ini, Damian akan menepati janjinya yang ingin mengajak Kimberly dan Diego berjalan-jalan ke luar negeri. Tentu Kimberly menyambut sangat antusias.

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 166. Extra Part Enam

    Ernest duduk di kursi kebesarannya yang ada di mansion-nya. Sekitar lima belas menit lalu, Maisie sudah berpamitan untuk pergi ke penthouse Kimberly. Tentu Ernest tak mungkin melarang. Malah dia senang karena sekarang Maisie dekat dengan Kimberly. Ini yang sejak dulu Ernest nantikan, di mana Maisie dekat dengan putrinya.Suara ketukan pintu terdengar membuyarkan lamunan Ernest. Refleks, Ernest mengalihkan pandangannya ke arah pintu, dan segera meminta orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.“Tuan,” sapa sang pelayan melangkah mendekat pada Ernest.“Ada apa?” Ernest menatap dingin sang pelayan yang kini sudah di hadapannya.“Tuan, di depan ada Tuan Deston ingin bertemu dengan Anda,” ujar sang pelayan yang sedikit membuat Ernest terkejut.“Deston datang?” Sebelah alis Ernest terangkat, menatap sang pelayan.“Iya, Tuan,” jawab sang pelayan itu lagi.Ernest mengembuskan napas pelan. Seingat Ernest, Deston sama sekali tidak memberitahukan kalau hari ini akan data

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 165. Extra Part Lima

    “Ini kamar bisa kau pakai.” Fargo berucap dingin dan tak ramah pada Carol kala dirinya mengantarkan Carol ke kamar tamu yang ada di apartemen pribadi miliknya. Dia ingin sekali mengusir paksa Carol, tapi dirinya berada di ambang kebingungan. Pasalnya Carol adalah teman baik Kimberly. Dia tak mungkin mengusir paksa Carol.“Thanks. Aku tidak akan lama di sini,” jawab Carol datar. Dia tak pernah menyangka akan terjebak di apartemen milik Fargo. Sungguh, dia tak menginginkan hal ini terjadi, tapi dia tak memiliki pilihan lagi. Dia masih belum memiliki keberanian kembali ke hotel. Hal yang dia takutkan adalah Adrik tahu hotel di mana yang dirinya tempati selama di Amsterdam. Jika sampai itu terjadi, pasti masalah baru akan datang.“Kau memang tidak bisa lama di sini. Orang itu wajib tahu diri,” ucap Fargo sarkas dan tegas. Detik selanjutnya, dia melangkah pergi meninggalkan Carol begitu saja tanpa menunggu balasan ucapan dari Carol.Carol berdecak tak suka dan mengumpati Fargo dalam hati.

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 164. Extra Part Empat

    Amsterdam, Netherlands. Angin berembus sedikit kencang membuat rambut panjang dan indah Carol berantakan. Tampak Carol sedikit kelelahan. Setelah menempuh perjalanan berjam-jam akhirnya dia tiba di kota terbesar di Belanda. Demi menghibur diri dari kepenatan, Carol menganggap dirinya berlibur sejenak. Anggaplah menjauh dari Los Angeles demi membebaskan dirinya dari segala masalah yang menerpa dirinya.“Selamat pagi, Nona Carol,” sapa sang sopir penuh sopan pada Carol yang baru saja muncul di lobby bandara. Ya, kali ini sang sopir tak berani untuk datang terlambat. Jika saja sampai terlambat, maka saja saja sang sopir itu mencari malapetaka.“Pagi,” jawab Carol datar. “Aku pikir kau akan terlambat lagi.”“Tidak, Nona. Nona Fiona sudah meminta saya untuk datang tepat waktu jangan sampai terlambat.”“Good, aku memang paling tidak suka kalau ada yang datang terlambat. Apalagi dalam hal menjemputku. Itu sama saja menjadikanku seperti orang bodoh menunggu.”“Maafkan atas kejadian waktu it

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 163. Extra Part Tiga  

    Menjadi ibu rumah tangga tak pernah membuat Kimberly lelah sedikit pun. Kimberly seakan begitu menikmati perannya menjadi seorang istri dan ibu. Setiap hari, dia selalu membantu menyiapkan segala hal yang Damian butuhkan dan selalu mengurus Diego dengan sangat baik. Pun dia tak pernah merasa bosan. Memasak, menunggu sang suami pulang dari kantor, semua adalah moment-moment yang paling berharga untuk Kimberly.Pekerjaan Kimberly tak begitu saja Kimberly lepas. Dia tetap menyadari tanggung jawabnya. Dia juga tak tega pada Carol yang selalu menggantikanya. Dari kejauhan dia tetap memeriksa dan membantu walau belum bisa optimal. Hampir setiap minggu, Brisa sering datang ke rumahnya untuk memberikan laporan. Paling tidak, dia tetap bertanggung jawab akan perusahaannya di tengah-tengah perannya sebagai ibu rumah tangga.Seperti saat ini di kala pagi menyapa, Kimberly sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk sang suami. Tadi malam Damian mengatakan pada Kimberly kalau hari ini tak akan pergi ke

