Share

Terlahir Kembali di Rahim Perundung
Terlahir Kembali di Rahim Perundung
Penulis: Natasha

Bab 1

"Ah!"

Sakit .... Solana menyiramku dengan air mendidih. Aku membelalak dan berteriak kesakitan.

"Solana, tolong lepaskan aku .... Kumohon ...."

Aku ingin melawan, tetapi ditahan oleh orang di belakangku. Aku hanya bisa menatap gaunku yang merah dan memohon dengan pasrah.

Solana tertawa jahat. "Kamu cuma wanita murahan yang dibenci semua orang. Kamu nggak pantas dibandingkan denganku."

Solana memberi perintah. Air panas itu disiram ke wajahku lagi.

"Kak Solana, lihat wajahnya. Macam udang rebus."

Terdengar ejekan antek Solana, lalu diikuti suara Solana yang penuh kebencian.

"Bianca, kamu seharusnya berterima kasih padaku. Wanita murahan sepertimu nggak seharusnya punya wajah seperti ini."

Usai berbicara, Solana mengeluarkan pisau dan menggores wajahku. Entah bagaimana, mungkin karena keinginan untuk hidup atau mungkin karena rasa sakit, aku tiba-tiba terlepas dari kekangan.

Aku melarikan diri dengan panik. Solana membawa anteknya mengejar dari belakang. Pada akhirnya, aku menghentikan langkah kakiku di pinggir lubang air besar yang baru digali pihak kampusku.

Ketika melihat ini, Solana terkekeh-kekeh. "Bianca, kamu nggak mungkin mau bunuh diri, 'kan?"

Solana mendekat dengan perlahan. Sepatu hak tingginya seolah-olah menginjak hatiku, membuatku makin tegang.

"Kalau berani, lompat saja. Ayahmu petani, ibumu petugas kebersihan. Kalau orang sepertimu mati, nggak bakal ada yang peduli! Sekarang wajahmu saja sudah hancur. Gimana kamu bisa merayu pria lagi?" hina Solana.

Antek-anteknya pun turut bersuara.

"Bianca, kamu nggak bisa merayu pria lagi. Cepat lompat sana!"

"Ayo, cepat sedikit! Tempat ini punya fengsui yang bagus lho!"

Nyawaku menjadi bahan bercandaan mereka. Keluargaku memang miskin. Ayahku hanya petani, sedangkan ibuku hanya petugas kebersihan.

Aku tidak punya apa-apa. Selain prestasi yang cukup bagus, aku cuma punya wajah yang bisa dibilang cantik. Makanya, aku sering mendapat surat cinta.

Inilah alasan Solana menyerangku. Aku jelas-jelas tidak melakukan apa-apa, tetapi malah dibilang murahan. Semua perundungan ini hanya permainan kecil bagi Solana.

Setiap hari, aku hidup dalam ketakutan. Aku terus berpikir bagaimana Solana akan menyiksaku. Dengan tamparan, serangga, atau cambukan?

Berbagai adegan menyakitkan muncul di benakku. Aku seolah-olah adalah mainan Solana. Jadi, apa gunanya aku hidup?

Aku melihat refleksiku di air. Darah mengalir di wajahku. Sepertinya hari-hariku hanya akan terasa makin berat.

Aku memaksakan senyuman, lalu melirik Solana yang sedang memotret dan mengejekku. "Solana, kutunggu kamu di neraka!"

Di bawah tatapan mencela mereka, aku melompat ke lubang air sedalam 10 meter. Seketika, darah menghiasi air.

Pada saat yang sama, ejekan mereka berubah menjadi keterkejutan, ketakutan, dan kepanikan. Akan tetapi, aku tidak bisa melihatnya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status