Share

Bab 41 - Pelukan Kuat

"Kamu sakit? Kok tiba-tiba?" Suara Vivin mulai cemas. Mentari sampai menangis, berarti ada yang serius.

"Maaf, Bu ... saya ..."

"Ya, sudah. Kamu pulang hari ini, istirahat. Pastikan istirahat dengan baik. Besok bisa kerja lagi. Besok Sabtu akan makin padat pengunjung," kata Vivin memutuskan.

"Baik, Bu, terima kasih banyak," ujar Mentari.

Telepon mereka berakhir. Mentari lega sekali. Vivin memang pimpinan yang baik. Dia perhatian dan tegas. Salah akan langsung dia tegur, tapi tidak enggan dia akan menolong jika karyawan ada kesulitan.

Mentari masih memegang ponsel di tangannya. Dia kembali bersandar pada dinding gudang. Panas luar biasa di dalam dan jendela hanya terbuka setengah. Mentari merasa keringat sekujur tubuhnya. Tangan Mentari mengambil kertas potongan kardus yang ada di dekatnya dan memakainya menjadi kipas.

"Tuhan, kalau aku mengeluh apa aku salah?" bisik hati Mentari. "Aku sendirian. Ga ada ayah dan ibu, tidak juga ada saudara. Semua yang aku jalani karena ada belas k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status