Share

Bab 4

Sejak saat itu, Solana melewati kehidupan "indah" dengan menjagaku 24 jam sehari. Setiap kali Solana ingin tidur, aku akan menangis. Dia akan menenangkanku selama satu jam, lalu aku akan menangis lagi.

Ketika Solana menyusuiku, aku akan menyemburkan susu ke wajahnya. Setiap kali ada kesempatan, aku akan menarik rambutnya dan memainkan wajahnya.

Solana hampir gila dibuatku. Dia awalnya masih memikirkan cara untuk mendapat kartu banknya kembali dan pergi foya-foya, tetapi akhirnya menyerahkanku kepada pengasuh.

Begitu digendong pengasuh, aku langsung menangis sekuat tenaga. Tangisanku yang histeris pun membuat seluruh orang di vila merasa kasihan padaku.

Ibu mertua Solana, nenekku, langsung memelototinya sambil membentak, "Solana, kamu ini ibu macam apa! Kamu nggak mau jaga anak ya? Keluar saja dari rumah ini!"

"Dasar sampah nggak berguna!" gerutu nenekku sambil membujukku. Aku pun tidak menangis lagi untuk menghargai nenekku.

Kemudian, aku menatap Solana sambil tersenyum bangga. Solana terkesiap. "Ibu! Di ... dia monster!"

Nenekku langsung mengernyit. "Ini anakmu sendiri. Kenapa bilang anak sendiri monster? Apa kamu sudah gila?"

Aku memicingkan mataku sambil tersenyum bangga lagi. Kemudian, aku memejamkan mata dengan tidak peduli.

"Ibu! Aku nggak bohong. Dia cuma bayi kecil, kenapa punya ekspresi seperti itu?" pekik Solana.

Nenekku menunduk untuk melihatku. Aku segera berpura-pura tertidur lelap.

Nenekku pun memelototi Solana dan membentak, "Omong kosong apa yang kamu katakan! Kalau kamu bicara aneh-aneh lagi, aku panggil psikiater kemari!"

"Aku nggak seharusnya membiarkan Pedro menikahimu dulu. Lihat kamu, demi belanja, kamu tega bilang anak sendiri monster."

Usai berbicara, nenekku sontak menampar Solana. "Siapa suruh kamu bicara omong kosong! Dasar wanita penggoda! Anak sendiri malah dihina!"

Solana menatapku dengan tatapan takut. Aku pun menatap matanya sambil tersenyum. Solana, ini baru permulaan lho ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status