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 162. Extra Part Dua  

    Amsterdam, Netherlands. Fargo membubuhkan tanda tangan di dokumen yang baru saja diantarkan oleh sang asisten. Pria tampan itu kembali membaca dokumen itu lagi, memastikan bahwa dokumen yang ada di hadapannya tak ada yang salah sedikit pun. Saat semua isi dokumen tersebut benar, Fargo segera mengembalikan dokumen tersebut pada Gene yang ada di hadapannya.“Bagaimana perusahaan di Los Angeles, apa ada masalah?” Fargo bertanya pada Gene seraya mengambil gelas berkaki tinggi yang berisikan wine, dan menyesapnya secara perlahan. Tatapan mata tegas dan dingin Fargo, menatap Gene, meminta penjelasan dari sang asisten.“Semua baik-baik saja, Tuan. Kondisi perusahaan setiap bulannya mengalami kenaikan cukup signifikan,” jawab Gene memberi tahu dengan nada sopan. “Tadi malam saya baru saja mengirimkan laporan penjualanan bulan lalu, Anda bisa melihat di sana penjualanan pun mengalami peningkatan.”Fargo menganggukkan kepalanya, lalu tiba-tiba terdengar suara dering ponsel masuk dari Gene. Ref

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku     Bab 161. Extra Part Satu

    Suara tangis bayi membuat Kimberly dan Damian yang tertidur pulas langsung membuka mata mereka. Kimberly menyeka matanya dengan punggung tangannya. Wanita itu menguap dan mengerjapkan mata beberapa kali. Hari masih gelap, tapi Kimberly harus terbangun karena putra kecilnya menangis kencang.“Kim, tidurlah. Aku saja yang memberikan susu. Kau masih memiliki stock ASI di botol, kan?” tanya Damian seraya membelai pipi Kimberly. Pria tampan itu tak tega setiap tengah malam istrinya terbangun harus menyusui putra mereka. Pun dia ingin turut membantu dalam mengurus putra mereka.“Sayang, kalau Diego menangis tidak henti seperti ini biasanya dia tidak mau minum susu lewat botol. Kau saja yang tidur, besok kau harus berangkat pagi, kan?” balas Kimberly hangat.“Kalau begitu bersama saja. Aku akan menemanimu menyusui Diego,” jawab Damian seraya mengecup pipi Kimberly lembut.Kimberly menghela napas dalam. Sebenarnya dia tak setuju, tetapi dalam hal ini dirinya tak bisa menbantah. Sebab sang sua

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 160. Perfect Ending

    Jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam. Kimberly baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan dress ibu hamil. Kandungan yang kian membesar ini membuatnya selalu malas dalam berias. Wajah Kimberky selalu tampil polos tanpa riasan make up sedikit pun. Hal yang menjadi keuntungan Kimberly adalah kulit wajah Kimberly putih mulus bersih. Jadi meski tanpa riasan make up, tetap saja Kimberly terlihat sangat cantik dan memukau.“Kim, ini sudah waktunya jam makan malam. Aku tidak mau kau terlambat makan, Kim,” ujar Damian seraya menatap Kimberly, mengajak Kimberly untuk makan malam.“Iya, Sayang.” Kimberly melangkah menghampiri sang suami, memeluk lengan suaminya itu, dan hendak melangkah meninggalkan kamar megah mereka. Namun, tiba-tiba langkah kaki Kimberly dan Damian terhenti kala melihat pelayan yang menghampiri mereka.“Tuan, Nyonya.” Pelayan itu menundukkan kepala tepat di depan Damian dan Kimberly.“Ada apa?” tanya Damian dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Di depan

  • Terpikat Pesona Paman Suamiku    Bab 159. Damian and Kimberly’s Love Journey II

    Beberapa bulan berlalu …Damian turun dari mobil, membanting pintu mobil kasar dan berlari masuk ke dalam gedung apartemen, menuju lift, di mana dirinya menempati lantai teratas dari gedung apartemen itu. Tampak raut wajah Damian begitu panik dan dilingkupi kecemasan yang hebat.“Kim!” Damian berlari masuk ke dalam penthousenya. Para pelayan yang menyapa dirinya pun diabaikan, tak sama sekali dipedulikan.“Damian? Kau sudah pulang?” Kimberly tersenyum hangat menatap sang suami yang baru saja pulang. Tatapan hangat dan kerinduan yang mendalam.Damian meraih kedua bahu Kimberly, menatap sang istri yang perutnya yang membuncit. “Tadi pelayan bilang, perutmu sakit, Kim. Kita ke rumah sakit sekarang.” Tanpa menunggu jawaban, Damian hendak mengajak sang istri ke rumah sakit, tetapi gerak Damian terhenti kala Kimberly menahan lengannya.“Sayang, aku baik-baik saja. Tadi baby menendang. Bukan karena sakit perut. Dokter kan bilang aku melahirkan satu minggu lagi,” ujar Kimberly hangat dengan s

DMCA.com Protection Status