Share

Bab 3

"Popok anak kita basah nggak?" tanya seorang pria.

Wajah Solana sontak tersipu. "Coba kulihat."

Solana membuka popokku untuk memeriksa. "Nggak kok, dia nggak pipis."

"Ah!" teriak Solana tiba-tiba. Kemudian, dia melemparkanku ke ranjang rumah sakit.

Aku sontak menangis. Pria itu segera mendekat dan menggendongku, lalu menghibur, "Jangan takut. Ada Ayah di sini."

Kemudian, pria itu menoleh dan membentak Solana, "Gimana saja kamu ini? Masa melempar anak sendiri?"

Solana buru-buru menunjuk wajahnya dan berujar, "Dia pipis di wajahku."

"Bayi kecil seperti ini memang nggak bisa mengontrol diri. Masa kamu juga nggak bisa? Gimana kamu jadi ibu kalau begini? Gimana kalau anak kita terluka? Aku nggak tenang kalau kamu yang jaga anak!" hardik pria itu.

Ekspresi Solana sontak dipenuhi kesedihan dan kekesalan. "Aku juga nggak sengaja."

Wajah pria itu menjadi masam. Dia berucap dengan dingin, "Mulai hari ini, aku blokir kartumu. Kamu harus belajar cara menjaga anak. Kamu nggak boleh ke mana-mana. Jangan cuma tahu belanja!"

Aku menoleh menatap wajah suram pria itu, lalu menatap Solana yang seperti ingin menangis. Seketika, aku merasa sangat senang dan tertawa gembira.

Ternyata ayahku ini adalah jagoan! Aku tidak menyangka Solana akan dikekang oleh suaminya seperti ini. Menghamburkan uang saja tidak boleh sembarangan.

Bagaimanapun, saat kuliah dulu, Solana paling tidak bisa diatur. Sekarang, bukankah roda kehidupan berputar?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status